Ini Curhatan Sindikat Bali Nine Sebelum Dieksekusi

Minggu, 15 Februari 2015 – 08:19 WIB
MENUNGGU EKSEKUSI : Myuran Sukumaran (kiri) dan Andrew Chan, dua pentolan seindikat Bali Nine sedang menunggu sidang di Pengadilan Negeri Denpasar. (Jawa Pos dok)

jpnn.com - DUA terpidana mati narkotika asal Australia yang kondang disebut sindikat Bali Nine hampir dipastikan tak lagi berumur panjang. Pemerintah Indonesia tak lama lagi bakal mengeksekusi mati dua penyelundup 8,2 kg heroin pada 2005 lalu itu. 

Dukungan kepada penjahat narkoba bernama Myuran Sukumaran dan Andrew Chan ini terus mengalir dari negara asalnya. Bahkan Perdana Menteri Australia Tony Abbott terus merayu agar pemerintah Indonesia membatalkan dieksekusi dua warganya. 

BACA JUGA: Begini Rayuan Tony Abbot Agar Bali Nine Tak Dieksekusi

Nah mendengar banyaknya dukungan, Myuran Sukumaran mengaku gembira.

Meski begitu, dia mengaku dalam beberapa hari terakhir kesulitan tidur. Dia takut petugas penjara datang dan membawanya untuk dieksekusi mati. Hal ini tuturkan seniman perang Australia, Ben Quilty yang bertemu untuk terakhir kalinya dengan Myuran di Penjara Kerobokan Bali Kamis lalu.

BACA JUGA: Sinyal setelah Duduk Semeja dengan Ibu Mega

Dalam wawancara emosional dengan program 7.30 di TV ABC, Ben Quilty mengungkapkan Sukumaran tidak bisa tidur karena khawatir di tengah malam dia akan mengalami mimpi buruk. Mimpi seram itu adalah dimana staf dari penjara akan datang mengetuk pintu dan mengirimkan dia ke tempat pelaksanaan eksekusi mati.

Ben Quilty merupakan guru seni lukis Myuran Sukumaran dan juga teman selama 4 tahun terakhir dan berhasil mengunjunginya setiap pekan selama beberapa bulan terakhir. Namun dia meyakini kalau kunjungannya Kamis kemarin (12/2) sebagai kunjungan terakhirnya.

BACA JUGA: Budi Waseso Bilang, Hitung Harga Senjata Koleksinya tak Gampang

"Saya merasa dan sepertinya juga Myuran tahu pasti kalau waktu untuknya sudah habis. Dia selalu meminta saya untuk kuat dan tabah dan kemarin merupakan hal tersulit yang pernah saya lakukan yakni meninggalkan dia disana dan saya akhirnya benar-benar mengucapkan selamat tinggal padanya," tutur Ben Quilty dengan nada sedih.

Ben juga yakin Sukumaran merasa teguh dan menerima atas apa yang menimpa dirinya. Hal itu terlihat jelas seiring dengan persiapan yang dilakukan di dalam penjara untuk melepas dirinya. “Saya merasa sangat sulit meninggalkan dia disana," imbuh Quilty

Quilty mengatakan perhatian Sukumaran kini beralih kepada keluarganya.

"Saya memiliki adik perempuan dan laki-laki, yang selama 10 tahun telah terabaikan. Kini ibu saya yang terluka karena perbuatan saya menghabiskan seluruh energi dan waktunya untuk menolong mereka (adik) agar bisa menerima apa yang akan terjadi," kata Sukumaran seperti ditirukan Quilty. (australia plus/mas)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata, Budi Waseso Tak Pernah Laporkan Hartanya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler