Ini Zaman Teknologi, Tak Kan Lari HP Dikejar

Rabu, 29 Mei 2013 – 23:47 WIB
SERU: Menpora Roy Suryo (kanan) saat berdiskusi dengan awak redaksi di Graha Pena Jakarta. Foto: Ismail Pohan/Indopos/ JPNN
Aksen Jawa berlogat khas Jogjakarta-nya masih amat kental. Humoris, murah senyum, friendly, ceplas-ceplos, adalah gaya lama yang tetap mendominasi perawakannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga menggantikan Andi Malarangeng saat ini. Mungkin karena itu, pria berkumis yang bernama lengkap Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo ini malah cekatan mengurai benang kusut persoalan di PSSI.

Dualisme PSSI pun beres di tangan pria kelahiran Kota Gudeg, 18 Juli 1968 itu. Dualisme KNPI juga menemukan titik terang begitu dia menjadi nahkoda Kemenpora. Padahal, saat ditelepon Mensesneg Sudi Silalahi yang menyampaikan pesan dari Presiden SBY untuk menanyakan kesanggupannya menjadi Menpora, Roy Suryo sendiri sempat ragu. “Ah, saya tidak cocok! Saya nggak bisa olahraga kok suruh menjadi Menpora?” jawab Roy sambil mengendarai Mercy kesayangannya dalam perjalanan Jogja-Jakarta, saat ditawari jabatan itu.

Tidak salah, kala itu dunia twitter, facebook, dan semua media on line menyebut Presiden SBY salah pilih. Ahli dunia maya, pakar telematika, kok menahkodai kementerian olahraga. Ibarat “Jaka Sembung Naik Ojek.” Artinya: gak nyambung Jeck! Tetapi, ketika tugas itu dia jalani dengan serius, Roy Suryo pun menemukan banyak trik untuk memajukan dunia olahraga dan kepemudaan di Indonesia.

“Saya jemput bola. Saya datangi pusat-pusat pemusatan atlet. Saya datangi PB (Pengurus Besar, red). Tidak ada budaya audinsi dengan Menpora, karena itu menghabiskan waktu untuk berlatih. Saya yang rajin berkunjung ke venue-venue, agar dekat dengan atlet, pelatih, ofisial, pengurus, dan segala komunitas penggemarnya. Dari situ pula, saya banyak menerima masukan, kritik, saran, yang berguna untuk memajukan olahraga dan kepemudaan di tanah air,” kata Roy.
Apriori public pun dia rasakan. Melalui akun twitter dan social media yang lain, dia menangkap kesan diremehkan, diragukan dan dianggap tidak kompeten. “Tetapi itu justru bagus. Saya terima dengan lapang dada. Dari situ dapat banyak masukan,’’ aku Roy dalam diskusi sekitar 90 menit dengan awak redaksi INDOPOS di Gedung Graha Pena Jakarta kemarin.

Politisi Partai Demokrat yang kerap menjadi narasumber di berbagai media di bidang teknologi informasi, fotografi, dan multimedia ini tetap pede. Termasuk ketika melihat anggaran Kemenpora setahun hanya di angka Rp 1,9 T, terlalu kecil untuk menjangkau mimpi besar Indonesia dalam peta peraih medali di olimpiade. Dari angka itu, Rp 1,8 T diblokir negara, karena kistruh Hambalang dan Wisma Atlet Palembang. “Tapi saya yakin, sekarang hidup di alam teknologi. Dan saya yakin, tak kan lari handphone di kejar,” candanya yang membuat suasana diskusi lebih bergairah. 

PSSI yang sempat mendua, dengan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pun akhirnya selesai secara legal. “Saya mendatangi Pak Arifin Panigoro dan Pak Nirwan Bakrie, demi Merah Putih, akhirnya dualisme itu selesai. Tentu masih ada beberapa hal yang masih harus dituntaskan, tetapi saya yakin ketika dicari akar persoalannya, pasti akan ketemu juga. Mungkin pas nogo dinane, ketemu hari yang pas. Mungkin juga keduanya sudah capek. Akhirnya, keduanya percaya, dan semuanya ditentukan dalam kongres. Dan PSSI akhirnya tidak terkena bench FIFA ,” ungkap penggemar olahraga catur itu.
Roy banyak melakukan pendekatan humanis, dari hati ke hati untuk menyelesaikan persoalan. Seperti terkait bonus bagi atlet berprestasi, Roy pun mengambil gebrakan dari sebelumnya, tidak menggaransi bonus.’’Tidak janjikan apa-apa. Bukannya tidak ngasih. Tapi kalau nanti ada (dana), ya dikasih. Dari pendekatan dengan hati itu, dapat ditangkap spirit,’’ terangnya.

Bukan hanya itu. Roy juga melakukan pendekatan ritual dengan cara berziarah ke sejumlah tokoh atlet kaliber dunia yang telah meninggal dunia. Dia juga rajin bersilaturahmi dan minta masukan dari para senior olahragawan. ’’Seperti para senior bulu tangkis saya deketi. Kekalahan Indonesia oleh China 2-3 pada perempat final Piala Sudirman di Kuala Lumpur, lalu tidak mencolok. Meski kalah, tapi itu hasil maksimal,’’ ucapnya beralasan.

Roy masih menemukan PR baru, yakni even internasional di bulan September 2013. Yakni Islamic Solidaritu Games (ISG), pekan olahraga negara-negara Islam di dunia, yang selama ini dirancang di Pekan Baru, Riau. Sedangkan Gubernur Riau Rusli Zainal sedang menjalani penyelidikan dengan status tersangka di KPK. Sementara, wakil gubernur dan sekretaris daerahnya sama-sama mau maju Pilgub di sana. “Di sekitar September itu, Riau juga akan menggelar pesta demokrasi, Pilgub,” kata dia.

Selain itu, lanjut dia, ada beberapa persoalan yang menggantung di venue, terutama stadion utama Pekan Baru yang akan dipergunakan untuk opening dan closing ceremony. Terutama kewajiban atas tunggakan pembayaran lebih dari 240 M, kepada kontraktor atas pembangunan stadion itu. “Karena itu, kemungkinan besar akan dipindah dari Riau ke tempat lain,” ungkap Roy yang belum bisa memastikan di provinsi mana, dan cabang olahraga apa saja yang tetap tinggal.

Ibu Kota Jakarta, salah satu lokasi pemindahan yang dianggap masuk akal. Karena ini adalah pekerjaan pusat, dan bertanggung jawab terhadap public di tanah air. Agar masyarakat Riau tidak tersinggung atau dianggap tidak mampu, muncul opsi B, beberapa cabang bela diri, tetap di Riau. Sisanya, akan dicarikan di lokasi lain. Mungkin di Jakarta, mungkin juga dipecah lagi di Jawa Barat dan Palembang. “Draf Kepres-nya baru akan diteken presiden setelah melawat ke Eropa,” tegas dia.

Roy menyadari, agar menjadi spimulus pembangunan yang merata pusat dan daerah, memang sebaiknya ISG 2013 itu tetap di daerah. Karena bisa mendorong investasi, bisa mendongkrak ekonomi local, dan menghidupkan atmosfer olahraga di daerah. “Tetapi kami tidak mau gagal. Kami ingin acara ini sukses, karena membawa nama Negara,” paparnya, yang diperkirakan ada sekitar 56 negara peserta itu.

Bagaimana dengan program-program bidang kepemudaan? Banyak hal yang memiliki spirit pemuda yang kuat. Apa saja? Ikuti lanjutan besok. (zul)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jamsostek Bertransformasi setelah di Top Performance

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler