jpnn.com, JAKARTA - Dewan Pengurus Pusat Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPP Pemuda Tani HKTI) mendorong pemerintah membuat inovasi baru untuk mewujudkan kedaulatan pangan yang berkelanjutan.
Menurut Ketua Umum DPP Pemuda Tani HKTI, Rina Sa’adah, sektor pertanian terutama pangan nasional tetap tumbuh positif dan stok tetap terjaga selama masa pandemi Covid-19 sehingga ini harus menjadi momentum yang dipertahankan.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Azis Syamsuddin, Daftar KPK, Gaji dan Tunjangan Guru di Indonesia
Momentum baik itu harus dipertahankan dengan cara meningkatkan produksi pangan nasional di masa-masa mendatang.
“Pemuda Tani HKTI terus mendorong agar korporasi usaha tani bisa dimasifkan dan peran- peran pemuda tani seperti pendampingan harus terus dilakukan agar konsep, program-program inovatif dari organisasi ini dan atau pemerintah bisa sampai ke petani dengan tepat," ujar Rina saat pembukaan Gathering Pemuda Tani HKTI, di Jakarta, Sabtu (24/4)
BACA JUGA: Para Petani Jateng Merasakan Manfaat Sistem Resi Gudang, Tak Khawatir Merugi Lagi
Rina menegaskan pertanian nasional harus menjadi pijakan untuk menyambut Indonesia Emas 2045 yaitu bagaimana Indonesia bisa lepas dari negara importir pangan menjadi eksportir.
Kemudian, kata dia, yang terpenting adalah kehidupan petani Indonesia harus bisa lebih sejahtera di masa mendatang.
BACA JUGA: HKTI Dukung Kerja Mentan Capai Kedaulatan Pangan
Di sinilah pentingnya inovasi dan tentunya tidak mengabaikan juga aspek-aspek seperti alih fungsi lahan pertanian menjadi industri atau perumahan, luas lahan petani yang kecil (rata-rata 0,5 ha) dan lain-lain.
Rina mengatakan di tengah usia petani Indonesia yang didominasi usia lanjut (45-55 tahun) dengan tingkat penggunaan dan adaptif teknologi yang masih rendah maka regenerasi sangat mendesak untuk dilakukan.
"Persoalannya adalah bagaimana membuat anak-anak muda tertarik untuk masuk pada proses produksi pangan ata usaha di sektor pangan hulu-hilir?. Tidak ada cara selain dengan inovasi. Inovasi teknologi, sosial, bahkan politik sehingga pertanian kita benar-benar bisa lepas landas masuk pada industrialisasi pertanian," tegasnya.
Menurut Rina, di era disruption sekarang ini, hanya organisasi dan atau individu yang adaptif pada perubahan yang akan survive.
Penggunaan IoT, artificial intelegency, robotic dan lain-lain juga telah merambah sektor pertanian. Oleh karena itu, sambung Rina, Indonesia harus masuk dalam area ini dan mempersiapkannya dari sekarang.
“Melalui inovasi, strategi pencapaian kedaulatan pangan Indonesia bukan hanya fokus pada ketersediaan, distribusi dan ketahanan pangan saja, tetapi bagaimana efisiensi dalam produksi,
distribusi dan pemanfaatan sumber lokal yang memberi nilai tambah dan daya saing bisa terlaksana," lanjut Rina.
Dia menjelaskan kata kunci untuk pembangunan pangan nasional adalah dengan melakukan reposition dari usaha skala kecil sampai skala industri (korporasi pangan) dan membuat inovasi seperti menjaga ketersediaan air sepanjang musim tanam atau penggunaan pupuk yang sesuai dosis dan kebutuhan tanaman.
"Harus ada new paradigma, perubahan mindset bahwa bertani itu bukan tidak menguntungkan dan identik dengan lumpur dan terakhir adalah edit value artinya kegiatan produksi pangan tidak hanya di jual dalam bahan mentah atau setengah jadi tetapi ada proses pengolahan pascapanen sehingga bisa memberikan dampak ekononmi (kesejahteraan)," pungkasnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia