jpnn.com, JAKARTA - Ajang pencarian skenario film bertajuk Falcon Script Hunt telah berakhir. Tujuh sutrdara yang ditunjuk sebagai juri telah menentukan pilihan terbaiknya.
Mereka yang menjadi juri adalah Rako Prijanto, Ifa Ifansyah, Fajar Bustomi, Danial Rifky, Anggi Umbara, Indra Gunawan dan Herwin Novianto.
BACA JUGA: 7 Sutradara Ternama Bakal jadi Juri di Falcon Script Hunt
Adapun skenario yang terpilih adalah Catatan Harian Para Pembohong karya Hidayatullah (Buaya Dayat). Rako Prijanto memilih cerita tersebut karena tulisan tersebut dinilai matang.
“Karaketer tokohnya jelas, dan related dengan kehidupan kita. Dan yang pasti bisa dieksekusi menjadi sebuah film. Judulnya mernatik dan original banget,” kata Rako Prijanto, dalam jumpa pers virtual, Senin (30/11).
BACA JUGA: The Peanut Butter Falcon Kini Hadir di Klik Film
Sutradara lainnya, Anggi Umbara memilih cerita berjudul Balada Sepasang Kekasih Gila karya Hang Gagas.
“Ceritanya menarik banget tentang cinta orang gila. Saya suka karena ini sudut pandangnya beda. Ini drama banget, dan lebih ke sastra sih menurut saya,” ungkap Anggi.
BACA JUGA: Habib Rizieq Dikabarkan Kabur dari Rumah Sakit, Nikita Mirzani: Nakal Yah
Sedangkan Ifa Ifansyah memilih cerita berlatar belakang misteri berjudul The Murderer karya Refin Palung.
“Saya suka cerita bisa dibilang bukan cerita anak-anak, tetapi dilihat dari sudut pandang anak-anak. Menurut saya akan ada misterinya,” tuturnya.
Lain lagi dengan Fajar Bustomi, yang selalu menggarap film-film drama. Kali ini pun, ia tidak ingin keluar dari zona nyaman dan memilih skenario berjudul Jangan Ambil Surgaku karya Ari Kerling.
“Mudah-mudahan ini pilihan yang tepat buat saya. Setelah mendapatkan ini, sepertinya saya belum mendapatkan ceritanya seperti ini sebelumnya,” ucapnya.
Sutradara Danial Rifky memilih naskah cerita berjudul Kattok Mencari Dalang karya Gusti Ayu Puspagathy.
“Cerita ini berlatar tentang Bondowoso. Saya belum pernah ke sana, tetapi saya bisa membayangkan bagaimana keunikan hidup masyarakat di sana,” ujarnya.
Juri lainnya, Indra Gunawan memilih cerita yang secara kebetulan pernah ia alami berjudul Pelangi Tanpa Warna karya Mahfriza Kifani.
“Ini sebuah novel drama. Kebetulan sekali pernah saya alami. Bagaimana orang yang kita cintai kena penyakit jadi mengubah keadaan keluarganya,” ungkap Indra.
Naskah cerita terakhir dipilih sutradara Herwin Novianto, berjudul Kapan Pindah Rumah (KPR) karya Annisa Diandari Putri.
“Menurut saya ceritanya sederhana, tetapi mempunyai makna yang bagus. Dan kejadian ini sepertinya bisa dirasakan oleh kebanyakan masyarakat Indonesia,” pungkas Herwin. (jlo/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh