Ini Hasil Kajian ITB soal Produk Tembakau yang Dipanaskan, Ternyata 

Kamis, 09 Juni 2022 – 14:47 WIB
Prof. Dr.rer.nat. Rahmana Emran Kartasasmita, M.Si. (kiri) dan tim riset SF-ITB menyampaikan hasil kajian literatur ilmiah dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB). Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Hasil kajian literatur ilmiah dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) yang berjudul “Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) bisa jadi salah satu solusi menurunkan prevalensi merokok.

Dari hasil kajian literatur ilmiah tersebut, Tobacco Heated System atau produk tembakau yang dipanaskan tidak bebas risiko sepenuhnya, tetapi secara komparatif memiliki risiko lebih rendah dibandingkan dengan rokok.

BACA JUGA: Pakar Polimer ITB Sebut Galon PET Lebih Beresiko Terkena Sinar Matahari

Anggota tim pengkaji dari SF-ITB, Prof. Dr.rer.nat. Rahmana Emran Kartasasmita, M.Si., menjelaskan prevalensi merokok di Indonesia tidak kunjung menurun, meski pemerintah telah melakukan berbagai upaya.

Seiring perkembangan teknologi dan inovasi yang didukung dengan penelitian selama dua dekade terakhir, lahir ragam produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, snus, dan kantong nikotin. 

BACA JUGA: Pakar ITB Sebut Petir Tropis Memang Lebih Kuat

Nah, kehadiran dari produk ini menurut Prof. Emran dapat digunakan untuk membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaannya karena memiliki profil risiko yang jauh rendah daripada rokok.

Prof. Emran mengatakan produk tembakau alternatif masih menjadi fenomena baru di Indonesia.

BACA JUGA: Wamenkes Dante Jelaskan Bahaya Rokok Elektrik

Selain itu, kajian literatur ilmiah maupun kajian ilmiah di dalam negeri terhadap produk ini masih sedikit sehingga belum memberikan informasi yang menyeluruh bagi publik, terutama perokok dewasa. 

"Atas pertimbangan tersebut, SF-ITB melakukan kajian literatur ilmiah secara mendalam dan komprehensif untuk mempelajari profil risiko serta potensi manfaatnya bagi perokok dewasa,” kata Prof. Emran dalam diskusi media di Jakarta, Kamis (9/6).

Prof. Emran mengungkapkan SF-ITB melakukan kajian literatur ilmiah berbasis kajian risiko terhadap produk tembakau yang dipanaskan.

Kajian ini dilakukan berdasarkan metode standar di seluruh dunia untuk menghitung perkiraan tingkat risiko. SF-ITB mengacu pada lembaga-lembaga dunia seperti, WHO (World Health Organization), IARC (International Agency for Research on Cancer, suatu lembaga di bawah WHO), CDC (Centers for Disease Control and Prevention), dan US-EPA (Environmental Protection Agency) dalam proses kajiannya.

Proses kajian risiko yang dilakukan Prof. Emran dan tim melalui beberapa tahapan, yaitu penelusuran literatur independen dan publikasi ilmiah untuk mencari data kualitatif dan kuantitatif terkait berbagai senyawa dalam produk tembakau yang dipanaskan dan standard cigarette sebagai komparator, beserta penggolongan karsinogenitasnya dengan merujuk pada IARC.

Lalu, setelah data diperoleh, tim SF-ITB melakukan pencarian data karakterisasi bahaya untuk senyawa dengan nilai ambang (non-karsinogenik dan karsinogenik non-genotoksik) dan tanpa nilai ambang keamanan (karsinogenik genotoksik), penghitungan kajian paparan dengan kasus skenario terburuk.

Dilanjutkan dengan karakterisasi risiko untuk non-karsinogenik dan substansi karsinogenik.

Berdasarkan hasil kajian SF-ITB, Prof. Emran mengatakan produk tembakau yang dipanaskan tidak sepenuhnya bebas risiko.

Namun, produk ini terbukti memiliki profil risiko kesehatan lebih rendah dibandingkan dengan rokok.

“Produk tembakau alternatif harus didukung penggunaannya bagi perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaannya," ujarnya. 

Sekarang, kata Prof. Emran, tersedia produk tembakau alternatif yang terbukti memiliki paparan zat berbahaya (harmful and potentially harmful constituents atau HPHC) yang lebih rendah daripada rokok.

Lebih lanjut dikatakan, hasil kajian tersebut juga selaras dengan sejumlah riset lainya yang dilakukan lembaga-lembaga kesehatan di dunia.

Misalnya, Public Health England dan German Federal Institute for Risk Assessment (BfR) yang menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok.

UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, juga menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan mengurangi bahan kimia berbahaya sebesar 50% hingga 90% daripada rokok.

Dengan sejumlah hasil kajian ilmiah yang tersedia saat ini, Prof. Emran mengajak pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk turut mengkaji produk tembakau alternatif dengan menggandeng para peneliti, akademisi, pelaku industri, asosiasi, hingga konsumen.

"Kajian ilmiah yang dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sangat ditunggu-tunggu pelaku industri, asosiasi, konsumen, dan akademisi karena masih banyaknya informasi yang simpang siur mengenai produk tembakau alternatif di publik," terang Prof. Emran. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler