Gus Yaqut: Masyarakat Jangan Diam Hadapi Kelompok Radikal

Rabu, 18 Oktober 2017 – 00:35 WIB
Gus Yaqut dalam seminar bertajuk Radikalisme: Patologi Sosial atau "Politisasi Agama" di Era Global, yang diadakan PW GP Ansor Kep. Bangka Belitung, di Hotel Cordelia, Pangkal Pinang, Rabu (17/10). Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, PANGKAL PINANG - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas meminta masyarakat terus mewaspadai penyebaran paham radikal atas nama agama di lingkungan sekitar.

Menurut Yaqut, penyebaran paham radikal tersebut mengancam keberagaman yang sudah menjadi konsensus para founding fathers bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Kampus Harus Jadi Pelopor Lawan Radikalisme

Gus Yaqut, sapaan akrabnya, menyampaikannya saat menjadi pembicara di seminar bertajuk Radikalisme: Patologi Sosial atau "Politisasi Agama" di Era Global, yang diadakan PW GP Ansor Kep. Bangka Belitung, di Hotel Cordelia, Pangkal Pinang, Rabu (17/10).

"Bangsa Indonesia itu didirikan oleh seluruh komponen bangsa, berbagai agama, suku, etnis, termasuk para kiai NU. Nah, kelompok radikal itu memaksakan kehendak untuk meyakini agamanya sendiri bahwa agamanya yang benar. Saya muslim, tapi saya tidak akan memaksakan keyakinan saya kepada nonmuslim karena Islam tidak membolehkan memaksakan kehendak," kata Gus Yaqut.

BACA JUGA: Ratusan Banser Jabar Digembleng Jadi Benteng NKRI dan Ulama

Kelompok tersebut, lanjut Gus Yaqut, memiliki agenda merebut kekuasaan.

Dia mengungkapkan, Indonesia masih menghadapi tiga masalah besar. 

BACA JUGA: Gelar KSN, PMKRI Kaji Persoalan Radikalisme dan Kesenjangan

Pertama, masih ada pihak-pihak yang mempersoalkan masalah konsensus nasional.

Yakni, ingin mengganti Pancasila dan NKRI dengan bentuk khilafah Islamiyah.

Selanjutnya, ujar dia, masalah klaim keagamaan. Saat ini, muncul kelompok mengatasnamakan Islam dan memerangi pihak yang tidak sama dengan mereka.

"Seakan-akan yang tidak seperti mereka bukan Islam dan harus diperangi, dan nonmuslim dibilang kafir. Apa yang mereka lakukan bukan syiar agama. Klaim keagamaan yang sesat ini bisa menjadi ancaman keberagaman Indonesia," tegas Panglima Tertinggi Banser itu.

Masalah berikutnya adalah fenomena kelompok mayoritas yang memilih diam atas situasi ini.

Menurut Gus Yaqut, kelompok mayoritas itu takut bersuara.

"Sebenarnya, sebagai mayoritas kita memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi kelompok kecil mengatasnamakan Islam yang justru merongrong NKRI. Saya berharap masyarakat jangan diam menghadapi kelompok-kelompok radikal dan intoleran. Jumlah kita ini besar dibanding mereka," pungkas Gus Yaqut.

Selain Gus Yaqut, beberapa tokoh juga menjadi pembicara dalam seminar itu.

Mereka adalah Guru Besar Teologi UIN Bandung Afif Muhammad da Ketua MUI Babel Zayadi.

Acara yang dibuka wakapolda Babel itu dihadiri ketua DPRD Babel, ketua MUI Babel, kapolresta Pangkal Pinang, NU, Muhammadiyah, OKP, dan mahasiswa se-Babel. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gagas Jaringan Patroli Siber untuk Mencegah Radikalisme


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler