jpnn.com - Program Studi Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia Kreatif) merilis hasil riset terbarunya bertajuk Youth Audience Measurement – Indonesia 2020 yang meriset tentang perilaku generasi muda di era digital/
Hasil riset ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat dan kontribusi terhadap industri yang relevan dengan program studi dan menjadi bagian dari tri dharma perguruan tinggi.
“Hasil riset ini menjadi bentuk komitmen kami untuk dapat berkontribusi sebagai sivitas akademik bagi industri yang relevan. Perilaku generasi muda yang relatif lebih dinamis menjadi salah satu tantangan dalam industri terutama untuk mengambil keputusan. Untuk itu, diperlukan data terkait perilaku generasi muda yang akan diupdate secara periodik sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.” kata Rizky Kertanegara, Koordinator Program Studi Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif.
Kendati aktif dalam mengakses media sosial, generasi muda dengan usia 15 – 25 tahun cenderung membatasi interaksi yang mereka lakukan di media sosial.
BACA JUGA: Ratusan Akun Bodong Serang Isu Papua Merdeka di Media Sosial, Siapa yang Memberi Komando?
Menurut hasil survey Youth Audience Measurement yang diadakan oleh Program Studi Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif terhadap 1080 remaja dengan metode random sampling, lebih dari 96% responden mengakses internet lebih dari 3 jam per hari.
Dari responden yang sama, 89% dari mereka mengaku bahwa menggunakan media sosial menjadi salah satu alasan utama mereka mengakses internet.
BACA JUGA: Ini Alasan Reza Rahadian Tidak Gunakan Media Sosial
“Walau banyak disebut sebagai generasi digital native, di mana sejak usia dini mereka sudah kenal dengan internet, ternyata generasi usia 15 – 25 tahun saat ini relatif lebih menjadi generasi silent user. Walau aktif menggunakan media sosial, 50,41% responden mengaku berkomentar kurang dari 5 komentar per hari di media sosial. Bahkan, 38.16% responden juga mengaku tidak pernah berkomentar di media sosial," papar Dyama Khazim, Dosen Program Studi Periklanan Politeknik Negeri Media Kreatif sekaligus peneliti dalam riset Digital Youth Audience Measurement & Analysis Indonesia 2020.
Dyama juga menyampaikan dari data yang didapatkan, hanya 37,88% responden yang mengaku rutin mengunggah konten di media sosial, baik itu tweet, status, foto, maupun video di akun media sosial mereka.
Sedangkan 34.56% mengaku mengunggah konten selama sebulan sekali, dan 27.56% menyampaikan tidak pernah mengunggah konten di media sosial.
“Terkait konten siapa yang paling sering dikomentari oleh generasi muda usia 15-25 tahun, responden kami memilih inner circle content, atau konten yang diupload oleh orang terdekat mereka. Secara rinci, konten yang diunggah oleh teman atau orang yang dikenal mendapatkan jawaban 59,82%, konten yang diunggah oleh keluarga mendapatkan jawaban 15,85%, konten dari selebritas atau influencer sebesar 14,93%, sedangkan sisanya adalah konten yang diunggah oleh media, komunitas, atau akun anonim.” Terang Dyama.
“Terkait akun anonim, kemungkinan akan mendapatkan komentar relatif lebih kecil karena dari data yang kami dapatkan, hanya 3 dari 1000 orang akan berkomentar di setiap konten akun anonim," tambah Dyama.
Survei yang fokus terhadap perilaku generasi muda Indonesia dalam berkomunikasi di berbagai platform digital juga menemukan bahwa Whatsapp menjadi platform paling populer yang dipilih oleh generasi muda untuk berkirim pesan instan.
Dari hasil survey menunjukkan bahwa Whatsapp menjadi pilihan bagi 98,25% responden untuk berkirim pesan instan. Sementara itu, Instagram DM (Direct Message) menjadi pilihan tertinggi kedua dengan 72,81%. Di bawahnya secara berturut-turut terdapat Telegram (46%), Facebook Messanger (45%), dan Line (21%).
“Untuk pesan instan, terdapat hal yang unik di sini. Instagram yang biasa kita kenal sebagai media sosial berbagi visual baik foto maupun video juga banyak digunakan oleh generasi muda untuk berkirim pesan instan, sama seperti WhatsApp atau Telegram. Padahal fungsi utamanya adalah berbagi konten visual," kata Dyama.
Selain itu, terkait dengan kebiasaan baru di mana tren penggunaan platform virtual conference baik untuk pekerjaan maupun kelas online, data responden menunjukkan bahwa lebih dari 48% mengaku memilih mematikan microphone dan kamera saat sedang kelas online atau sedang meeting online setiap hari.
Sementara itu, 15% responden mengaku menyalakan microphone saja, dan sisanya mengaku menyalakan keduanya.
Dari platform video conference, zoom menjadi pilihan terbanyak yang digunakan oleh responden, yaitu mencapai 60,37% disusul oleh Google Meet sebesar 35,8 persen. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia