Ini Jasad Tokoh Anti-Putin yang Masih Terkapar di Jalanan

Minggu, 01 Maret 2015 – 06:13 WIB
Penyidik memeriksa jasad Boris Nemtsov yang tergeletak di jalanan. Foto: George Malets/Reuters

jpnn.com - MOSKOW –  Boris Nemtsov, seorang politikus yang dikenal keras mengkritisi kebijakan Presiden Vladimir Putin,  tewas tertembus timah panas misterius saat sedang menyeberangi sebuah jembatan di Kota Moskow bersama seorang rekan perempuan.

Padahal, seharusnya dia memimpin unjuk rasa oposisi di ibu kota pada hari ini (1/3).

BACA JUGA: Usai Habisi Nyawa 7 Orang, lalu Bunuh Diri

Nemtsov yang pernah menjabat wakil perdana menteri pada masa pemerintahan mendiang Presiden Boris Yeltsin itu adalah politikus oposisi yang vokal. Selama ini, dia dikenal sebagai kritikus Presiden Vladimir Putin. Tiga jam sebelum mengembuskan napas terakhir, pria 55 tahun itu masih menyampaikan kritik terhadap sang presiden dan jajaran pemerintahannya.

’’Krisis ekonomi yang saat ini membelit Rusia adalah salah satu konsekuensi yang harus kita tanggung karena kebijakan edan Putin atas Ukraina,’’ papar Nemtsov.

BACA JUGA: 38 Persen PSK Lulusan S1, 17 Persen S2

Dalam wawancara dengan stasiun radio Echo of Moscow itu, dia menyatakan bahwa berbagai sanksi dan embargo pada sektor ekonomi tersebut akan membuat Rusia terpuruk. Apalagi, kesabaran negara-negara Barat dalam menghadapi Rusia mulai pudar.

’’Kunci utama krisis ini adalah agresi (ke Ukraina) serta sanksi dan isolasi yang mengikutinya. Rusia pun lantas terkucil dari teknologi modern,’’ ungkap politikus yang juga dikenal sebagai ilmuwan tersebut.

BACA JUGA: Tak Semua Dirusak, Sebagian Dijual untuk Dana Perang ISIS

Menurut dia, dampak agresi Rusia ke Ukraina mendatangkan sangat banyak kerugian bagi Negeri Beruang Merah. Karena itu, dia berani menggalang massa dan menuntut pemerintah tidak lagi menginvasi Ukraina.

Kebijakan Putin yang menurut Nemtsov sangat emosional itu membuat masyarakat Rusia harus menanggung beban ekonomi yang berat. ’’Tidak ada lagi investasi (sejak lahirnya krisis Rusia dan Ukraina). USD 150 miliar (sekitar Rp 1.947 triliun) lenyap dari sektor penerbangan. Semua itu adalah dampak dari kegilaan berjudul agresi terhadap Ukraina,’’ terang tokoh anti-Putin tersebut.

Selain Ukraina, Nemtsov berbicara tentang Crimea. ’’Sebagian besar warga Crimea memang ingin bergabung dengan Rusia. Itu fakta. Tapi, bukan itu masalahnya. Segala sesuatu ada aturannya, ada hukumnya. Tidak bisa seenaknya sendiri,’’ ungkapnya. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, seharusnya Kremlin tunduk pada hukum internasional dan aturan main.

Agar bisa mewujudkan hubungan yang normal dengan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), Rusia perlu melakukan reformasi politik. Bukan hanya sistem yang dirombak, tetapi juga seluruh jajaran politisi di sana.

’’Kita membutuhkan reformasi politik. Saat kekuasaan berada di tangan satu orang dan dia selamanya menjadi pemimpin, kita hanya akan menuai bencana,’’ ujar Nemtsov.

Setelah mengungkapkan harapannya lewat wawancara selama 45 menit itu, Nemtsov lantas bertemu dengan rekan-rekan yang satu ideologi dengannya. Saat berada di dekat Kremlin untuk mengoordinasikan aksi unjuk rasa yang seharusnya berlangsung hari ini, ajal menjemputnya. Dia tewas tidak jauh dari Red Square dan tembok Kremlin.

Kabar kematian Nemtsov itu langsung membuat Moskow sibuk. Aparat berusaha mencari pelaku dan menggali motivasi di balik aksi tersebut. Komite Investigasi menyatakan, ada lebih dari satu dugaan motivasi di balik pembunuhan Nemtsov. Tetapi, badan tersebut menepis dugaan sebagian besar publik yang menyebut Nemtsov tewas karena prinsip politiknya yang berseberangan dengan Putin.

’’Yang jelas, pembunuhan ini sudah direncanakan dengan matang,’’ ungkap Komite Investigasi.

Diduga kuat, penembak Nemtsov melancarkan aksi dari dalam mobil yang bergerak. Pria tersebut tewas setelah peluru menembus punggungnya. Polisi menduga, pistol yang digunakan pelaku adalah makarov. Di Rusia, pistol jenis itu banyak dipakai militer dan kepolisian. (AP/BBC/hep/c23/ami)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Buah Zakar Hilang saat Bercumbu, Penyiar Ini Diduga Korban Perdagangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler