Ini Dia 8 Merek Lokal yang Sering Dianggap Produk Asing (2)

Kamis, 25 Februari 2016 – 19:31 WIB
Edward Forrer. Foto: Edward Forrer

jpnn.com - JAKARTA – Indonesia sebenarnya punya banyak sosok hebat yang sukses melahirkan produk aduhai. Produk-produk itu bahkan mampu bersaing dengan barang luar negeri.

Namun, banyak merek lokal yang justru sering dianggap produk asing. Salah satu penyebabnya ialah nama yang kebarat-baratan. Padahal, produk-produk itu dirintis dengan susah payah di Indonesia. (jos/jpnn)

BACA JUGA: Ini Dia 8 Merek Lokal yang Sering Dianggap Produk Asing (1)

Berikut merek lokal yang sering dianggap produk asing:

Edward Forrer

BACA JUGA: Offline dan Online Bersinergi, Bhineka Tumbuh 3 Digit

Anda yang menggemari sepatu tentu tak akan meragukan kualitas merek Edward Forrer. Sepatu produksi Edward Forrer dikenal sangat kuat, mengikuti perkembangan zaman dan berkualitas.

Tapi, apakah Anda tahu bahwa Edward Forrer adalah merek Indonesia? Ya, Edward Forrer asli dalam negeri. Adalah sang pemilik Edward Forrer yang bekerja keras mewujudkan mimpinya pada 1989 silam.

BACA JUGA: FANTASTIS! Target Pajak Daerah Ini Rp 4,58 Triliun

Laman ciputraentrepreneurship menulis, pria yang karib disapa Edo itu memulai usahanya berjualan sepatu dari pintu ke pintu (door to door). Keputusan Edo bergelut dengan sepatu tak lepas dari pengalaman buruknya saat melihat sang adik terbangun tengah malam karena belum makan seharian.

Setelah lulus SMA, Edo langsung bekerja di pabrik sepatu di bagian gudang. “Saya memulai usaha ini memulai segalanya dengan modal tekad, plus sebuah mesin jahit pinjaman serta sepeda kayuh,” ujar Edo.

Pada pertengahan September 1989, Edo keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dan memberanikan diri merintis bisnis sendiri. Dia berkeliling mengayuh sepeda, dari pintu ke pintu, menawarkan jasa membuat sepatu. Di tas gendongnya selalu tersedia beberapa contoh sepatu.

Edo membuka toko kecil di Gang Saad, Kota Bandung pada Agustus 1992. Saat itu, dia memiliki 16 pengrajin dan dua pegawai toko. Berbagai cobaan tak membuat Edo patah semangat.

Krisis ekonomi pada 1997 juga tak membuat usahanya gulung tikar. Kini, Edo bisa menikmati kerja kerasnya saat muda. Alas kaki merek Edward Forrer kini sudah sejajar dengan produk asing.

J.CO Donuts & Coffee

J.CO Donuts & Coffee lahir berkat kejelian Johhny Andrean melihat pangsa pasar. Dia pun memberanikan diri membuka outlet pertama J.CO Donuts & Coffee di Supermall Karawaci pada 2005 silam.

Keputusan Johhny ternyata sangat tepat. J.CO Donuts & Coffee mampu menghadirkan opsi bagi pelanggan untuk menikmati donat dan kopi. J.CO Donuts & Coffee kerap disebut sebagai perusahaan lokal bercita rasa internasional.

Kesuksesan di tanah air tak membuat Johhny puas. Dia langsung go international. Gerai internasional pertama dibuka di Malaysia pada 2007. Sambutan pasar pun sangat hangat.

Hal itu membuat Johhny berani membuka cabang pertama di Singapura setahun berselang. Setelah itu, Johhny juga menggebrak pasar Filipina dengan membuka cabang pertama di SM Megamall. Saat ini, J.CO Donuts & Coffee sudah memiliki banyak gerai di dalam dan luar negeri. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Alasan Mewajibkan Facebook Berbadan Usaha Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler