jpnn.com, JAKARTA - Indonesia menggelar International Halal Expo & Conference (Inhalec) 2017 di Balai Kartini, Jakarta, 19-21 Oktober 2017.
Event internasional yang mengekspos dan membahas sepuluh sektor industri halal itu diselenggarakan Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) serta didukung Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
BACA JUGA: Setelah Tertunda 29 Tahun, KEK Mandalika Diresmikan Jokowi
Ketua IHLC DR Sapra Nirwandar mengatakan, potensi industri halal Indonesia sangat besar.
"Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara pengekspor produk halal ke mancanegara," papar Sapta dalam acara pembukaan Inhalec 2017, Jumat (20/10).
BACA JUGA: Komodo Travel Mart Bikin Paket Wisata Labuan Bajo Naik Daun
Setidaknya ada sepuluh sektor yang diekspos dalam Inhalec 2017. Mulai fesyen, pendidikan, pariwisata, perbankan dan keuangan, makanan, serta farmasi.
Begitu juga dengan kosmetik, media, rekreasi, perawatan medis, dan seni pertunjukan. Semuanya dibalut dengan tema Halal Industry, Cultural and Technology.
BACA JUGA: Menpar Arief Yahya: Tidak Ada Alasan Lagi untuk Molor
Inhalec 2017 adalah yang kedua dan merupakan kelanjutan dari kesuksesan gelaran serupa pada 2016 yang dilaksanakan di Ciputra World Jakarta. Narasumbernya dijamin paten. Semua diambil dari industri dari berbagai negara.
“Kegiatan selama tiga hari itu berupa konferensi internasional, pameran produk halal, penayangan film, konser musik, dan peragaan busana muslim,” papar Sapta.
Pembicara di kegiatan ini adalah KH. Ma’ruf Amin (Chairman Indonesia Ulama Council), Bambang P.S Brodjonegoro (Minister of National Development Planning), Mr. M. Yanis Mudja (Chairman Halal Products Foundation), M. Anwar Bashori (Head of Syariah Departement Bank Indonesia), Masyhudi AM (Presdient Director of RSI Sultan Agung Semarang) Ahmad Al-Dubayan (Director General of the Islamic Cultural Centre in London), Kim Jin Woo (Director of International Bussiness Affairs of KIHI-Korea), Rafiuddin Shikoh (CEO DinarStandart), Muliaman D. Hadad (Chairman Islamic Economy Society), Erwan Mace (CEO and Founder Muslim Pro), dan Ervik Ari Susanto (CEO Halal Lifestyle Apps).
Kegiatan yang diikuti 350 peserta dalam dan luar negeri ini mempertemukan produsen dan konsumen langsung dengan pembeli.
Itu artinya, wholesalers dan retailers langsung ketemu. Peluang membangun jaringan kerja sama pun jadi makin terbuka lebar.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti menambahkan, Inhalec 2017 ini sekaligus sarana untuk mengenalkan kepada masyarakat luas muslim dan nonmuslim yang membutuhkan informasi dan produk halal yang ada di pasar.
"Halal menjadi kebutuhan penting masyarakat saat iniyang ditandai dengan semakin meningkatnya minat masyarakat akan produk-produk sehat dan higienies. Kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat terasa kian terbangun seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat," jelas Esthy.
Etimasi pengunjungnya? Mencapai 6.000 orang lantaran pameran ini diikuti pengusaha dan produsen industri dari sepuluh sektor halal
Sementara untuk conference akan dilaksanakan dua hari berturut-turut, 19-20 Oktober 2017. Konferensi akan menghadirkan pembicara skala nasional dan internasional.
"Peserta yang akan hadir terdri dari industri-industri halal yaitu pebisnis/pengusaha, mahasiswa dan umum," ungkapnya.
Kepala Bidang Promosi Perjalanan Insentif Hendri Karnoza menambahkan, penyelenggaraan IIHLEC 2016 diyakini bakal sangat menyenangkan.
Sebab, selain diisi dengan konferensi yang menampilkan para pakar di bidang industri halal, ada pula berbagai penampilan baik di bidang fashion maupun seni budaya.
Untuk fashion, ada sepuluh perancang nasional yang akan tampil. Selain Dian Pelangi, ada desainer Deden Siswanto, Si.Se.Sa, El Hijab, Irna Mutiara yang akan menampilkan kreasi desainnya.
Akan ada pula pemutaran film bertema Islami diselenggarakan selama satu hari, pada 20 Oktober 2017 di ruang Mawar, tepat setelah kegiatan conference.
"Berdurasi selama 60 menit, film documenter karya Itallo Spinelii akan menyentuh penonoton dengan nilai Islam sesungguhnya," kata Hendri.
Puncak dari acara ini diisi konser musik bersama Dwiki Darmawan & Orchestra yang akan membawakan sejumlah aransemen musik bernuansa religi yang penuh inspirasi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia rupanya tidak menjamin untuk bisa jadi magnet wisatawan muslim mancanegara.
Sertifikasi untuk optimalisasi pariwisata halal tetaplah sangat penting. Dengan predikat mayoritas muslim itu, tidak berarti Indonesia bebas sertifikasi halal.
Arief menjelaskan, sertifikasi halal untuk pariwisata sangat berdampak strategis. Dia mencontohkan, di negara berkembang yang bukan mayoritas muslim bisa mendapat kunjungan wisatawan muslim dengan jumlah luar biasa karena sertifikasi halal tersebut.
"Yang pertama kita perlu sertifikasi, kedua perlu memberikan pelayanan standar internasional. Saya bisa buktikan. Thailand itu bukan negara mayoritas muslim, tapi jumlah wisatawan mancanegara (wisman) muslimnya lebih banyak," katanya.
Menpar Arief Yahya mengatakan, untuk memajukan industri pariwisata, selain sertifikasi, alokasi sumber daya harus mengikuti. Dengan mempunyai nominal yang tinggi, kemajuan pariwisata mempunyai dampak lebih besar dan bisa dirasakan rakyat menjadi 170 persen.
Oleh karenanya, sertifikasi halal ini sangat disarankan kepada seluruh pelaku usaha agar bisa segera ditempuh.
"Terutama pelaku bisnis wisata halal, harus gunakan global standar apa yang telah diakui. Kalau mereka menyertifikasi, kita menyertifikasi," ujar Menpar Arief Yahya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepri Carnival 2017 Bikin Tanjung Pinang Penuh Pesona
Redaktur : Tim Redaksi