Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel, H Oktaf Riady, menyesalkan tindakan oknum TNI AU yang melakukan aksi kekerasan terhadap pewarta foto Sumeks. ’’Beliau sudah berjanji tapi malah ada kasus penganiayaan yang dilakukan oknum anggota TNI AU. Ini artinya pihak TNI AU telah ingkar janji,’’ tegasnnya.
Dirinya mengutuk keras apapun bentuk kekerasan terhadap wartawan yang sedang menjalankan tugas. Sebab, mereka bekerja dilindungi UU Pers Pasal 18 yang menyatakan bahwa mereka yang menghalangi kerja wartawan bisa dituntut pidana dua tahun dan denda lima ratus juta rupiah.
’’PWI akan meminta Panglima TNI AU untuk mencopot pimpinan TNI AU yang tidak bisa mengajari anak buahnya dan oknum-oknum yang melakukan kekerasan.
’’Kami mengutuk keras dan tindakan tersebut harus diusut tuntas,’’ kecamnnya.
Dalam beberapa bulan terakhir aksi kekerasan wartawan baik cetak, elektronik dan fotogrofer telah terjadi empat kali. Terakhir adalah kasus tindak kekerasan yang juga terjadi terhadap fotografer Sumeks saat peliputan di stasiun Kertapati.
Sementara itu, Neni, wartawan Sumeks hanya bisa histeris melihat rekan sekerjanya dianiaya oknum anggota TNI AU. Diceritakannya, kejadian tersebut berawal saat Kris Samiaji mengambil gambar bentrok warga dengan anggota TNI AU soal penggusuran lahan milik warga di RT 27, Kecamatan Sukarami. Tiba-tiba Kris didekati sekumpulan oknum TNI AU.
’’Waktu itu Mas Kris lagi ngambi foto blokade warga. Tahu-tahu dia (Mas Kris) dipegang dan dipukul. Saya langsung teriak-teriak karena dia teman saya, tapi saya disuruh diam. Kamera Mas Kris juga sempat mau diambil tapi dipertahankan,’’ ujar Neni yang masih shock akibat tindak kekerasan tersebut.
Menurut dia, aksi yang dilakukan oknum TNI AU tersebut sudah diambang batas, karena tak lagi menghormati profesi jurnalis. ’’Malah saya yang cewek pun nyaris dianiaya, untung saya pakai helm,’’ terangnnya.
Hal Senada disampaikan Hafiz, salah satu wartawan harian Palembang Pos di lokasi kejadian. Menurut dia, wartawan langsung diintimidasi untuk tidak berbuat apa-apa saat aksi kekerasan terjadi. Namun akhirnya dirinya dan Muhsaful, salah satu fotografer senior, langsung menyelamatkan Kris dari sekumpulan oknum TNI AU. Muhsaful sendiri juga sempat terkena pukulan saat hendak menyelamatkan rekannya.
Tak hanya itu. Handphone Adi, wartawan Berita Pagi, yang berada di lokasi kejadian juga sempat akan dirampas oknum TNI AU. Oknum TNI AU tersebut mengira bahwa Adi menyimpan video aksi kekerasan tersebut. ’’Mereka takut saya merekam aksi tersebut. Jadi, HP mau dirampas,’’ tambah Adi.
Sebelumnya, oknum anggota TNI AU dari Lanud Pekanbaru, Riau, juga menganiaya wartawan Riau Pos (Grup JPNN) Didik Herwanto. Dia sempat dirawat di RS Eka Hospital. Didik dianiaya seorang perwira TNI AU saat mengambil gambar di lokasi jatuhnya pesawat tempur Hawk 200 di Kabupaten Kampar, Riau. (gti)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahasiswa Tewas Disambar Petir
Redaktur : Tim Redaksi