jpnn.com, JAKARTA - Pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menyatakan, boleh saja ada yang berpendapat bahwa Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto pantas menjadi calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019.
"Boleh-boleh saja kalau ada pendapat yang mengatakan dia (Setya Novanto) cocok," kata Hendri kepada JPNN.com, Sabtu (27/5).
BACA JUGA: Jadi Cawapres Jokowi, Sosok Golkar dan Setnov Harus Diyakinkan
Menurut Hendri, jika Setnov - sapaan Setya Novanto - mau dianggap cocok dan didukung untuk mendampingi Jokowi, maka dia harus membersihkan namanya terlebih dahulu.
Seperti diketahui, nama Setnov muncul dalam kasus dugaan korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Kasus tersebut ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
BACA JUGA: Kursi DPD Terancam Kosong Selama Beberapa Bulan
"Kalau sudah bersih (namanya), masalah cocok atau tidak, akan lebih mudah," tutur Hendri.
Dia menjelaskan, siapa saja berhak untuk mendampingi Jokowi, termasuk Setnov. Namun, perlu juga diperhatikan mengenai kebutuhan Jokowi.
BACA JUGA: Andai Setya Novanto Dampingi Jokowi di Pilpres 2019...
"Hingga saat ini yang dibutuhkan Jokowi adalah sosok militer atau yang punya citra Islam kuat atau ekonomi atau yang memiliki ketiganya. Tiga hal itu merupakan kekurangan Jokowi saat ini," ujar Hendri.
Dari militer, Hendri menilai Gatot Nurmantyo dan Edy Rahmayadi cocok untuk menjadi cawapres Jokowi pada Pilpres 2019.
Sementara di bidang ekonomi, sosok yang bisa mendampingi Jokowi adalah Jusuf Kalla, Bambang Brodjonegoro, Sri Mulyani, dan Rizal Ramli.
BACA: Setya Novanto Paling Layak jadi Cawapres Pendamping Jokowi
Kalau dari sisi Islam yang kuat, Hendri mengatakan, Gubernur NTB Tuanku Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi dan Said Aqil Siradj layak untuk mendampingi Jokowi. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panglima TNI Tak Bisa Tidur Gara-Gara Perintah Jokowi
Redaktur & Reporter : Gilang Sonar