Inggris Longgarkan Pembatasan Saat Kasus COVID-19 Masih Tinggi, Apa Rahasianya?

Jumat, 23 Juli 2021 – 23:12 WIB
Senior lecturer in public health University of Derby, Inggris Dono Widiatmoko. Foto: arsip pribadi for JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah Inggris melonggarkan pembatasan terhadap masyarakatnya sejak 19 Juli 2021 lalu.

Dosen senior Bidang Epidemiologi University of Derby Dono Widiatmoko mengungkapkan anjuran penerapan protokol kesehatan di Inggris sudah diserahkan kepada masing-masing individu di masyarakat.

BACA JUGA: Berlibur di Prancis, Karim Benzema Positif Covid-19

"Masih ada anjuran untuk pemakaian masker khususnya di tempat-tempat umum dan tempat-tempat travel (wisata,red)," kata Dono dalam diskusi yang disiarkan pada kanal JPNN.com di Youtube, Jumat (23/7).

Meski sudah melakukan relaksasi, Inggris tetap gencar melakukan testing dengan menyarankan masyarakatnya untuk melakukan tes antigen sebanyak dua kali dalam satu minggu.

BACA JUGA: Perangi Covid-19, Sido Muncul Ikut Menyumbang Bersama Pengusaha Peduli NKRI

"Disarankan tes dua kali seminggu khususnya buat anak sekolah dan mereka yang masih beraktifitas di luar rumah," lanjut Dono.

Pemerintah Inggris juga memperbolehkan masyarakatnya untuk bekerja di kantor seperti sebelum masa pandemi.

BACA JUGA: Kasus COVID-19 Melonjak Gegara Euro 2020, Pemerintah Inggris Malah Longgarkan Pembatasan

Dono menilai kebijakan ini memang berisiko dan menuai kritik dari berbagai pihak karena memungkinkan bertambahnya laju penularan.

Dalam mengambil kebijakan relaksasi pengetatan ini, pemerintah Inggris mempertimbangkan program vaksinasi mereka yang dianggap sukses karena sebagian besar masyarakat usia dewasa di Inggris sudah menerima vaksin.

"Vaksinasi data kemarin (22/7), angkanya 87,8 persen orang dewasa di Inggris yang mendapat vaksinasi pertama dan 69 persen yang dapat vaksinasi lengkap," tutur Dono.

Cakupan vaksinasi di Inggris telah mencapai tenaga kesehatan, orang-orang yang memiliki risiko penularan yang tinggi seperti lansia dan penderita komorbiditas.

Vaksinasi juga sudah diterima oleh kelompok usia dewasa dan remaja. Namun, vaksinasi untuk anak belum dilakukan.

Menurut penelitian di Inggris, lanjut Dono, orang-orang yang bergejala parah dan meninggal mayoritas dialami oleh mereka yang belum menerima vaksin.

Dengan vaksinasi yang optimal, jumlah pasien yang perlu dirawat di rumah sakit dan jumlah kematian dapat ditekan sehingga pemerintah Inggris bernani melakukan relaksasi terhadap pengetatan masyarakat. (mcr9/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler