Inilah Kerja Keras Tim Pencari AirAsia QZ 8501 di Lautan

Kamis, 01 Januari 2015 – 08:10 WIB
Foto: Jawa Pos

jpnn.com - TELUK KUMAI - Munculnya titik terang pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 tidak lantas membuat proses selanjutnya lebih mudah. Hambatan mulai bermunculan, terutama faktor cuaca.

Memasuki hari keempat pencarian kemarin, Basarnas membatalkan rencana penyelaman di area penemuan jenazah karena cuaca buruk.
   
Sejak pagi, di kawasan Teluk Kumai Kalteng turun hujan. KN 224 SAR yang ditumpangi Jawa Pos sempat menunda keberangkatan hingga cuaca di sekitar pelabuhan Teluk Kumai membaik, sebelum akhirnya memutuskan berangkat ke titik pencarian pukul 09.15. Belum lama lepas dari Teluk Kumai, kondisi cuaca makin buruk.
   
Hujan deras disertai angin kencang menerjang kawasan yang dilalui KN 224 SAR. Pengamatan Jawa Pos, jarak pandang kurang dari 50 meter. Sementara, kapten kapal sempat menyebut tinggi ombak mencapai tiga meter dan kecepatan angin mencapai 20-30 knot.

BACA JUGA: Awas, Petir dan Awan Cumulonimbus di Area Pencarian

Berulang kali kapal KN 224 SAR diempas ombak, sehingga juru mudi harus berjibaku mempertahankan arah dan keseimbangan.
   
Sementara, para penumpang berupaya bertahan di kursinya masing-masing. Hanya sedikit yang berani beranjak, dan harus tetap berpegangan apabila tidak ingin terpelanting.
   
Dalam kondisi tersebut, Kapten Kapal KN 224 Ahmad memutuskan untuk kembali ke Teluk Kumai. Kondisi cuaca tersebut dia nilai membahayakan nyawa para penumpang apabila nekat meneruskan perjalanan. Cobaan belum usai.

Begitu kapal berhasil putar balik, terjadi blackout (genset atau listrik mati). Beruntung, KN 224 SAR memiliki genset cadangan, sehingga tidak lama kemudian kondisi kembali normal. Perlahan namun pasti, kapal bergerak menjauhi badai menuju teluk Kumai.
   
Sekitar pukul 11.00, KN 224 SAR akhirnya berhasil tiba di pelabuhan Panglima Utar, Kumai. Cuaca di sekitar teluk gerimis, namun semua penumpang bernapas lega karena berhasil lepas dari badai.
   
Sorenya, KM 224 SAR memutuskan kembali ke tengah laut. Kali ini yang dituju bukan lokasi pencarian, melainkan lokasi KRI Banda Aceh lego jangkar. KN 224 SAR mengantar 59 penyelam dari Basarnas dan TNI-AL yang akan menyelam dari KRI Banda Aceh.

BACA JUGA: Jenazah Pramugari Ditemukan Masih Berseragam

Mereka terdiri dari tim Basarnas Special Group (BSG) sejumlah 12 orang, Penyelam TNI-AL (12), Kopaska (14), Denjaka (14), dan Taifib (7).
   
Ratusan kilogram peralatan selam dinaikkan ke kapal berukuran 40x7 meter itu hingga memenuhi buritan. Mulai tabung oksigen, peralatan selam standard, wetsuit, alat komunikasi bawah air, peralatan Remote Operated Underwater Vehicle (ROV), hingga perahu rakitan.
   
Komandan Kompi BSG Charles Batlajery menjelaskan, pihaknya bersama TNI sudah siap untuk menyelam. Hanya saja, sampai kemarin sore belum ada koordinat pasti di mana mereka akan menyelam.

Sebab, lokasi bangkai pesawat sendiri hingga saaT ini belum bisa dipastikan. Sehingga belum bisa diperkirakan apakah masih ada penumpang yang terjebak di dalam pesawat tersebut
   
Disinggung mengenai prosedur evakuasi korban dari dalam pesawat, Charles menyebutkan beberapa opsi. Seluruhnya harus didahului oleh kepastian lokasi dan kedalaman peaawat berada. Di situlah ROV berperan. Apabila posisi pesawat belum bisa dipastikan, maka pencarian akan seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
   
Hal senada juga disampaikan pilot ROV dari Ikatan Surveyor Indonesia dan Asosiasi Kontraktor Surveyor Laut Indonesia Sari Darmarani. Menurut dia, fungsi ROV lebih pada untuk menyurvei sebuah area tertentu untuk memastikan keberadaan sebuah objek.

BACA JUGA: Pengakuan Pilot: Peralatan Usang, Andalkan Laporan Radio

Apabila sesuai dengan gambaran awal, dia langsung melapor ke otoritas setempat untuk diidentifikasi apakah benar objek tersebut yang dimaksud. "Kami hanya menyurvei, keputusan tetap di Basarnas," ujarnya saat dikonfirmasi kemarin.
   
Untuk opsi pertama, posisi pesawat sudah dipastikan beserta kedalamannya. Apabila masih dalam batas toleransi, maka akan dilakukan penyelaman. "Kami memakai standard US Navy, yakni maksimal 40 meter," tuturnya. Lebih dalam dari itu, penyelam berpotensi mengalami dekompresi, bahkan tewas.
   
Setelah sampai di bangkai pesawat, penyelam akan mencari celah untuk masuk. Apabila di dalam masih banyak yang terjebak, penyelam punya dua opsi. Pertama, mengeluarkan jenazah-jenazah itu dari pesawat dan membiarkannya naik ke atas sampai terapung.

Atau bisa juga penyelam mengeluarkan satu persatu jenazah dan membawanya ke permukaan.
   
Charles menuturkan, penyelam tidak boleh menyelam dua kali di kedalaman yang sama secara simultan. Bila nekat, dia berpotensi terkena dekompresi dan nyawanya sendiri bisa terancam.
   
Opsi kedua, mengapungkan pesawat tersebut menggunakan sling dan kapal yang memiliki crane. Opsi terakhir adalah meminjam submersible vehicle (kapal selam mini tanpa awak) milik Amerika Serikat atau Inggris (selengkapnya lihat grafis). "Opsi-opai ini akan kami bicarakan terlebih dahulu dengan tim lain," ucapnya.
   
Sementara itu, hingga berita ini ditulis pukul 21.00, KN 224 SAR belum berhasil merapat ke KRI Banda Aceh untuk memindahkan para penyelam. Sebab, cuaca di tengah laut masih buruk.

"Kami masih menunggu perintah lanjutan, apakah tetap diupayakan transfer atau ada instruksi lain," tambah Kapten KN 224 SAR Ahmad. Apabila semalam bisa ditransfer, maka pagi ini KRI Banda Aceh bisa berlayar menuju titik penyelaman. (byu/end)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengakuan Pilot, Rute Indonesia-Singapura Jadi Mimpi Buruk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler