jpnn.com - Istanbul adalah kandang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Dia lahir dan besar di bekas ibu kota Kesultanan Ottoman tersebut. Di Istanbul pula lah karier politiknya pertama melejit sebagai wali kota.
Karena itu, kekalahan kandidat partai AKP yang dipimpinnya dalam pemilihan wali kota Istanbul tidak bisa dipandang sebagai hal biasa. Kemenangan Ekrem Imamoglu bisa jadi awal keruntuhan rezim Erdogan.
BACA JUGA: Pilkada Istanbul Diulang, Jagoan Erdogan Malah Kalah Makin Telak
Imamoglu mengalahkan Binali Yildirim, kandidat jagoan AKP, dengan keunggulan lebih dari 800 ribu suara atau 54 persen pada pilwali Minggu lalu (23/6). Itu kemenangan dengan margin terbesar dalam pilwali di kota terbesar sekaligus terpenting Turki tersebut dalam 35 tahun terakhir.
Para pengamat menilai bahwa Imamoglu bisa menang telak karena memosisikan diri sebagai korban ketidakadilan. Penduduk Istanbul dikenal kerap berpihak kepada orang yang dianggap sebagai korban.
BACA JUGA: Laporan Utusan PBB: Bodyguard MBS Sebut Khashoggi Hewan Kurban
Orang-orang Kurdi yang memiliki hak suara juga berperan penting. Jumlah mereka mencapai jutaan orang. Mereka berang karena pemerintah menangkapi aktivis Kurdi belakangan ini. Partai pro-Kurdi, HDP, juga mendukung Imamoglu. Bendera HDP ada di berbagai sudut saat warga merayakan kemenangan Imamoglu.
BACA JUGA: Pilkada Istanbul Diulang, Jagoan Erdogan Malah Kalah Makin Telak
BACA JUGA: Rusia Segera Kirim Senjata Pesanan Turki, Amerika Gigit Jari
Dukungan Erdogan di kampanye Yildirim juga dinilai menjadi pengaruh buruk. Dia tidak sepantasnya ikut campur dalam pemilu lokal di saat perekonomian dan inflasi menanjak serta angka pengangguran tinggi.
Analis di The Washington Institute for Near East Studies Soner Cagaptay menyatakan bahwa kini Erdogan serbasalah. Dia bisa saja memotong anggaran dan membatasi kekuasaan Imamoglu sebagai wali kota.
Tapi, sekali lagi itu justru akan memperkuat pandangan bahwa Imamoglu adalah korban dan Erdogan sang diktator. "Saya rasa cerita politik yang paling menarik di Turki empat tahun ke depan adalah Erdogan versus Imamoglu," tegas Cagaptay.
Pemilu Turki berikutnya, jika tak kembali dimajukan jadwalnya seperti edisi sebelumnya, akan berlangsung pada 2023. Kekalahan di pilwali Istanbul bukan satu-satunya problem AKP saat ini.
Sebelumnya AKP juga kalah dalam pemilu lokal di Ankara, ibu kota Turki, dan Izmir, serta beberapa kota lain. Abdullah Gul, pendahulu Erdogan di kursi kepresidenan yang bersamanya mendirikan AKP, menyatakan akan membuat partai baru.
Erdogan juga tak memiliki "putra mahkota". Menantunya, Berat Albayrak, yang kini menduduki menteri keuangan dianggap tak punya karisma. (sha/c10/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Erdogan Jadi Saksi Pernikahan Mesut Ozil
Redaktur & Reporter : Adil