Inilah Konsekuensi Bagi PAN Setelah Ditinggal Amien Rais

Rabu, 02 Juni 2021 – 09:00 WIB
Amien Rais. Foto: dok/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS) Jakarta Nyarwi Ahmad menilai terdapat sejumlah konsekuensi atas keluarnya Amien Rais dari Partai Amanat Nasional.

Pengajar Ilmu Komunikasi di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengatakan pertama, secara ideologis PAN akan bertransformasi menjadi partai dengan basis ideologi keislaman yang lebih moderat dan memiliki warna nasionalisme kebangsaan kental.

BACA JUGA: Amien Rais Siap Mendeklarasikan Partai Ummat, Ini Jadwalnya

Menurut dia, keluarnya figur Amien Rais dari PAN, menjadikan partai ini lebih longgar dalam mereformulasikan position ideologisnya.

"Sehingga tidak lagi berbasis pemilih dengan orientasi ideologi keislaman saja, namun juga kelompok-kelompok pemilih yang memiliki orientasi ideologi di luar itu," kata Nyarwi kepada JPNN.com, Selasa (1/6).

BACA JUGA: Insyaallah PAN Tembus 3 Besar Pemilu dengan Tetap Jadi Partai Tengah

Kedua, lanjut Nyarwi, secara organisasi, PAN akan menjadi partai elektoral professional (electoral professional party) karena tidak lagi tergantung pada bayang-bayang figur tertentu, khususnya Amien Rais.

"Ini menjadi peluang sekaligus juga tantangan," tegasnya.

BACA JUGA: Firli Bahuri Tegaskan Pimpinan KPK Tidak Ada Niat Menyingkirkan Siapa pun

Menurutnya, PAN memiliki peluang untuk merekrut beragam jenis sumber daya elite dan professional dengan orientasi ideologi yang lebih terbuka, tidak hanya berbasis pada orientasi keislaman saja, khususnya yang berasal dari kalangan pendukung Muhammadiyah.

Namun, lanjut dia, ini juga menjadi tantangan bagi PAN karena elektabilitas partai ini, sebagai sebuah organisasi, sebagaimana terpotret dalam sejumlah lembaga survei, termasuk oleh IPS, masih sangat rendah.

Data IPS April 2021 menunjukkan elektabilitas partai ini hanya berkisar di angka 2 persen.

Angka ini lebih rendah dibandingkan partai-partai yang berbasis pemilih Islam lainnya yang saat ini memiliki kursi di DPR seperti PPP (3 persen), PKS (4,8 persen) dan PKB (6,4 persen).

Dia menyatakan elektablitas PAN tersebut masih berada di bawah angka parliamentary threshold (PT).

Menurut Nyarwi, hal itu berarti nasib partai ini untuk Pileg 2024 mendatang masih belum sepenuhnya.

"Para pimpinan dan elite partai ini tentunya dituntut kerja keras lagi agar bisa menembus PT tersebut," katanya.

Menurutnya, nasib partai ini dalam Pileg 2024 mendatang akan sangat ditentukan oleh sejauh mana mereka mampu mencari atau menciptakan figur-figur yang memiliki dua kemampuan sekaligus.

"Yaitu, sosok yang mampu memperkuat struktur organisasi kepartaian dan sekaligus memiliki daya magnetis elektoral," sambung Nyarwi.

Ketiga, Nyarwi menambahkan, PAN tidak lagi menjadi partai yang didominasi dinasti politik, khususnya dari keluarga Amen Rais.

"PAN memiliki kesempatan besar untuk mengembalikan dirinya sebagai partai yang terbuka, sebagaimana yang pernah terjadi ketika partai ini didirikan pada pasca-reformasi 1998," kata dia.

Keempat, lanjut Nyarwi, dengan tidak ada lagi bayang-bayang Amien Rais di situ, PAN bisa lebih dinamis.

Sebagai sebuah partai politik, kata dia, PAN juga berpeluang memperkuat proses demokrasi yang berada di level internal organisasi.

"Peluang PAN untuk bermanuver dalam panggung politik nasional akan lebih terbuka dan gesit," kata Nyarwi.  (boy/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler