jpnn.com, ISTANBUL - Sebuah tim peneliti Turki sedang meneliti lokasi yang dianggap sebagai tempat bahtera Nabi Nuh terdampar.
Tim beranggotakan peneliti dari Istanbul Technical University (ITU) dan Agri Ibrahim Cecen University (AICU) itu belum lama ini memulai penelitian mereka di sebuah situs di Gunung Agri.
BACA JUGA: Percaya Banjir Bah akan Datang, Pria Ini Punya Replika Perahu Nabi Nuh
Para peneliti yang merupakan geofisikawan, ahli kimia, dan pakar geoarkeolgi mengambil sampel tanah dan bebatuan dalam jumlah besar untuk diteliti di laboratorium ITU.
Wakil Rektor AICU Profesor Faruk Kaya mengatakan pemeriksaan di laboratorium oleh para ahli itu diperkiirakan selesai dalam satu setengah bulan.
BACA JUGA: Bahtera Nabi Nuh Ditemukan di Turki
“Berdasarkan hasil ini (pemeriksaan laboratorium, red) kami akan menentukan peta jalan,” ujarnya.
Lokasi situs itu berada di antara Desa Telceker dan Izengli di wilayah Dogubayazit. Penemu situs itu ialah ?lhan Durup?nar, seorang insinyur survei pada 11 September 1959.
BACA JUGA: Minangkabau Usai Banjir Nabi Nuh
Saat itu, Ilhan yang sedang terbang untuk memetakan wilayah Anatolia Timur menemukan reruntuhan yang menarik perhatiannya. Lokasi itu kini juga menjadi destinasi bagi turis lokal maupun mancanegara.
“Kawasan ini memiliki potensi yang sangat kuat untuk wisata religi karena sebagian besar daya tariknya ialah Gunung Agri dan sekitarnya,” kata Profesor Faruk.
Menurut dia, sekelompok peneliti dari Hong Kong mendaki Gunung Agri pada 2018. Para peneliti itu mengaku menemukan bahtera Nabi Nuh setelah mendapati sebuah gua dan papan.
“Meskipun temuan itu kontroversial, mereka membanguan Museum Bahtera Nuh di Hong Kong yang dikunjungi tujuh juta pengunjung,” ujar Profesor Kaya.
Perburuan atas lokasi bahtera Nuh tidak hanya dilakukan peneliti Turki maupun Hong Kong.
“Kami tahu orang-orang Eropa juga menunjukkan minat yang besar terhadap bahtera Nuh,” tuturnya.
Pada 1829, peneliti dari Eropa Johann Jacob Friedrich Wilhelm Parrot juga mendaki gunung tersebut untuk meneliti lokasi bahtera Nuh terdampar.
“Tujuan kami, sebagai universitas, ialah mengungkap potensi ini untuk mengubah tempat tersebut menjadi pusat wisata religi
guna menghidupan kembali perekonomian Agri dan negeri kami,” kata Faruk.
Kisah tentang bahtera Nuh dan banjir besar tertulis dalam kitab suci agama-agama Abrahamik, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Di dalam Al-Qur’an -kitab suci Islam- disebutkan bahwa Allah memberi tahu Nabi Nuh tentang banjir yang akan menggenangi seluruh permukaan Bumi.
Allah pun meminta Nuh membuat bahtera untuk menyelamatkan nabi ketiga dalam iman Islam itu beserta pengikutnya. Selanjutnya, Nuh membangun kapal besar dan tinggal di dalamnya bersama keluarganya dan berpasang-pasang hewan.
Beberapa peneliti meyakini banjir besar yang melanda kawasan Timur Tengah pada 7.500 tahun lalu mengilhami narasi lisan dan tertulis tentang kisah Nabi Nuh.(Hurriyet/JPNN.com)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi