jpnn.com - Presiden Joko Widodo menginap di hotel Lombok Astoria, Kota Mataram, saat kunjungan ke NTB, Jumat (20/10).
Ternyata Presiden Jokowi tak memilih kamar president suite nan mewah. Kepala Negara justru memilih kamar biasa dengan tarif standar. Seperti apa ya kamar hotel orang nomor satu di Indonesia? Berikut laporannya.
BACA JUGA: Hmmm, Anak Buah Bu Mega Akui Kinerja Jokowi Belum Optimal
LALU MOHAMMAD ZAENUDIN, Mataram
INI benar-benar kejutan. Semua terjadi tiba-tiba. Di saat semua hotel rindu dapat kepercayaan untuk diinapi orang nomor satu di Indonesia, pilihan itu justru jatuh pada Hotel Lombok Astoria. Hotel yang dulunya bernama Golden Tulip.
BACA JUGA: Presiden Jokowi-Tuan Guru Pamer Pesona Mandalika Lewat Vlog
Wajar kemudian, kalau akhirnya General Manajer Lombok Astoria Fajar Aziz berseri-seri. Bahkan hingga rombongan Prsiden sudah berlalu pergi, kebahagiaan itu masih terpancar.
“Ya namanya juga orang nomor satu di Indonesia, siapa yang tidak bangga,” kata Fajar kepada Lombok Post (Jawa Pos Group) kemarin.
BACA JUGA: Ini Penilaian SBY untuk 3 Tahun Pemerintahan Jokowi
Pria berkaca mata itu benar-benar merasa dapat durian runtuh. Walau tak mengambil tarif atau keuntungan lebih dengan menginapnya rombongan RI 1 di hotelnya, bagi Fajar kehadiran Kepala Negara sudah lebih dari cukup. Baginya, kepercayaan adalah yang utama.
Kami duduk di bagian belakang hotel. Dekat dengan kolam renang. Fajar sepertinya ingin mencari tempat yang lebih leluasa dan segar.
Dia sedang tak sungkan berbagi kenangan manis mendapat kehormatan melayani Presiden Jokowi.
“Pada saat booking masuk dan diterima oleh bagian reservasi. Itu yang telepon dari Sekretariat Istana,” tuturnya mengawali cerita.
“Kami selalu menerapkan prinsip di sini. Apapun informasi yang datang semua dianggap serius. Jadi saat bagian reservasi menerima booking dari bagian Sekretariat Istana, langsung inisiatif menyambungkan dengan Sales Manager,” tuturnya.
Sebenarnya, Fajar mengaku dirinya menerima salinan jadwal kunjungan Jokowi selama di Lombok. Ia sempat tak yakin pilihan hotel yang diambil adalah Lombok Astoria.
“Bayangan saya antara Novotel karena dekat dengan kegiatan acara. Kalau di sini (Mataram) yakni di hotel sebelumnya (yang pernah ditempati, bukan di hotel Lombok Astoria, red ),” ujarnya.
Bahkan, saat sejumlah anggota Paspampres membooking 30 kamar, Fajar masih belum begitu yakin.
“Apalagi hotel kami kan dekat juga dengan Lanud Rembiga, jadi saya rasa ini hanya soal kedekatan saja. Sedangkan saya pikir Pak Jokowi akan di hotel sebelumnya,” ulasnya.
Sampai kemudian, H-2 kedatangan Presiden, malam harinya, beberapa anak muda datang ke hotel. Mereka mengaku pegawai dari Sekretariat Istana. Mereka datang untuk melihat dan mengecek kamar untuk Presiden Jokowi.
“Saat itu ada dua tawaran. Satu yang untuk President Suite dan satu lagi Junior Suite,” jelasnya.
Beberapa anak muda itu pun mulai bekerja. Mereka memfoto dan memvideokan ruangan. Anak-anak itu kemudian pamit. Tanpa ada kejelasan ruangan yang mana sebenarnya akan ditempati Presiden.
“Jadi sebenarnya H-2 itu kami belum bisa apa-apa untuk melakukan persiapan. Kami belum tahu ruangan mana yang dipilih,” ujarnya.
Kemungkinan presiden menginap di tempatnya pun belum bisa diyakinkan 100 persen. Fajar mengkalkulasi kemungkinan itu baru sekitar 92 persen. Sisanya 8 persen adalah hal-hal di luar yang ia ketahui. Presiden bisa saja memutuskan menginap di tempat yang lain.
“Barulah di H-1, Presiden sudah pasti reservasi di tempat kami,” jelasnya.
Sesaat Fajar terlihat tersenyum. Ia mengingat bagaimana briefing internal yang dipersiapkannya begitu cepat. Tentu saja sebagai tempat yang terpilih ini kebanggan sekaligus tantangan.
Bagaimana bisa melayani Presiden dalam waktu persiapan yang sangat singkat dengan hasil yang memuaskan.
“Karena bayangan kita seperti presiden-presiden dulu, pasti akan sangat kompleks persiapannya,” ujarnya.
Namun, dugaan Fajar satu persatu meleset. Mulai dari kamar yang diambil Jokowi bukanlah ruangan kelas satu. Kamar President Suite itu ternyata tak dipilih Presiden. Justru Jokowi mengambil ruangan Junior Suite.
“Kamar itu ukurannya hampir sama dengan kamar ruangan pada umumnya. Begitu juga fasilitasnya,” jelas dia.
Kalau dibanding dengan kamar President Suite yang terkesan glamour dengan ukiran-ukiran nan wah macam kamar yang di tempati para raja. Junior Sute, justu terlihat lebih minimalis. Tak ada ukiran apa pun di sana.
“Dari segi harga beda. Kamar President Suite harganya empat kali lipat dibanding Junior Suite,” kata Fajar.
Kamar yang dipesan Presiden Jokowi adalah kamar nomor 1218 sebagai tempat tidurnya. Sedangkan kamar dengan nomor 1216 digunakan sebagai ruang makan untuk Presiden. “Kedua kamar ini punya pintu penghubung,” jelasnya.
Kamar ini, memiliki jarak sekitar satu ruangan dengan lift. Fajar tidak tahu apa alasannya kenapa kamar itu tidak boleh dekat dengan lift. “Kamar ini juga tidak ada bathtub-nya. Cuma ada showernya saja,” jelas dia.
Sedangkan kamar 1216 karena digunakan sebagai ruang makan, maka tempat tidurnya dikeluarkan. Diganti dengan meja makan dengan ukuran minimal 175 cm panjangnya. “Tidak boleh yang bundar, jadi harus persegi panjang,” jelasnya.
Sementara di kamar mandi kamar Presiden Jokowi, harus ada karpet kamar mandi. Hal ini untuk menjaga kemungkinan lantai licin.
Di ruangan itu juga dipesan sebuah meja kecil bundar. Persis ditaruh di tengah-tengah ruangan.
“Sama satu lagi, kami mengganti meja kerja dengan yang lebih baik kondisinya. Bukan yang ini,” ujar Fajar menunjuk sebuah meja yang ada di sudut utara ruangan saat mengajak Lombok Post mampir ke kamar yang ditempati Presiden kemarin. Itu hanya dua jam setelah Presiden meninggalkan hotel.
Di sebelah utara kamar Jokowi ada ruangan yang dijadikan ruangan pantry makanan. Ruangan inilah yang disulap menjadi mini laboratorium untuk mengecek kondisi makanan yang akan dinikmati RI 1. Di tempat itu dokter kepresidenan juga telah siap untuk mengecek kondisi makanan.
“Jadi makanan ini baru boleh di makan setelah dua jam, karena hasil risetnya baru keluar saat itu,” terangnya.
Untuk menyiasati itu, pihak hotel telah menyiapkan makanan sejak beberapa jam sebelumnya.
“Untuk menjaga kehangatan makanannya kami gunakan hot box atau warmer, dan satu lagi kulkas untuk menjaga kesegaran makanan,” jelasnya.
Setelah semua permintaan siap, begitu juga pemasangan gate detector lengkap di sejumlah titik, sekitar pukul 18.00 Wita Presiden Jokowi dan rombongan tiba. Sedangkan sterilisasi kawasan sudah dilakukan tim Gegana dan Jihandak sejak pukul 13.00 Wita.
“Tentara bersenjata lengkap juga ada di rooftop,” tuturnya.
Fajar sendiri mengaku sempat merasa penasaran. Mengapa akhirnya hotel Lombok Astoria yang dipilih Presiden untuk menginap. Dari Sekretariat Istana, ia mendapat penjelasan itu.
“Pertama memang beliau ndak suka yang neko-neko,” jelasnya.
Pilihan kamar Junior Suite, jadi salah satu tanda Presiden Jokowi lebih suka sesuatu yang simpel tetapi nyaman.
Lalu alasan yang kedua, Jokowi lebih suka memilih pelayanan dengan sumber daya manusia yang mengedepankan kearifan lokal. “Seperti sikap yang ramah,” jelasnya.
Fajar juga mengatakan nama lokal Lombok Astoria jadi alasan. Kenapa tim dari Sekretariat Istana memilih hotel itu.
“Dulu nama kita kan Golden Tulip, tetapi terkesan asing. Sekarang kan punya identitas daerah. Dengan nama baru kami yang ini,” bebernya. (*/r8)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terbukti, Islam dan Kehidupan Kebangsaan Adalah Selaras
Redaktur & Reporter : Soetomo