Para Petani Jateng Merasakan Manfaat Sistem Resi Gudang, Tak Khawatir Merugi Lagi

Selasa, 20 April 2021 – 22:23 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo saat meninjau lokasi gudang di Grobogan. Foto: IG@ganjarpranowo

jpnn.com, GROBOGAN - Implementasi sistem resi gudang (SRG) Kabupaten Grobogan telah menjadi teladan nasional saat ini.

SRG Grobogan dicanangkan sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia dan menjadi benchmarking bimbingan teknis penyuluh/pengelola SRG se-Indonesia sejak 2009.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Seharusnya Bukan Tanggung Jawab Habib Rizieq, TNI AL Turun Tangan, Kok Bangsa Ini Tambah Dungu?

Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan melalui pengelolaan yang baik, program ini telah dirasakan manfaatnya oleh para petani.

"Biasanya petani jual gabah masih basah, kadar air ketinggian. Itu yang dikasih stempel beras jelek, akhirnya tidak terserap. Nah di gudang ini diterima dengan standar tentunya, dijemur lagi dan harganya bisa terangkat tinggi," kata Ganjar saat meninjau lokasi gudang di Grobogan, Selasa (20/4).

BACA JUGA: Ganjar Minta Sistem Resi Gudang Diterapkan untuk Semua Petani di Jateng

Selain itu, apabila harga di pasar belum menentu apalagi anjlok, sistem resi gudang bisa melindungi petani. Hasil pertanian yang disimpan di gudang akan mendapat resi, dan itu bisa dijaminkan ke Bank Jateng.

"Bisa dijaminkan ke Bank Jateng, dapat uang. Jadi sambil menunggu harga stabil, mereka tetap bisa punya modal tanam kembali. Ya seperti menggadaikan gabah ke resi gudang ini. Dengan pengelolaan baik, maka hasil pertanian bisa tinggi," jelasnya.

BACA JUGA: Para Santri Ponpes Al-Hidayah Bikin Pak Ganjar Terkesima, Keren!

Ganjar mengatakan dengan mekanisme itu maka pengelola akan membantu menjualkan gabah yang telah digiling dengan harga maksimal. Nantinya, hasil penjualan itu akan dibagi dengan kapasitas 60;40.

“Ini menarik dan saya berharap program ini diterapkan di daerah lain di Jawa Tengah," tuturnya.

Sementara itu, Nur Sholikhin (45), petani asal Tanjung Harjo Grobogan mengaku sebelum adanya sistem resi gudang dia selalu menjual hasil panen ke pasaran.

Meskipun harga sedang jatuh, dia terpaksa menjual untuk modal bertanam selanjutnya.

"Sekarang tidak susah lagi. Meskipun saat panen harga anjlok, saya tidak langsung menjual. Gabah bisa saya simpan dulu di gudang yang menerapkan sistem resi gudang ini, nanti kalau harga sudah stabil, baru dijual," kata Nur Sholikhin.

Sambil menunggu harga stabil, gabah yang disimpan dengan mekanisme resi gudang itu bisa dia jaminkan ke Bank Jateng. Melalui jaminan itu, Nur tak repot saat musim tanam tiba.

"Sudah empat kali saya jaminkan resi gudang saya. Dapatnya lumayan, maksimal 75 juta dan bisa digunakan tanam lagi. Nanti setelah harga stabil, baru gabah dijual. Saya pernah untung Rp10 juta dengan program ini," ucapnya

Hal senada disampaikan Nur Rodi (60) petani lainnya. Dia mengatakan sistem resi gudang sama seperti pegadaian yakni petani menjaminkan gabahnya ke bank untuk mendapatkan modal. Jaminannya adalah resi gudang yang diterbitkan.

"Keuntungannya kami tunda jual kalau harga murah. Dengan menunda penjualan, kan kami tetap dapat modal tanam dengan resi gudang yang ada. Nanti setelah harga stabil, baru dijual dan kami tetap tidak merugi," ucapnya.

Nur sendiri mengatakan sudah ada 800 petani di Gapoktannya yang mengikuti program resi gudang ini. Saat ini saja, sudah ada 100 ton gabah kering yang mereka simpan di gudang sistem resi gudang Grobogan tersebut.

"Jadi bisa meminimalisir kerugian, karena kami tidak buru-buru menjual. Sistem ini memang menguntungkan," pungkasnya. (flo/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler