jpnn.com, JAKARTA - Pementasan karya besar dan monumental W.S Rendra bertajuk Panembahan Reso mengalami perubahan jadwal dan lokasi acara.
BWCF Society, GenPI.co, dan Ken Zuraida Project selaku penyelenggara memutuskan mengalihkan pementasan Panembahan Reso pada 25 dan 26 Januari 2020 di Teater Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan. Sebelumnya pementasan itu dijadwalkan pada 19 dan 20 Desember 2019 di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
BACA JUGA: Ajakan Setiawan Djodi untuk Generasi Milenial Jelang Pementasan Panembahan Reso
Produser pementasan Panembahan Reso Auri Jaya mengatakan, perubahan tersebut dilakukan lantaran ada kendala pada venue sebelumnya. Sehingga perlu dialihkan tempat serta jadwal acara.
"Awalnya bulan depan, karena situasi lokasi, TIM sekarang direnovasi. Mungkin masih bisa dipentaskan tapi kenyamanan penonton. Sehingga kami pindahkan ke Ciputra Artpreneur," kata Auri Jaya saat jumpa pers di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Selasa (5/11).
BACA JUGA: Pangkas Durasi Panembahan Reso Tanpa Kurangi Kekuatan Cerita
"Karena pemindahan dan penyesuaian, jadwal juga diubah jadi 25 dan 26 Januari," sambungnya.
Auri Jaya memastikan perubahan jadwal dan lokasi tidak bakal menganggu kualitas pertunjukan Panembahan Reso. Justru menurutnya hal tersebut bisa memperpanjang waktu persiapan hingga lebih matang.
"Kami sudah latihan sejak awal Mei, sudah siap. Jadi nanti harus lebih siap dan maksimal," jelas Auri Jaya.
Seperti diketahui, karya besar dan monumental W.S Rendra bertajuk teater Panembahan Reso bakal dipentaskan kembali. Setelah sukses pada era 80an, pementasan ulang lakon teater itu diadakan kembali.
Lakon Panembahan Reso pernah dipentaskan selama tujuh jam di Istora Senayan Jakarta, di tahun 1986. Selama dua hari pementasan itu disaksikan sekitar 15.000 penonton. Setelah itu belum pernah ada lagi kelompok teater yang mementaskan lakon ini.
Penyelenggara menganggap naskah ini masih sangat aktual dipentaskan untuk masa kini. Oleh sebab itu Auri Jaya dan sejumlah tokoh gabungan produser dan seniman teater dari Solo, Yogyakarta, dan Jakarta seperti Seno Joko Suyono, dan Imran Hasibuan, tertarik mengangkatnya kembali.
Sutradara pementasan Panembahan Reso kali ini adalah Hanindawan, yang bakal dibantu asisten sutradara Sosiawan Leak. Pementasan ini juga didukung para seniman yang mumpuni, seperti: Dedek Wahyudi (penata musik), Hartati (penata tari/koreografer), Hardiman Radjab (penata artistik/skenografer), Retno Damayanti (penata busana/kostum) dan Sugeng Yeah (penata lampu). Sebagai konsultan pertunjukan tercatat Ken Zuraida, Edi Haryono, Iwan Burnani Toni, dan Bambang Bujono.
"Sebenarnya pementasan ini terdiri 44 bagian versi asli, saya jadikan 30 bagian. Dari tujuh jam jadi tiga jam. Bukan berarti menghilangkan, tapi kami ambil substansi dan struktur tidak ada hilang, pemain dan alur tidak ada yang kurang.
Dinamika saya pertahankan," ujar sang sutradara.
Sejumlah artis dan pemain teater yang akan berperan dalam pementasan Panembahan Reso. Mereka adalah Whani Darmawan, Sha Ine Febriyanti, Gigok Anuraga, Djarot Budi Darsono, Kodok Ibnu Sukodok, Meong Purwanto, Dedek Witranto, Maryam Supraba, Sruti Respati, Ruth Mariani, Ucie Sucita, dan Dimas Danang.
Panembahan Reso merupakan karya Rendra yang merefleksikan bagaimana di suatu pemerintahan perebutan perebutan kekuasaan diraih dengan cara-cara licik dan penuh darah. Demi kekuasaan, anak-istri, saudara, dan sahabat pun dikorbankan.
Panembahan Reso sejatinya merupakan epos yang merefleksikan betapa hasrat membabi buta terhadap kekuasaan selalu menimbulkan aspek aspek delusional terhadap seorang pemimpin dan pengikutnya. Sejumlah pengamat budaya mengatakan bahwa Panembahan Reso mampu membedah secara dalam watak dan psikologi seorang pemimpin yang telah kehilangan kontrol terhadap akal sehat dan terseret ke ilusi-ilusi pribadi. (mg3/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Yondra