Inggris menjadi negara pertama di dunia yang telah merencanakan vaksinasi ketiga bagi warganya untuk mengatasi COVID-19. Australia mengisyaratkan akan melakukan hal serupa.
Suntikan ketiga vaksin COVID bagi warga Inggris akan diluncurkan untuk populasi lanjut usia mulai September mendatang.
BACA JUGA: Kasper Hjulmand: Eriksen Memang Tak di Lapangan, Tetapi Jiwanya Selalu Bersama Kami
Meski program vaksinasinya sangat lamban bila dibandingkan dengan Inggris, Australia juga kini mengisyaratkan akan memberikan suntikan ketiga untuk menjaga resistensi berkelanjutan terhadap varian baru virus corona. Mengapa suntikan ketiga diperlukan?
Menurut Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid, pihaknya sedang merencanakan suntikan tambahan untuk memastikan warga yang rentan akan terlindungi selama musim dingin mendatang.
BACA JUGA: Berikut Alasan Mengapa Inggris Adalah Favorit Juara EURO 2020
"Program vaksinasi COVID-19 pertama telah memulihkan kebebasan di negara kami. Program 'booster' [suntikan tambahan] akan melindungi kebebasan ini," kata Sajid.
Pedoman vaksinasi saat ini menyarankan dua kali suntikan, dengan mendahulukan kelompok warga yang paling rentan.
BACA JUGA: Euro 2020: Luke Shaw Dapat Pujian dari Gareth Southgate
Rencana pemberian vaksin ketiga mencerminkan langkah Pemerintah Inggris untuk hidup bersama dengan virus corona, sama seperti flu dan penyakit pernapasan lainnya.
Profesor Miles Davenport dari Kirby Institute di University of New South Wales (UNSW) di Australia menjelaskan respons antibodi yang disebabkan oleh vaksin dan infeksi COVID-19 berkurang seiring waktu.
"Setelah terinfeksi, tampaknya ada penurunan respons imun selama sekitar satu tahun pertama," kata Profesor Davenport.
"Diperkirakan penurunan itu akan melambat seiring waktu, tapi hal itu normal," jelasnya. Belum diketahui vaksin yang akan digunakan
Pemerintah Inggris belum menyebutkan vaksin mana yang harus digunakan untuk 'booster' atau suntikan tambahan.
Panduan tidak akan dikeluarkan sampai tersedia lebih banyak data tentang efek jangka panjang dari program vaksinasi saat ini.
Ahli epidemiologi UNSW, Profesor Mary-Louise McLaws di Australia, mengatakan peluncuran vaksinasi ketiga akan mendapatkan pengawasan ketat di seluruh dunia.
"Masih terlalu dini untuk menyarankan perlunya memulai suntikan ketiga saat ini," katanya.
"Kami akan belajar banyak karena mereka akan mendokumentasikannya, termasuk antibodi dan respons sel T yang muncul," ujarnya
Profesor Mary-Louise mengatakan negara-negara barat akan menghadapi tantangan antara memprioritaskan pemberian suntikan ketiga kepada warganya atau mendahulukan membantu vaksinasi global.
"Haruskah kita tidak perduli orang lain dan mengharapkan sistem kekebalan tubuh kita tetap prima dan meningkat?" katanya.
Saat ini 85 persen penduduk Inggris Raya berusia di atas 18 tahun telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin COVID. Sebanyak 62,4 persen orang dewasa di Inggris telah divaksinasi dua dosis.
Sementara di Australia, baru 8,7 persen warga berusia di atas 16 tahun divaksinasi dua dosis dan 30,4 persen menerima setidaknya satu kali suntikan.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan program tambahan suntikan ketiga sedang dalam pengembangan.
"Kami akan mempersiapkannya sekarang, seperti yang sudah ada, program tambahan suntikan vaksin," katanya.
Profesor Davenport mengatakan kemungkinan akan ada beberapa bentuk vaksinasi berkelanjutan untuk COVID-19 di Australia dan vaksin dapat diperbarui untuk mengatasi varian baru.
"Kita sangat mungkin membutuhkan vaksinasi berkelanjutan, baik karena tingkat antibodi yang berkurang maupun karena variasi virus yang muncul," jelasnya.
"Kemungkinan besar, seperti flu, kita akan mendapatkan vaksin yang berbeda tahun depan," ujar Profesor Davenport.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Termasuk Rashford, Berikut 5 Pemain yang Layak Mendapat Menit Bermain Lebih di EURO 2020