Ini 6 Cara Mencegah Kanker Serviks

Sabtu, 15 Februari 2020 – 10:10 WIB
Deteksi dini kanker serviks. Foto dok JPNN.com

jpnn.com - Kanker serviks masih menjadi salah satu kanker mematikan yang banyak dialami oleh perempuan di dunia. Di Indonesia, kanker serviks menjadi penyebab kedua tertinggi kasus kanker pada wanita dewasa.

Meski demikian, sebenarnya kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang dapat dicegah. Cari tahu cara mencegahnya di sini.

BACA JUGA: Kanker Serviks Bisa Dicegah

Mencegah kanker serviks

Jumlah penderita kanker serviks bisa dicegah dan ditekan dengan cara melakukan deteksi dini dan hidup sehat. Berikut ini beberapa hal penting yang dapat menjauhkan wanita dari kanker serviks:

BACA JUGA: Cegah Kanker Serviks, Ganti Celana Dalam Setiap 4 Jam

1. Vaksin HPV 

Salah satu tindakan pencegahan kanker serviks yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah dengan melakukan vaksinasi HPV.

BACA JUGA: Bisakah Kondom Mencegah Kanker Serviks?

Usia ideal untuk vaksinasi HPV adalah saat anak perempuan berusia 9-13 tahun. Pada usia tersebut, vaksinasi HPV diberikan sebanyak dua kali dalam jarak 6-12 bulan.

Lebih lanjut, Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) juga menyatakan bahwa vaksinasi ini juga boleh diberikan pada perempuan berusia 13-26 tahun yang belum pernah mendapatkan vaksin HPV sebelumnya. Pada usia ini, vaksin HPV sebaiknya dilakukan tiga kali.  

Namun vaksin HPV pada dasarnya dianjurkan untuk diberikan pada orang yang belum pernah berhubungan seksual. Jika seseorang sudah pernah berhubungan seksual, efektivitas vaksinnya menurun, meskipun ia mendapatkan vaksin tersebut pada rentang usia yang direkomendasikan WHO. 

Jadi, vaksin HPV bukan satu-satunya pencegahan yang paling optimal. 

3. Skrining Kanker Serviks

Selain vaksin, ada juga skrining kanker serviks yang terbukti dapat membantu menurunkan angka kematian akibat kanker serviks secara drastis dan terbukti ampuh. Dengan melakukan skrining teratur, kelainan sel di leher rahim bisa dideteksi secara dini dan diobati lebih cepat.

WHO menganjurkan agar skrining kanker serviks dilakukan oleh setiap perempuan yang berusia 30-49 tahun. Skrining kanker serviks dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan pap smear, inspeksi visual asetat (IVA), dan tes HPV.

4. IVA 

Skrining IVA bertujuan untuk melihat ada tidaknya sel yang tidak normal di leher rahim. Metode IVA dilakukan dengan memasukkan spekulum ke dalam leher rahim, lalu dokter atau petugas kesehatan terlatih akan mengoleskan asam asetat ke lapisan permukaan leher rahim.

Jika warna pada leher rahim tidak berubah, maka bisa dikatakan tidak ada sel abnormal di vagina. Namun, apabila leher rahim warnanya berubah menjadi putih, maka kemungkinan menandakan ada sel yang abnormal. Perubahan sel abnormal bisa terjadi bukan hanya karena infeksi HPV saja.

5. Pap smear

Hampir sama dengan metode IVA, pap smear dilakukan dengan cara memasukkan spekulum ke dalam vagina, lalu dokter akan mengalami mengambil sampel (cairan di dinding vagina) menggunakan sikat kecil khusus.

Nantinya sampel akan dibawa ke laboratorium dan dilihat dibawa mikroskop oleh dokter spesialis patologi anatomi untuk diperiksa ada atau tidaknya sel abnormal. 

6. Tes HPV

Sementara itu, tujuan pemeriksaan HPV agak sedikit berbeda. Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya virus penyebab kanker serviks di leher rahim, yaitu virus HPV.

Dokter akan mengambil sampel dan dibawa ke laboratorium untuk diproses menggunakan teknologi yang lebih modern dan canggih. Saat ini tes HPV sudah banyak digunakan untuk skrining terhadap kanker serviks karena memiliki hasil yang bisa dibilang sangat sensitif dan akurat.

Untuk mencegah penyakit kanker serviks secara optimal, wanita berusia 30 tahun ke atas disarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining kombinasi antara pap smear dan tes HPV (co-testing) secara berkala, umumnya setiap tiga tahun sekali.(OVI/RH/klikdokter)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler