jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah, work from home. Bekerja di ruamh, belahar di rumah, sampai beribadah di rumah.
Selama dua minggu ke depan, pemerintah pengin menekan atau membatasi penyebaran virus corona (Covid-19).
BACA JUGA: Social Distancing: PNS Kerja di Rumah, Bagaimana Pegawai Swasta?
Pelaku usaha pun harus mengakali agar produktivitas tidak berkurang drastis dengan metode WFH.
Pakar keamanan siber Pratama Persadha melihat ini momentum pemerintah dan swasta untuk mengadopsi teknologi yang mendukung WFH. Ada faktor keamanan dan kemudahan yang harus diperhatikan sehingga produktivitas tetap terjaga.
BACA JUGA: Kerja dari Rumah, Staf DPR Tidak Boleh ke Luar Kota
“Pertama yang harus dilakukan perusahaan dan pemerintah adalah edukasi keamanan siber paling mendasar untuk para pegawai. Misalnya bagaimana mengamankan email, akun medsos dan wifi di rumah. Juga iimbauan untuk tidak memakai wifi publik saat mengakses sistem kantor,” kata Pratama, Senin (16/3).
Chairman CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini menambahkan, harus ada pengecekan keamanan pada device atau perangkat yang dipakai para pegawai untuk WFH.
BACA JUGA: Arief Poyuono: Masyarakat Jangan Panik, Presiden Sedang Kerja Keras
Minimal ada antivirus dan VPN sebagai tambahan keamanan. Pada tingkat lebih lanjut, pegawai juga harus dilengkapi oleh sistem yang lengkap dengan enkripsi, sehingga data terlindungi. “Keamanan adalah hal yang paling utama disamping kemudahan pemakaian. Karena itu perlu dilakukan audit password dan juga memastikan update OS pada perangkat yang dipakai. Hal ini melengkapi pemakaian VPN dan antivirus untuk keamanan,” ujarnya.
Pratama menjelaskan ini momentum tepat untuk melatih negara dan swasta di tanah air menggunakan teknologi cloud secara luas. WFH sangat membutuhkan pemakaian cloud. Untuk skala menengah kecil penggunaan cloud yang gratis dan basic sudah cukup. Ada dropbox, mycloud dan berbagai cloud lokal di tanah air.
“Idealnya memakai enterprise mobility management atau EMM, namun memang perlu proses. Industri besar biasanya memakai teknologi EMM ini. Penggunaan EMM seharusnya lebih memudahkan dan lebih aman,” terang Pratama.
Ia menambahkan pengamanan perangkat dan jaringan pegawai juga harus diikuti oleh update sistem dan pengamanan jaringan kantor. "Juga pegawai kunci seperti admin dan super admin harus terus mendapatkan perhatian dan prioritas keamanan, sehingga menutup celah terjadinya data breach,” jelasnya.
Pascakrisis corona terlewati pasti akan banyak kebijakan pemerintah dan swasta untuk membangun sistem kerja yang fleksibel namun juga aman. Menurut Pratama ada lima hal yang harus disiapkan, yaitu desain arsitektur sistem, metode otentikasi, teknologi enkripsi, access control dan endpoint security.
“Saat model kerja remote akan dijalankan secara menyeluruh di sebuah lembaga, harus dilakukan tes dan evaluasi sistemnya. Meliputi tes pada konektivitas, traffic connection, otentikasi, sistem manajemen, proses logging, performa, implementasi keamanan dan kemudahan pemakaian sistem,” kata Pratama.
Kesiapan SDM dalam menjalankan WFH mungkin belum umum di tanah air. Menurut Pratama, kunci WFH bisa berjalan dan memiliki output yang bagus adalah pada tata kelola SDM. Misalnya soal keamanan, pegawai saat menjalankan WFH harus melakukan reset password wifi rumahnya.
Juga mengurangi bahkan tidak memakai flashdisk saat memindahkan data. Karena itu, tegas dia, penggunaan cloud sangat dianjurkan. "Kita juga bersyukur, ruangguru dan zenius memberikan akses gratis untuk masyarakat dalam menghadapi libur sekolah dua pekan. Ini bukti aplikasi lokal bisa menjadi solusi bagi masyarakat dalam kondisi krisis seperti saat ini,” pungkas Pratama. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Boy