jpnn.com - DI luar sekolah formal ada banyak metode pembelajaran lain. Sebut saja parenting maupun homeschooling. Menurut pakar pendidikan Mohammad Nuh, dua metode itu adalah sebuah proses pembelajaran yang legal. Sesuai dengan Undang-undang tentang Sitem Pendidikan Nasional no 20 tahun 2003.
Apalagi, keduanya dinilai mengakomodir kondisi khusus yang dialami oleh siswa. Seperti menderita sakit dan harus dirawat, ataupun ada masalah-masalah tertentu yang membuat anak-anak harus menjalani pendidikan secara homeschooling.
BACA JUGA: Bapak-Ibu, Ini Lho Beberapa Keunggulan Jika Anak Jalani Homeschooling
Hal-hal itulah yang kemudian dianggapnya sebagai indikator yang wajar terkait mahalnya biaya homeschooling. ”Wajar jika kemudian menjadi mahal, karena homeschooling sangat privat. Ibarat pakaian, ada yang di butik dan ada juga yang di pasar,” kata mantan Menteri Pendidikan Nasional itu.
Desas desus mahalnya biaya homeschooling itulah yang kini juga ramai dibicarakan orang tua siswa. Tapi, apakah memang mahal? Selain pendapat Mohammad Nuh di atas ada beberapa pendapat lain yang menyatakan tentang biaya pendidikan tersebut.
BACA JUGA: Baca Nih! Banyak Karya Inovatif Pemuda Indonesia, Harus Diproduksi Massal
Thomas More Suharto, owner Homeschooling Primagama Pakuwon City Surabaya mengatakan biaya sekolah memang relatif. Tapi menurutnya jika dibandingkan dengan sekolah swasta umum yang telah memiliki nama, perbedaannya tak terlalu signifikan. Bahkan, malah pada beberapa sekolah jumlah total biaya yang dikeluarkan orang tua bisa lebih mahal.
Itu tentu jika dihitung pada banyak aspek sekaligus. Jam sekolah homeschooling yang tidak tiap hari serta tidak adanya seragam tentu menjadi aspek pengurang list pengeluaran orang tua siswa. ”Sebab antar jemput anak itu juga memakan biaya yang tidak sedikit,” jelasnya.
BACA JUGA: Ini Lokasi Penempatan Guru untuk Anak TKI
Untuk uang pangkal pada homeschooling, budjet yang dibutuhkan variatif. Di kawasan Surabaya atau Indonesia Timur pada umumnya biayanya berkisar di angka Rp 17 juta – 25 juta. Sedangkan SPP ada di angka Rp 750 ribu – Rp 1,6 juta perbulan. Bagi wilayah Metropolitan seperti Jakarta tentu budjet yang dibutuhkan jauh lebih besar lagi.
Sebagai perbandingan saja, pada salah satu sekolah swasta katolik ternama di Surabaya, pada tahun pelajaran 2015 lalu uang pangkal yang ditarik pada masing-masing siswa sebesar Rp 20 juta. Sedangkan biaya SPP perbulan berada di kisaran Rp 450 ribu.
Pendapat lain tentang biaya homeschooling dilontarkan oleh psikolog anak Seto Mulyadi. Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto itu, biaya pendidikan di homeschooling sama relatifnya dengan biaya di sekolah umum. Semakin banyak fasilitas yang ditawarkan maka semakin mahal pula harganya.
Namun Kak Seto mengatakan ada juga homeschooling yang malah menerapkan biaya gratis pada anak didiknya. Salah satunya homeschooling miliknya. Pada salah satu cabangnya di Jakarta, Kak Seto menggratiskan biaya pendidikan pada semua siswa.
”Kami melakukan jemput bola dengan mengajarkan anak-anak jalanan dan orang kurang mampu,” jelas Kak Seto yang kini sudah memiliki homeschooling di beberapa kota seperti Surabaya, Medan, dan Riau.
Dengan langkah itu, selain untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, juga menunjukkan bahwa homeschooling tidak hanya sekolah yang dikhususkan bagi mereka yang berprofesi sebagai artis atau atlit saja. ”Yang paling penting itu semua anak bangsa bisa mengenyam pendidikan yang baik,” pungkasnya. (pda/mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuliah Kedokteran Hanya Untuk Si Kaya, Harus Cepat Diubah!
Redaktur : Tim Redaksi