jpnn.com, JOGJA - Pesatnya perkembangan informasi dan teknologi komunikasi menjadikan kelompok teroris sangat leluasa memanfaatkannya untuk melakukan propaganda.
Pasalnya, mereka bisa melakukan apa saja di dunia maya.
BACA JUGA: Tidak Ada Tempat Lagi Bagi Kelompok Perongrong Pancasila
“Ini yang melatarbelakangi kenapa radikalisme merambah dunia maya dengan memanfaatkan jejaring sosial dan media dengan sasaran kaum muda dan pegiat dunia maya,” kata Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi (Deputi 1) BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir dalam acara Public Lecture Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Aula Sabang Merauke Akademi Angkatan Udara (AAU) Jogjakarta, Rabu (18/10).
Dia menambahkan, saat ini terorisme bukan persoalan lokal, tapi permasalahan seluruh bangsa di dunia.
BACA JUGA: Gus Yaqut: Masyarakat Jangan Diam Hadapi Kelompok Radikal
“Seluruh bangsa tidak ada lagi yang imun terhadap pengaruh paham radikal terorisme. Dulu, terorisme hanya ada di belahan dunia tertentu. Sekarang tidak ada lagi karena sudah menyebar ke seluruh dunia,” imbuhnya.
Terkait terorisme, media, dan dunia maya, dia menggarisbawahi ucapan salah satu pimpinan Al Qaeda Aiman Aljawahir.
BACA JUGA: Kampus Harus Jadi Pelopor Lawan Radikalisme
Aljawahir pernah menulis surat kepada pengikutnya bahwa lebih dari separuh peperangan terjadi melalui media.
Artinya, para pelaku terorisme itu sangat pintar dan sudah membaca jauh-jauh hari pentingnya media dan dunia maya untuk menjalankan aksi mereka.
Hal itu terlihat dari pola propaganda kelompok radikal yang bergeser dari cara-cara konvensial ke media dan dunia maya.
“Dulu terorisme melakukan rekrutmen dengan melalui hubungan kekeluargaan, pertemanan, ketokohan, dan lembaga keagamaan. Jadi, mulai merekrut sampai pembaitan, mereka harus tatap muka untuk melakukan indoktrinasi, rekrutmen, dan pembaiatan. Sekarang beda. Terorisme sudah menggunakan website, medsos, social messenger,” jelas mantan Danrem 074/Warastratama Solo ini.
Salah bukti pola itu adalah pelaku yang siap melakukan aksi bom bunuh diri di Istana Negara beberapa waktu lalu.
Pelaku dibaiat melalui online. Setelah itu, menikah secara online.
Dia menambahkan, ada beberapa alasan teroris selalu menggunakan dunia maya. Salah satunya dunia maya mudah diakses.
“Intinya, kelompok teroris menggunakan internet untuk melakukan perang psikologis, propaganda, pengumpulan dana dan data, serta berdiskusi antarmereka,” pungkas Abdul Rahman. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gelar KSN, PMKRI Kaji Persoalan Radikalisme dan Kesenjangan
Redaktur & Reporter : Ragil