jpnn.com, LONDON - Polemik pascademo 1 Juli di Hong Kong masih belum reda. Pemerintah Hong Kong masih mengejar orang-orang yang merangsek ke gedung dewan legislatif pada hari itu. Sedangkan Tiongkok, negara pemilik daerah administratif khusus tersebut, sibuk beradu mulut dengan Inggris.
Tensi dua anggota Dewan Keamanan Tetap PBB itu sedang tinggi. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Inggris sampai-sampai memanggil Duta Besar Tiongkok di London L iu Xiaoming untuk memberikan penjelasan.
BACA JUGA: Inggris Peringatkan Tiongkok soal Kedaulatan Hong Kong
"Komentar yang keluar dari pihak Tiongkok menyesatkan dan tidak bisa diterima." Begitu pernyataan kantor Kemenlu Inggris kepada Agence France-Presse.
BACA JUGA: Inggris Peringatkan Tiongkok soal Kedaulatan Hong Kong
BACA JUGA: Rakyat Hong Kong Berontak, Donald Trump Senang
Perseteruan itu dimulai saat Menlu Inggris Jeremy Hunt menanggapi isu Hong Kong. Kandidat perdana menteri Inggris tersebut meminta Tiongkok menghormati kesepakatan penyerahan kewenangan pulau tersebut. Menurut dia, Tiongkok harus bisa menaati perjanjian yang tercatat di PBB itu. "Jangan menggunakan kerusuhan sebagai dalih untuk melakukan penindasan," ungkap Hunt Rabu lalu (3/7).
Pada 1984, Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher setuju menyerahkan Hong Kong kepada perdana menteri Tiongkok. Penyerahan itu berlaku 1997 dengan syarat Tiongkok membiarkan Hong Kong berjalan dengan system dan demokrasinya selama 50 tahun.
BACA JUGA: Panik Dikepung Polisi, Williams Nekat Gigit Anjing K9
"Permintaan kami hanyalah agar Tiongkok bisa menghormati kesepakatan tersebut. Jika tidak, kami pasti menanggapinya secara serius," ungkap dia kepada BBC. Hunt memberikan sinyal bahwa Inggris bisa saja memberikan sanksi kepada Beijing karena isu Hong Kong.
Pernyataan itu langsung dibalas Tiongkok. Juru Bicara Kemenlu Tiongkok Geng Shuang mengatakan bahwa Hong Kong sudah bukan lagi wilayah jajahan Inggris. Menurut dia, komentar Hunt sama saja seperti Negara asing yang ingin mencampuri urusan dalam negeri sebuah pemerintah.
"Sepertinya, dia (Hunt) masih berkhayal bahwa kolonialisme Inggris masih berjaya. Karena itu, mereka masih mengobok-obok urusan Negara lain," imbuhnya.
Tak lama setelah itu, Liu Xiaoming ikut buka suara. Dia menggelar konferensi pers di Kedutaan Besar Tiongkok di London. Kalimatnya tegas. "Inggris, sepertinya, melakukan kesalahan dengan mencampuri urusan internal sebuah negara dan mendukung pelaku kerusuhan. Kami harap mereka lebih berhati-hati jika tak ingin hubungan bilateral rusak," ungkap dia menurut South China Morning Post.
Di sisi lain, kubu Carrie Lam terus berusaha untuk mengikuti nasihat Beijing. Kemarin polisi Hong Kong sudah menangkap 11 pria dan 1 perempuan yang terlibat dalam aksi vandalisme.
Menurut The Guardian, tersangka dengan rentang umur 14 sampai 31 tahun itu dikenai pasal kepemilikan senjata, masuk tanpa izin, menyerang aparat, sampai menghalangi hukum. "Kami akan mengusut tuntas kasus ini sampai semua pelaku tertangkap." Demikian pernyataan resmi dari kepolisian.
Sehari sebelumnya, polisi mengaku menangkap delapan orang. Enam pria dan dua perempuan itu ditangkap dengan tuduhan penyebaran informasi pribadi kepublik. Mereka dituduh telah menyebarkan data pribadi personel kepolisian yang membuat mereka mendapatkan teror via telepon setiap saat.
"Mereka telah mengganggu banyak petugas kami. Beberapa keluarga polisi bahkan mendapatkan ancaman pembunuhan," ujar Kepala Biro Keamanan Siber dan Kejahatan Teknologi Kepolisian Hong Kong Swalikh Mohammed. (bil/c10/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kerusuhan di Parlemen Hong Kong, Ulah Begundal atau Pahlawan Demokrasi?
Redaktur & Reporter : Adil