Inilah Pasangan Ideal Capres-Cawapres Versi Pemuda Surakarta

Minggu, 26 November 2017 – 15:33 WIB
Koordinator KoCak (Jokowi-Cak Imin) Prijo di Surakarta, Minggu (26/11). Foto: Ist for JPNN.com

jpnn.com, SURAKARTA - Sekelompok anak muda di Kota Surakarta bersepakat mencari figur pemimpin pada Pilpres 2019 mendatang. Mereka mengusulkan figur pemimpin yang mampu membangun Indonesia yang toleran berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta mampu mewujudkan Islam sebagai Rahmatan Lil Al-Amin.

“Kami sudah temukan jawabannya yakni memasangkan Presiden Jokowi sebagai Calon Presiden 2019 dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai Cawapres 2019. Ini merupakan pasangan yang tepat, ideal dan menjadi kebutuhan masyarakat,” terang Koordinator KoCak (Jokowi-Cak Imin) Prijo dalam keterangan persnya, Minggu (26/11).

BACA JUGA: Generasi Milenial NU: Saatnya Tokoh Muda NU Jadi Presiden

Menurut Prijo, Jokowi-Cak Imin merupakan representasi dari kekuatan nasionalis dan Islam Nusantara. Jokowi mewakili Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) dan Cak Imin mewakili Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) serta Nahdlatul Ulama (NU).

“Dua arus besar tersebut saat ini menjadi mainstream dalam peta politik nasional. Demikian sikap politik kami, segenap pemuda dan pemudi Kota Surakarta yang tergabung dalam Relawan KoCak (Jokowi - Cak Imin) Kota Surakarta. Sekaligus kami mengajak kepada seluruh komponen masyarakat untuk bergabung dalam Relawan KoCak untuk mensukseskan Jokowi - Cak Imin Sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024,” ucapnya.

BACA JUGA: PKS-Gerindra Isyaratkan Tetap Bersama, Usung Prabowo-Gatot?

Menurut Prijo, duet pasangan ini akan mampu mengatasi “perang” kebencian yang menjurus pada fitnah dan produksi berita hoaks. Hal ini tentu sangat memprihatinkan kalangan muda khususnya sebagai generasi penerus bangsa.

“Karena banyak kalangan muda yang terpengaruh berita-berita yang tidak benar (hoax). Misalnya Presiden Jokowi adalah keturunan PKI, Pemerintahan Presiden Jokowi tidak berpihak kepada umat Islam, dan issue-issue kelompok minoritas dalam hal ini adalah etnis cina. itu semua menghancurkan demokrasi,” katanya.

BACA JUGA: PKS Tetap Nilai Panglima TNI Capres Potensial

Prijo menambahkan, demokrasil yang sudah berhasil dibuka sejak reformasi 98 telah jauh mengalami kemunduran dalam penerapannya di lapangan. Kebebasan berpendapat tidak dilakukan secara ilmiah dan beradab berdasarkan data atau fakta yang ada. Akan tetapi justru dilakukan dengan memanipulasi data menjadi sumber berita hoax / palsu yang menjurus kefitnah.

“Dampak dari situasi nasional tersebut, selain banyak generasi muda yang terpengaruh, adalah munculnya kembali sikap apatis terhadap politik dikalangan generasi muda maupun masyarakat umum. Melihat politik sebagai sesuatu yang “kotor” dan tidak baik. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan dan berbahaya bagi kelangsungan NKR,” tuturnya.

Dia berharap KoCak mendorong tumbuhnya demokrasi yang sehat serta toleran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Upaya konkret yang dilakukan adalah dengan berjejaring dan mendorong komunitas-komunitas muda untuk “sadar politik”. Bahwa Politik yang benar adalah justru mencerdasakan kehidupan bangsa.

Menurutnya, dengan Politik masyarakat menjadi cerdas dan sadar akan hak-haknya sekaligus paham akan kewajiban dan tahu kemana arah perjalanan bangsa ini. Yang tidak kalah penting adalah perlunya sikap toleran untuk saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.

“Sikap toleran ini menghindarkan terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat,” tandasnya.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Komunitas Pendukung Cak Imin-AHY Muncul di Sulawesi Selatan


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler