Ini Lokasi Pengamatan Gerhana Matahari Langka pada 20 April 2023

Selasa, 11 April 2023 – 09:16 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan gerhana matahari langka pada 20 April 2023 mendatang dapat diamati dari Indonesia. Foto: arsip JPNN.com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan gerhana matahari langka pada 20 April 2023 mendatang dapat diamati dari Indonesia.

Setidaknya, dua wilayah seperti Biak, Papua dan Pulau Kisar, Maluku bisa dijadikan lokasi pengamatan. Namun, gerhana matahari cincin tidak dapat diamati di wilayah Indonesia.

BACA JUGA: Langit Indonesia Akan Mengalami Gerhana Matahari Hibrida, Catat Tanggalnya

Deputi Bidang Geofisika, BMKG Suko Prayitno Adi memaparkan, durasi puncak gerhana di Biak selama satu menit dua detik pada pukul 13.57.13 WIT.

Kemudian, durasi puncak gerhana di Pulau Kisar selama satu menit lima detik pada pukul 13.22.56 WIT.

BACA JUGA: Warga Sulsel Diimbau Gelar Salat Gerhana Bulan Malam Ini

"Gerhana matahari sebagian dapat diamati di sebagian wilayah Indonesia. Namun, sebagian wilayah utara Provinsi Aceh tidak dapat mengamati gerhana matahari," ungkap Suko Prayitno.

Suko Prayitno mengatakan fenomena gerhana matahari pada 20 April 2023 itu merupakan gerhana matahari hibrid.

"Peristiwa gerhana matahari hibrid relatif terjadi cukup langka," ucap Suko Prayitno.

Sebab, gerhana matahari hibrid merupakan peristiwa gerhana matahari total dan cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena gerhana.

Gerhana matahari hibrid terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil daripada piringan matahari.

"Di tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari bumi sama dengan piringan matahari," kata Suko Prayitno.

Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya matahari seakan-akan tertutupi bulan.

Suko Prayitno menambahkan posisi pengamat mempengaruhi besar magnitudo gerhana yang akan teramati. Jadi, pengamatan kedua gerhana tidak dapat dilakukan secara bersamaan dan di lokasi yang sama.

Suko Prayitno mengingatkan agar masyarakat untuk tidak melihat proses gerhana secara langsung karena radiasi matahari dapat merusak mata.

"Gunakanlah kacamata khusus yang menggunakan filter untuk melihat matahari," ujar Suko Prayitno.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler