jpnn.com - BENGKULU - Pegawai Disdikbud Kabupaten Pesawaran Rahmad Rozi melaporkan dua ajudan Bupati Pesawaran, Rubi dan Mario ke Polsek Gedongtataan karena menganiayanya hingga babak belur.
Kedua ajudan itu dikabarkan akan segera dimintai keterangan terkait laporan staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) yang menderita memar di beberapa bagian tubuh dan luka gores di tangan kiri.
BACA JUGA: Duh! Tahanan Kasus Sabu-sabu 1 Kg Kabur dari Lapas Ini
Menurut Rozi, kejadian berawal ketika Rubi datang ke kantornya sebelum Jumatan, sekira pukul 11.50 WIB. Rubi menanyakan nomor telepon salah satu staf di Disdikbud yang bernama Lia kepada pegawai lainnya, Susan. Tapi karena handphone Susan lowbat, Rubi bertanya kepada dirinya. “Dan saya berikan nomornya,” jelas Rozi.
Setelah mendapat nomor telepon Lia, Rubi beranjak pergi. Namun entah mengapa, tiba-tiba dia memukul salah satu pintu kantor Disdikbud. “Ketika dia berbalik arah, dia bilang, ‘Kenapa kamu melihat’ pada saya. Padahal kebetulan saja setatapan muka. Saya jawab, ‘Ya nggak apa-apa. Apa salah saya, kan saya yang kasih nomor telepon. Kok marah dengan saya’,” paparnya.
BACA JUGA: Ya Ampun! Anggota Polisi Bonyok Dikeroyok Warga, Ini Fotonya...
Setelah dilerai, keributan reda. Tapi, tidak lama berselang, ajudan tersebut datang lagi ke Disdik bersama lima rekannya. Salah satunya Mario diketahui juga ajudan Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona. “Mereka lalu membawa saya ke mobil. Terus saya jawab, ‘Mau dibawa kemana saya’. Karena dianggap melawan, mereka memukul saya,” ceritanya.
Karena itu, ia sangat menyayangkan sikap dan perilaku ajudan bupati yang terkesan arogan tersebut. Menurut dia, yang memukulinya adalah Rubi dan Mario, sementara empat rekan mereka diam saja.
BACA JUGA: Huuu… Ajudan Bupati Arogan Itu Berharap Korban Cabut Laporan
“Saya pribadi sangat menyayangkan sikap dan perilaku yang ditunjukkan Mario, Rubi, dan empat rekannya itu. Saya berharap Bapak Bupati dapat bertindak tegas dalam menyikapi persoalan tersebut. Karena menyangkut juga nama baik beliau. Masak ajudannya arogan seperti itu,” kesalnya.
Usai salat Jumat, didampingi beberapa staf lainnya Rozi melaporkan kejadian ini ke Mapolsek Gedongtataan. “Perut saya memar, kepala dan tangan kiri tergores. Saya membela diri dan berusaha menangkis serangan mereka,” imbuhnya.
Kepala Badan Kepegawaian dan Diklat Pesawaran Zainal Arifin menerangkan, Mario dan Rubi berstatus honorer, bukan PNS. “Dan di-SK-kan oleh bupati sebagai ajudan. Saya pikir hanya kesalahpahaman. Kalau bisa, diselesaikan secara internal dan kekeluargaan,” singkatnya.
Terpisah, Kapolsek Gedongtataan, Kompol Hermansyah Gumai menyatakan tengah memproses kasus ini. “Tetapi kan kejadiannya di internal Pemda. Hanya misskomunikasi saja sebetulnya. Dan saya sarankan agar diselesaikan secara musyawarah dengan pimpinan masing-masing,” sarannya. Namun jika ternyata sulit bermusyawarah, terus dia, pihaknya siap menindaklanjuti persoalan ini ke jalur hukum. (ozy/ade/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Masa Hukuman Tinggal Delapan Bulan, Messi Pilih Kabur Dari Nusakambangan
Redaktur : Tim Redaksi