jpnn.com, PALEMBANG - Panggung politik jelang Pilgub Sumsel 2018 sudah diramaikan dengan publikasi hasil survei tentang elektabilitas para kandidat cagub.
Di antara hasil survey dari PolMark Indonesia dan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Dari survei PolMark pada 10-17 Agustus itu, melibatkan 1.200 responden dengan margin of error 2,9 persen menunjukkan Herman Deru memperoleh elektabilitas tertinggi sebesar 34,2 persen.
BACA JUGA: PKB Masih Tetap Tonjolkan Kader di Pilkada Sumsel
Posisi kedua Dodi Reza Alex 12,9 persen, Syahrial Oesman 11,9 persen, Saifudin Aswari Riva’i 7,8 persen, Ishak Mekki 6,4 persen, dan seterusnya.
Versi LSI, elektabilitas calon gubernur bulan Juni 2017, tertinggi Herman Deru 21,9 persen dan Dodi Reza Alex 17,6 persen.
BACA JUGA: Hasil Survei: Kesejahteraan Masyarakat Turun
Posisi ketiga Ishak Mekki 15,7 persen, sementara Syahrial Oesman menempati posisi keempat 9,8 persen, dan Aswari Riva’i 5,7 persen, dan seterusnya.
Direktur Riset PolMark, Eko Bambang, menerangkan survei elektabilitas itu menunjukkan potensi suara hari ini. Meski demikian, setiap tokoh punya peluang menang pilkada.
BACA JUGA: Optimistis Menang setelah Tahu Hasil Survei Golkar
"Potensi perubahan elektabilitas sampai jelang Pilkada 2018 pasti ada. Tapi, setidaknya yang sudah tinggi elektabilitasnya punya modal politik."
Dalam survei PolMark ini, salah satu yang menjadi indikator survei yakni popularitas dan kepemimpinan.
“Seperti faktor kemampuan memimpin atau kinerja yang berhasil. Pengalaman ini yang utama dilihat masyarakat,” ujarnya.
Menurut Eko, banyak faktor mengapa elektabilitas bisa menurun. Salah satunya kurang mampu mengelola tim kerja pemenangan.
"Sekalipun sekarang baik, tapi kalau tidak bisa mengelola dengan baik, elektabilitas itu akan turun,” ingatnya.
Karena itu untuk menjaga elektabilitas, dia menyarankan para calon gubernur membentuk tim kerja pemenangan yang solid. Lalu mempunyai perencanaan kerja pemenangan yang fokus, terukur, dan termonitoring.
“Terakhir ini penting. Banyak bertemu langsung dengan masyarakat untuk berdialog menangkap harapan masyarakat,” ujarnya.
Bagaimana lembaga survei lain? Direktur Charta Politica, Yunarto Wijaya mengatakan lembaganya juga sudah beberapa kali melakukan survei itu termasuk untuk Pilgub Sumsel.
Hanya memang, hasil survei itu tidak untuk di-publish secara terbuka. “Kita bekerja atas permintaan dari partai politik (parpol),” sebutnya.
Jadi, kalaupun untuk dibuka harus persetujuan atau permintaan parpol. “Karena lembaga survei bekerja atas dasar kode etik. Kalau dibuka maka melanggar kode etik,” katanya.
Dia pun tak mau menaksir-naksir siapa yang lebih unggul atau paling berpeluang menang di Pilgub Sumsel, karena itu harus berdasarkan survei di hari itu juga.
Menyoal hasil survei ini, beberapa balongub tak mau mengomentarinya secara serius. Sebab, itu baru hasil survei yang punya margin of error.
Bupati Muba, H Dodi Reza Alex yang namanya ikut masuk dalam survei mengatakan siapa saja boleh berspekulasi mengenai tingginya elektabilitas balongub yang ada. "Tapi, saya tidak komentar dulu."
Dodi juga masih enggan mengomentari isu pencalonannya pada Pilgub Sumsel 2018. “No comment,” kata Dodi. Pasalnya, ia saat ini masih fokus membangun dan mengejar ketertinggalan Kabupaten Muba.
Bagaimana dengan Herman Deru (HD)? Sayangnya, beberapa kali wartawan ini menelepon ponsel HD tanpa jawaban. Begitu juga via pesan WhatsApp, pesan tidak terbaca.
Hal yang sama dengan Ketua DPW Partai NasDem Provinsi Sumsel, Syahrial Oesman juga tak menjawab walaupun sudah membaca pesan WhatsApp.
Giri Ramandha NK, ketua DPRD Sumsel yang juga tercatat sebagai balongub menegaskan, PDI Perjuangan baru selesai melaksanakan survei. Dan, 10 hari lagi bisa diketahui. "Tentu ini menjadi bahan dalam rapat di DPP PDI Perjuangan," katanya.
Soal sejumlah lembaga survei yang menempatkan Deru dengan persentase tertinggi, kata Giri, dirinya tidak bisa mengomentarinya.
"Kita lihat hasil survei PDI Perjuangan nanti. Kalau hasilnya sama, ya harus dipercayai. Tapi, logika saja. Survei itu tinggi kalau ada pergerakan yang masif. Ada sesuatu yang dilakukan sehingga bisa mempengaruhi massa."
Sekadar diketahui, saat penjaringan balongub oleh parpol beberapa minggu lalu, beberapa nama muncul. Semua disurvei. Mayoritas merupakan ketua-ketua parpol yang saling “lamar”.
Mereka yakni Ketua DPD Partai Gerindra Sumsel H Saifudin Aswari Riva’i, Ketua DPW Partai NasDem Sumsel H Syahrial Oesman, Ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel HM Giri Ramanda NK, dan Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel H Ishak Mekki.
Tokoh lain, Wali Kota Pangkal Pinang Irwansyah Sofyan Rebuin, mantan Pandam II/Swj Mayjen TNI (Purn) Iskandar M Sahil, mantan Kabareskrim Polri Komjen Pol (Purn) Susno Duadji, politisi senior Partai Demokrat Sarjan Tahir, mantan Bupati OKU Timur H Herman Deru, mantan Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra, mantan Bupati Ogan Ilir H Mawardi Yahya.
Lalu ada nama Dodi Reza Alex dan Riduan Effendi. Namun memang, meskipun memiliki elektabilitas tertinggi, Herman Deru belum secara terang-terangan menyebutkan partai pendukung.
Total ada 75 kursi di DPRD Provinsi Sumsel. Untuk mengusung calon, minimal parpol harus memiliki 15 kursi. Sementara, tidak ada satupun parpol yang memenuhi syarat 15 kursi.
Pendek kata, mereka harus koalisi untuk mencapai itu. Diprediksi akan ada tiga pasangan untuk Pilgub Sumsel 2018. Bahkan, tidak menutup kemungkinan hanya dua pasang alias head to head. (bis/yud/fad/ce1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Isu Pasangan Calon Masih Bisa Berubah, Balongub Sumsel Galau
Redaktur & Reporter : Soetomo