Inilah Fakta-Fakta Penyebab Banjir Bandang di Sentani  

Selasa, 19 Maret 2019 – 17:22 WIB
Dirjen PDASHL KLHK Ida Bagus Putera Prathama menjelaskan terkait penyebab banjir di Sentani. Foto: Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengungkap fakta-fakta penyebab terjadinya banjir bandang di Sentani, Jayapura yang terjadi akhir pekan lalu. Pasalnya, ada sejumlah informasi yang simpang siur terkait penyebab bencana tersebut.

BACA JUGA : Banjir Sentani, PLN Kerahkan 8 Tim untuk Pemulihan

BACA JUGA: Grafis : Manggala Agni Terus Bekerja Keras Padamkan Titik Api

Dirjen PDASHL Ida Bagus Putera Prathama mengatakan ada banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya banjir bandang yang menewaskan 89 orang tewas tersebut. 

Menurut Putera,  kejadian itu tidak bisa semata-mata menyalahkan tutupan hutan di sekitar area di sekitar hulu sungai.

BACA JUGA: KLHK Terjunkan Tim Khusus ke Sentani

 “Kurang kuat jika diasosiasikan bahwa kejadian ini terjadi karena perubahan alam akibat tutupan hutan,” uyar Putera dalam jumpa pers di KLHK, Selasa (19/3).

BACA JUGA : Data - Data Terbaru Musibah Banjir Bandang di Sentani dan Sekitarnya, 83 orang Meninggal

BACA JUGA: Curah Hujan Ekstrim Penyebab Utama Bencana Banjir Sentani Papua

Putera tidak ingin berselisih pendapat dengan institusi lain yang menyebut bahwa banjir bandang itu terjadi karena salah manusia. Karena itu dia membeberkan beberapa fakta kondisi alam di Sentani yang diduga menjadi faktor sehingga terjadi banjir tersebut.

Berikut penyebab banjir di Sentani :

Curah Hujan Tinggi

Bencana banjir bandang di Sentani Papua disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi mulai pukul 19.00 sampai dengan 23.30 WIT.  Capai tujuh jam tanpa henti. Data menunjukkan bahwa debit air di wilayah Sentani pada malam tersebut melebihi kondisi normal mencapai 193,21 m3/detik yang menyebabkan debit aliran tinggi. Sementara itu, mulut sungai terhitung kecil dengan kapasitas tampung yang rendah yaitu hanya 91,38 m3/detik.

"Mulut sungai juga kecil ke arah muara sehingga tidak bisa menampung debit air hujan yang tinggi," kata Putra.

Kondisi Hulu DAS Sentani

Faktor lain yang menyebabkan bencana banjir bandang Sentani adalah kondisi hulu DAS yang tidak stabil. Hulu DAS tersebut memiliki kontur batuan yang kedap air sehingga membentuk bendung alami yang mudah jebol pada saat hujan tinggi.

Adanya perluasan kota dan permukiman di bagian hilir (daerah terdampak) turut memberikan dampak yang cukup signifikan.

Daerah Terdampak adalah Jenis Dataran Banjir (Flood Plain)

Beberapa lokasi terdampak dari musibah banjir tersebut meliputi Jayapura Utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, Sentani dan sekitarnya.

Lokasi-lokasi tersebut merupakan dataran banjir (flood plain) dan berada di lereng kaki perbukitan yang terjal.

"Wilayahnya itu kan hamparan banjir (flood plain). Jadi jika ada hujan deras, daerahnya lereng, akan mengalir air dari situ menuju ke tempat pemukiman itu," imbuh Putera.

BACA JUGA : Instruksi Presiden Jokowi Terkait Banjir Bandang Sentani

Luas daerah tangkapan air (DTA) di lokasi tersebut mencapai 15.199,83 hektar. Putera menyampaikan, luapan air Sungai Sereh/Tahara dan Sungai Kemiri masuk ke DAS Sentani yang berhulu di Cagar Alam Pegunungan Cycloop. 

Daerah Hulu Rawan Longsor Alami

Wilayah hulu yang terdiri dari batu dan tanah mengakibatkan rawan longsor alami jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Ditambah sering terjadinya gempa di wilayah Papua. Menurut Putera, pepohonan yang terbawa arus banjir tercabut hingga akar karena sudah sering terkena dampak longsor alami.

"Faktor tutupan hutan di DAS Sentani terhitung baik dan berkisar 55% dari total area DAS. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pohon yang tercabut dari akarnya, serta adanya longsor pada area hulu DTA (daerah terdampak)," jelasnya.

Muara Sungai yang Kecil

Menurut Putera, menjadi catatan penting bagi semua kalangan untuk juga memperbaiki kondisi mulut sungai yang kecil menuju muara. Hal ini mengakibat tidak tertampungnya air atau banjir jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi di Sentani

Perluasan Pemukiman

Adanya perluasan kota dan permukiman di bagian hilir (daerah terdampak) turut memberikan dampak yang cukup signifikan sehingga terjadi bencana banjir. KLHK sebelumnya sudah pernah memberikan peta terkait wilayah-wilayah yang rawan bencana pada pemda seluruh Indonesia. Karena itu harus menjadi catatan untuk pengembangan perkotaan dan pemukiman di daerah. 

Wilayah yang terdampak banjir berada di dekat lereng hulu sungai sehingga turut diterjang banjir jika hujan turun dengan intensitas tinggi. 

Putera menambahkan faktor tutupan hutan di DAS Sentani terhitung baik dan berkisar 55% dari total area DAS. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pohon yang tercabut dari akarnya, serta adanya longsor pada area hulu DTA.

Karena itu, dia menampik bahwa penyebab banjir itu adalah kerusakan hutan seperti informasi yang beredar belakangan ini. Tercatat luas perubahan tutupan  lahan sepanjang lima tahun dari 2012 hingga 2017 adalah 3,3 persen.

"Luas lahannya 15.199,83 hektar. total hutan yang berkurang seluas 495, 47 hektar atau 3,3 persen. Jadi tidak ada perubahan signifikan pada hutan di hulunya. Karena kawasannya memang lereng, sehingga tidak mudah juga diberdayakan," 

KLHK mengirimkan tim khusus untuk menindaklanjuti dan menyelidiki penyebab lain banjir di Sentani tersebut. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Data Terbaru Musibah Banjir Bandang di Sentani dan Sekitarnya, 83 orang Meninggal


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler