jpnn.com, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan demonstrasi besar-besaran di Hong Kong untuk menyerang Tiongkok. Pemimpin kontroversial itu mengaku bersimpati kepada para demonstran, termasuk mereka yang membobol gedung parlemen pada 1 Juni lalu.
“Mereka ingin demokrasi dan menurut saya sebagian besar orang ingin demokrasi. Sayangnya, beberapa pemerintah tak ingin demokrasi,” kata Presiden Donald Trump di Gedung Putih.
BACA JUGA: Bakar Ijazah, Pelajar Demo Menolak Sistem Zonasi
“Semuanya terkait itu (demokrasi). Semuanya tentang demokrasi. Tak ada yang lebih baik,” lanjutnya, dilansir dari laman The Straits Times.
Trump menyayangkan kerusuhan yang terjadi di Hong Kong. Menurutnya kerusuhan tersebut sangat menyedihkan. AS mendesak seluruh pihak di Hong Kong untuk mencegah kekerasan setelah pengunjuk rasa menggeledah parlemen saat peringatan penyerahan wilayah tersebut ke Tiongkok.
BACA JUGA: Kerusuhan di Parlemen Hong Kong, Ulah Begundal atau Pahlawan Demokrasi?
BACA JUGA: Kerusuhan di Parlemen Hong Kong, Ulah Begundal atau Pahlawan Demokrasi?
AS juga telah menyuarakan solidaritas dengan para aktivis yang berhasil memblokir - untuk saat ini - rencana otoritas Hong Kong terkait RUU ekstradisi yang memungkinkan ekstradisi ke daratan Tiongkok.
BACA JUGA: Intip Limosin Donald Trump, dari Antipeluru Hingga Kulkas Penuh Darah
Selama unjuk rasa baru-baru ini, polisi dituding menggunakan kekerasan yang berlebihan terhadap pengunjuk rasa setelah menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk memecah massa.
Sedangkan Menlu Inggris Jeremy Hunt memperingatkan para pengunjuk rasa agar tidak menggunakan kekuatan berlebihan. Meski demikian, Hunt tetap mendukung tuntutan para demonstran untuk mendapat kebebasan di tanah mereka.
“Dukungan Inggris untuk Hong Kong dan kebebasannya tetap teguh di hari peringatan ini. Tidak ada kekerasan yang dapat diterima tetapi orang-orang Hong Kong mempertahankan hak untuk melakukan protes damai sesuai hukum, seperti ditunjukkan oleh ratusan ribu orang pemberani hari ini,” katanya.
Hal senada disampaikan Gubernur Inggris untuk Hong Kong terakhir Chris Patten. Dia sedih dengan unjuk rasa yang diwarnai perusakan dan bentrokan.
Meski demikian dia juga menyalahkan kepolisian yang sebelumnya bertindak kasar terhadap massa. “Jika Anda tidak pernah benar-benar berdialog dengan massa, maka mau tidak mau itu membantu untuk melegitimasi mereka yang ingin melakukan sesuatu dengan cara lebih keras,” kata Patten.
Dia juga meminta pemerintah Inggris untuk lebih tegas dengan Tiongkok. “Kita harus mengambil garis lebih tegas, kota merasa suatu kehormatan untuk membela kebebasan di Hong Kong, kebebasan yang kita janjikan pada mereka selama bertahun-tahun,” tuturnya. (MEL/rmco)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemimpin Hong Kong Bersembunyi Saat Rakyat Mengamuk di Jalan
Redaktur & Reporter : Adil