Inilah 4 Faktor yang Menyulitkan Para Rookie di Musim F1 2016

Rabu, 16 Maret 2016 – 10:21 WIB
Rio Haryanto. FOTO: Raka Denny/JAWA POS

jpnn.com - Ada tiga rookie di Formula 1 2016. Jolyon Palmer di Renault, plus Pascal Wehrlein dan jagoan Indonesia Rio Haryanto di Manor. Bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, tantangan mereka jelas lebih berat. 

 

BACA JUGA: Ssstt… Neymar Bocorkan Kunci Kesuksesan Trio MSN

Ulasan AZRUL ANANDA 

------------------------------------------------

BACA JUGA: PSM Masih Butuh Pemain Belakang, Syaratnya..

BUKAN, tulisan ini bukan untuk mengantisipasi dampak seandainya Rio Haryanto tampil buruk di lomba pertamanya di Formula 1, di Melbourne, akhir pekan ini.

Mungkin sedikit begitu, karena deg-degan juga membayangkan seperti apa beratnya beban jadi orang Indonesia pertama yang balapan di F1.

BACA JUGA: Terungkap! Rupanya Ini Rahasia Kesuksesan Leicester City

Tapi pada dasarnya, tulisan ini ingin menyampaikan tantangan-tantangan riil untuk para rookie pada 2016, yang memang lebih berat dari 2015 atau sebelumnya.

Minimal, ada empat faktor yang menunjukkan itu. Silakan simak berikut ini, setelah itu bayangkan betapa sulitnya menjadi pembalap F1 di tahun 2016!

1. UJI COBA MAKIN MINIMAL

Pada 1990-an, para rookie bisa bersiap sesiap-siapnya. Tidak ada batasan uji coba, sehingga tim-tim bisa menurunkan mereka semaksimal mungkin sebelum terjun di lomba pertama.

Pada 2000-an awal, memang makin ada batasan. Tapi tetap ada cukup waktu untuk para pendatang baru memaksimalkan kilometer sebelum balapan beneran.

Kemudian jumlah hari uji coba makin dibatasi. Lalu ada larangan uji coba saat musim berlangsung. Agak bervariasi, tapi intinya sangat membatasi.

Tahun 2015 sebenarnya juga sudah berat. Tahun lalu hanya ada 12 hari uji coba sebelum musim dimulai. Tahun ini? Total hanya ada delapan hari uji coba sebelum terbang ke Australia!

Dan ingat, satu hari hanya boleh satu mobil. Jadi pasangan pembalap setiap tim harus bergantian turun ke lintasan.

Rookie yang pernah jadi test driver, seperti Pascal Wehrlein di Mercedes tahun lalu, mungkin agak tertolong karena lebih punya pengalaman naik mobil F1. Tapi bagi rookie yang minim pengalaman naik mobil F1, seperti Rio, wow betapa menyulitkannya!

Bayangkan Anda mau ikut lomba lari maraton, tapi tidak boleh latihan setiap hari!

 

2. PILIH BAN JAUH HARI

Sudah jatah latihannya dibatasi, para rookie (bersama timnya) tahun ini juga diberi tantangan baru dalam memilih ban. Tahun ini, jauh sebelum lomba, setiap pembalap harus memilih jenis ban dan jumlahnya untuk setiap akhir pekan grand prix.

Mereka dapat jatah total 13 set ban, terbagi dalam tiga jenis compound (tingkat kelunakan) yang ditentukan Pirelli. Nah, berapa jumlah masing-masing compound terserah masing-masing pembalap.

Hingga tahun lalu, pada dasarnya hanya ada dua pilihan compound di setiap lomba. Jadi tidak perlu berpikir banyak. Tahun ini, semua harus mengira-ngira karakter mobil dan mengemudi seperti apa, lalu mengira-ngira kondisi lintasan bakal bagaimana, dan menentukan pilihan jauh hari (beberapa pekan sebelum).

Tujuannya untuk menciptakan variasi strategi. Bukan hanya untuk tiap tim, tapi untuk tiap pembalap di dalam tim yang sama. 

’’Sekarang kita bisa sedikit gambling, dan itu membuat (strategi) lebih bervariasi. Dan variasi adalah baik,’’ ucap Nico Rosberg dari Mercedes. Para rookie pun semakin pusing. Kalau mereka bingung memilih, timnya juga belum tentu pintar memilih!

 

3. KUALIFIKASI MAKIN RUMIT

Setelah sempat tarik ulur, akhirnya perubahan babak kualifikasi disetujui sejak lomba pertama di Australia akhir pekan ini. Masih dibagi dalam tiga sesi, masih menerapkan sistem knock out, tapi dengan cara
lebih rumit.

Di sesi pertama selama 16 menit, semua mobil dipaksa keluar bersamaan, lalu terus berputar dan berputar. Setelah tujuh menit, mobil paling lamban harus “gugur” dan masuk pit. Begitu seterusnya setiap 90 detik. Di akhir sesi, hanya 15 mobil lolos ke sesi kedua.

Di sesi kedua selama 15 menit, mereka yang lolos kembali harus keluar bersamaan. Setelah enam menit, mobil paling lamban harus masuk pit. Begitu selanjutnya setiap 90 detik. Sehingga hanya tersisa delapan di sesi penutup.

Berlangsung 14 menit, sesi ketiga kembali memaksa delapan mobil tercepat untuk turun bersamaan. Setelah lima menit, yang paling lamban dinyatakan rontok, berlanjut lagi setiap 90 detik. Pada menit terakhir, hanya dua mobil tersisa di lintasan untuk memperebutkan pole position.

Masih bingung? Sabar, nanti nonton saja hari Sabtu (19/3) untuk penerapannya. Bagi para rookie, bisa dibayangkan betapa besarnya beban bersaing di sesi pertama nanti! Semoga saja Rio tidak menjadi korban pertama...

 

4. KOMUNIKASI RADIO DIBATASI

Dari semua rintangan baru untuk para “pemula”, regulasi yang satu ini yang mungkin paling berat. Ya, aturan ini berlaku untuk semua, bukan hanya para rookie, tapi sepertinya para rookie-lah yang akan paling merasakan efeknya.

Tahun ini, saat lomba berlangsung, semakin sedikit instruksi yang boleh diberikan tim kepada pembalap lewat radio. Tidak boleh lagi memberi tahu tombol apa yang harus ditekan untuk mengubah setelan mesin, tidak boleh memberi tahu kapan harus mengirit bahan bakar, bahkan menyuruh kapan pit stop pun tidak lagi sebebas dulu.

Ada puluhan poin yang disampaikan, terlalu panjang untuk ditulis di sini. Tapi, aturan ini memang memaksa agar “kontrol” lomba kembali ke tangan pembalap, bukan di tangan tim di garasi. Membuka ruang bagi pembalap untuk salah membaca alur lomba, membuat kesalahan strategi, dan membuat hasil akhir lebih sulit diterka.

Tim tentu sudah menyiapkan strategi dasar sebelum start, tapi penerapannya bisa meleset atau berubah berdasarkan insting pembalap apabila ada situasi khusus di lintasan (kecelakaan, hujan, dan lain-lain).

Bagi para rookie, ini berarti mereka akan lebih “dilepas” saat berlomba. Padahal, mereka mungkin butuh banyak panduan (atau teriakan “pelatih”) saat menjalani lomba. Khususnya di lomba pertama, di sirkuit jalanan yang rawan kecelakaan, seperti di Melbourne akhir pekan ini. (*)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wow! Hilton Moreira Resmi Balik ke Sriwijaya FC


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler