jpnn.com - JAKARTA –Manajemen PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) optimistis kondisi pasar membaik pada semester kedua tahun ini. Hal itu tak lepas dari tiga insentif dari pemerintah.
Ketiga stimulus tersebut adalah amnesti pajak, penurunan suku bunga kredit, dan pemangkasan uang muka kredit perumah melalui kebijakan loan to value (LTV). Direktur Utama SMGR Rizkan Chandra menyatakan, industri semen berharap tiga kebijakan itu berpengaruh positif terhadap sektor riil.
BACA JUGA: OCBC NISP Sisakan 1 Syarat untuk Tampung Dana Repatriasi
Rizkan juga berharap permintaan semen meningkat pada semester kedua tahun ini dan berlanjut hingga 2017. Dengan peningkatan permintaan, kelebihan pasokan saat ini bisa diatasi dan pasar akan pulih.
’’Kalaupun (keseimbangan pasokan dan permintaan, Red) tidak terjadi, tidak berarti kiamat. Kami go regional dan meningkatkan penetrasi di hilir,’’ kata mantan direktur pengembangan dan strategi usaha PT Telkom Tbk tersebut.
BACA JUGA: Inflasi Mulai Naik, Lebih Tinggi dari Nasional
Dalam menghadapi kelebihan kapasitas industri semen, SMGR telah melakukan ekspansi pasar ke negara-negara di Asia Tenggara. Rizkan mengakui, struktur pasar di Asia Tenggara tidak jauh berbeda dengan Indonesia.
’’Kami cari negara yang struktur market-nya lebih favorable (baik, Red). Jadi, tujuannya bukan sekadar ekspor, tapi juga footprint (menjadi pemain utama di pasar negara tujuan, Red). Tidak berarti kami fokus di regional karena kami tetap menjaga pasar dalam negeri,’’ ungkapnya.
BACA JUGA: Uang Muka KPR Kini Sesuai Kemampuan Pembeli
Strategi kedua adalah go downstream. SMGR terus berekspansi ke industri hilir untuk menggenjot pendapatan. Karena itu, SMGR membentuk perusahaan subholding, Semen Indonesia Beton, untuk menggarap bisnis hilir semen.
Di antaranya, produk beton cor (ready mix), beton pracetak (precast), serta material gedung berbasis semen.
Selain itu, SMGR melakukan transformasi biaya untuk memaksimalkan margin dan memperkuat EBITDA (pendapatan sebelum beban bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang berujung pada peningkatan laba bersih.
’’Khusus untuk strategi harga, kami di Jawa bagian barat sudah punya harga premium. Kalaupun ada penurunan harga, bisa jadi lebih kecil dampaknya, bahkan stagnan. Untuk pasar ritel, kami tingkatkan branding,’’ ucap Rizkan. (gen/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lumayan, Tarif Dasar Listrik Turun
Redaktur : Tim Redaksi