jpnn.com, BANDUNG - Ketua MPR Zulkifli Hasan menyoroti aksi kekerasan terhadap sejumlah pemuka agama dalam dua pekan terakhir ini. Padahal, harusnya setelah 20 reformasi bisa menghasilkan praktik demokrasi yang disertai sikap saling menghargai, jauh dari perilaku koripsi, persekusi dan kekerasan.
Namun, kondisi yang terlihat belakangan ini tidak mencerminkan hal tersebut. "Ini terjadi karena banyak yang melupakan siapa kita sebenarnya, kehilangan jati diri. Semua pihak harus tahu dari mana berasal," ujar Zulkifli pada seminar motivasi Spirit of Indonesia di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/2).
BACA JUGA: Ketua MPR: Wirausaha Jalan Menuju Kemandirian Bangsa
Pria yang akrab disapa Zulhasan ini kemudian bertanya apakah ada peserta seminar yang berasal dari Siak, Riau. Saat salah seorang mahasiswa mengangkat tangan, Zulhasan lantas mengajukan pertanyaan apakah mahasiswa tersebut tahu berapa luas Kabupaten Siak dan jumlah penduduknya.
Namun mahasiswa tersebut tidak mengetahui. Dia juga tak mengetahui jawaban saat Zulkifli bertana tentang angka pengangguran, luas kebun sawit, hingga jumlah warga Siak yang tak mampu bersekolah ataupun berobat ke rumah sakit.
BACA JUGA: Ketua MPR: Perempuan jadi Pengusaha Itu Mulia
"Kalau tak paham tentang kampung halaman, dari mana datangnya empati dan cinta kasih? Inilah yang menyebabkan hal-hal yang terjadi belakangan ini. Karena sudah tak peduli satu dengan yang lain," ucapnya.
Ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menegaskan, kemerdekaan Indonesia tidak hadir begitu saja. Sebab, kemerdekaan diraih setelah adanya kesadaran dan cinta kasih terhadap sesama yang tak mau ada penderitaan di masyarakat.
BACA JUGA: DPD Mau Rapat Dahulu untuk Pilih Pengganti Oso di MPR
"Kesadaran ini yang membawa Indonesia merdeka pada 1945 lalu. Jadi harus tahu, siapa kita dan mengenal kampung halaman dengan baik. Dengan demikian akan muncul empati untuk melakukan sesuatu yang baik," katanya.
Zulhasan juga mengatakan, untuk mengasah nasionalisme perlu ilmu. Dalam hal ini peran dunia pendidikan sangat penting, agar Indonesia tidak dijajah dengan model baru.
"Sederhana saja, baca koran sekarang impor garam, gula, impor bawang, daging dan bahkan daging kerbau lagi. Belum baju, handphone dan produk-produk lain. Kalau tak bergerak bakal terjadi kesenjangan," tuturnya.
Menurut Zulhasan, Singapura mampu menjadi negara maju bukan karena sumber daya alamnya. “Tapi karena ilmu yang dimiliki para penduduknya,” pungkasnya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tragedi Gereja St Lidwina, Ketua MPR: Hentikan Adu Domba!
Redaktur & Reporter : Ken Girsang