Inilah Konsep Hunian yang Diimpikan Bung Karno

Jumat, 11 Juni 2021 – 22:21 WIB
Arsitek dan ahli tata kota Ir. Bambang Eryudhawan, saat berbincang dalam dalam Episode 11 Talkshow & Musik ‘Bung Karno Series’ persembahan Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, Jumat (11/6). Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Pertama RI Soekarno atau Bung Karno membayangkan ketika Indonesia telah lepas dari penjajahan, bagaimana caranya membuat rakyatnya merasa bahagia, nyaman dan tenteram.

Salah satunya adalah warga harus memiliki tempat hunian yang nyaman untuk ditinggali.

BACA JUGA: Bung Karno dan Visi Besar Pendidikan Indonesia

Hal ini tergambar pada bagaimana seorang Bung Karno merumuskan sebuah konsep hunian yang akan membuat penghuninya merasa bahagia.

Sebuah kondisi nyaman dalam rumah akan memengaruhi perilaku manusia dan memberikan pengaruh secara psikologis bagi penghuninya.

BACA JUGA: Peresmian Patung Bung Karno di Kemenhan, Begini Pidato Prabowo di Depan Megawati

Dengan kata lain, rumah yang nyaman adalah rumah yang mampu mengakomodasi kebutuhan psikis penghuninya.

Meskipun preferensi setiap orang akan kenyamanan sangat beragam, ada hal hal umum yang secara psikologis dapat membantu terciptanya kenyamanan dalam sebuah permukiman.

BACA JUGA: Profesor Jepang: Kepemimpinan Megawati Mewarisi Gaya Soekarno yang Simpati pada Rakyat Jelata

Hal ini diungkapkan oleh arsitek dan ahli tata kota Ir. Bambang Eryudhawan, dalam Episode 11 Talkshow & Musik ‘Bung Karno Series’ persembahan Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, Jumat (11/6).

“Bung Karno punya rumus ‘5 P’ dalam membahagiakan rakyatnya. Yakni bahagia dari sisi ‘perut’, ‘pakaian’, ‘perumahan’, ‘pengetahuan’, maupun ‘pergaulan’,” jelas Yudha, sapaan akrab anggota Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta  ini.

Penggerak isu disabilitas pada bangunan gedung itu melanjutkan, konsep rumah atau permukiman yang ideal tidak berhenti di sini.

Ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu unsur kebahagiaan.

Meskipun kelima aspek tadi sudah terpenuhi tetapi tidak bisa membuat bahagia masyarakat yang meninggalinya, maka itu tidak termasuk permukiman yang ideal.

“Apalah artinya sebuah kebutuhan material yang tadi terpenuhi kalau permukiman itu tidak bisa membahagiakan,” lanjut  pria yang juga menjabat ketua Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta ini.

Oleh karena itu, unsur psikologi dari permukiman sangat perlu diperhatikan.

Sebuah permukiman dan penghuninya memiliki ikatan emosi yang kuat.

Permukiman ideal adalah yang mampu menghimpun unsur kebahagiaan fisik dan psikis penghuninya.

Di sinilah konsep permukiman yang diimpikan Bung Karno adalah hunian yang mempunyai pemandangan yang menarik dan indah.

“Sejak kuliah di ITB pada zaman Belanda, Bung Karno sudah mengimajinasikan bahwa di tengah kota itu ada tamannya, kolam dan bahkan suara gemercik air mancur. Bung Karno memimpikan semua rakyat Indonesia bisa merasakan suasana yang seperti itu,” urai kepala Divisi Persada Sukarno itu.

Selain indah dan asri, unsur kebersihan juga merupakan hal penting lain yang menjadi perhatian Bung Karno, karena kebersihan suatu tempat atau kota niscaya memberi kebahagiaan bagi siapa saja yang memandangnya.

Menunjukkan tekadnya bawa sebuah kota harus bersih, Bung Karno tak segan langsung memberikan contoh dengan pergi membersihkan sampah ke Pasar Manggarai, Jakarta Selatan.

“Kota harus bersih. Ayo bersihkan sampah di Manggarai. Kerja, kerja, kerja,” kenang Yudha menirukan ucapan Bung Karno saat itu.

Berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal yang ideal, Bung Karno selalu memastikan bahwa permukiman itu harus memperhatikan iklim serta memperhatikan kebiasaan masyarakatnya.

Tempat dan fasilitas yang dibangun harus mampu menunjang dan menjawab semua kebutuhan masyarakatnya.

Anggota Dewan Arsitek Indonesia ini memberi satu contoh lagi saat pembangunan proyek permukiman di Pulomas, Jakarta Timur disetujui Bung Karno dengan konsep hunian nyaman bagi pejalan kaki. Misalnya, bagaimana anak-anak kecil bisa jalan kaki ke sekolah dengan aman, ibu-ibu ke pasar atau klinik kesehatan pun dengan berjalan kaki.

Di situ jalur bagi kendaraan bermotor dan pejalan kaki dipisahkan dengan rapi.

Konsep sebuah kota yang nyaman, terutama di Jakarta sebagai ibu kota negara, ditekankan Bung Karno kepada setiap Gubernur Jakarta, Sjamsuridjal, Sudiro, Soemarno Sosroatmodjo, Henk Ngantung dan Ali Sadikan.

Penekanan Bung Karno ialah sebuah kota tak hanya harus menyediakan fasilitas yang cukup, tetapi juga harus bersih dan membahagiakan rakyatnya.

Yudha menambahkan bahwa sejak dulu Bung Karno melalui para arsiteknya sudah menitipkan pesan bagaimana sebuah kawasan permukiman bisa membahagiakan semua orang.

"Bukan hanya menyediakan rumah, sekolah, dan tempat rekreasi, tetapi bagaimana bisa membuat bahagia dan sejahtera rakyatnya,” pungkas Yudha sembari mengungkapkan kekagumannya kepada Bung Karno sebagai insinyur, arsitek, sekaligus seniman.

Program ‘Talkshow & Musik’ BKNP PDIP dengan tema besar ‘Bung Karno Series’ hadir setiap hari pada bulan Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh, dan dapat diikuti melalui kanal BKNP PDI Perjuangan di YouTube, BKN Pusat di Instagram dan Badan Kebudayaan Nasional Pusat di Facebook. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Bung Karno   PDIP   Soekarno   BKNP PDIP   Hunian   Tata kota  

Terpopuler