Inilah Pemicu Ibu Hamil Tidak Bahagia, Para Suami Harus Baca Nih 

Selasa, 29 November 2022 – 09:48 WIB
Aplikasi Teman Bumil terus berkomitmen menjadi Teman Setia para Mums dalam menjalani masa kehamilan dan tumbuh kembang Anak sampai usia balita. Foto Aplikasi Teman Bumil

jpnn.com, JAKARTA - Berbagai masalah kesehatan bisa menimpa seorang ibu yang tidak merasa bahagia saat masa kehamilan.

Hal ini juga akan mengganggu pertumbuhan anak dan dapat mengancam kesehatan Ibu. 

BACA JUGA: 3 Vitamin yang Baik untuk Ibu Hamil dan Janin

Oleh karena itu dukungan para suami sangat penting untuk mendampingi istrinya melewati masa kehamilannya dengan bahagia.

"Ungkapan bahwa Ibu bahagia akan menciptakan generasi penerus yang sehat dan hebat bukan tanpa alasan," kata dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, Sp.OG., saat menghadiri acara perayaan ulang tahun Teman Bumil ke-5, yang didukung Folamil dan Herba ASIMOR, Senin (28/11). 

BACA JUGA: 3 Jenis Sayuran yang Aman Dikonsumsi Ibu Hamil

Selama masa kehamilan, banyak perubahan pada wanita, mulai fisik hingga psikis, serta yang tidak tampak yakni perubahan hormonal.

Pada trimester pertama, hormon estrogen dan progesteron meningkat, disusul hormon kehamilan yakni beta chorionic gonadotropin (beta hCG), yang kerap mengakibatkan mual dan muntah. 

BACA JUGA: 6 Manfaat Minum Air Kelapa untuk Ibu Hamil, Silakan Dicoba

“Makanya enggak heran trimester pertama sekitar 75-80% ibu hamil pasti mual. Nah, yang 20% enggak mual atau istilahnya hamil kebo,” katanya. 

Ketiga hormon itu sangat berpengaruh terhadap perubahan psikis ibu hamil, sehingga jadi lebih sedih, menangis, dan gampang marah-marah.

Ini selaras dengan survei yang dilakukan oleh Teman Bumil terhadap 1.504 ibu hamil, 64,6% mengaku lebih mellow dan sering sedih. Sementara 38,4% mengaku jadi lebih stres selama hamil.

"Selain masalah hormonal, faktor eksternal juga menjadi pemicu ibu hamil tidak bahagia atau stres, " ungkapnya. 

Salah satunya finansial belum stabil (44,3%) berada di urutan pertama. Kemudian, kehamilan yang cukup mengganggu (35,8%), belum atau sulit menyiapkan biaya persalinan (23,9%), masih harus bekerja atau mengurus seluruh pekerjaan rumah tangga sendirian (21,5%), dan menjalani kehamilan sambil mengurus anak (20,7%).

Meski kebanyakan terjadi di trimester pertama, naik turunnya psikis juga bisa berlanjut sampai trimester kedua, bahkan ketiga. Namun, yang paling mengganggu di trimester kedua karena terkait dengan perubahan bentuk fisik. 

"Sementara di trimester ketiga, ibu hamil kerap stres terkait proses persalinan yang akan ditempuhnya kelak," jelasnya. 

Ditambahkannya walau hormon berperan besar, kesedihan pada Ibu hamil tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.

Sebab, dampak secara tidak langsung berpotensi mengalami persalinan prematur, bisa juga, anaknya kecil atau BBLR (bayi berat lahir rendah). 

Saat para Ibu hamil sedih dan banyak pikiran, mereka bisa jadi malas makan atau makan tidak teratur, akibatnya janin menjadi kekurangan nutrisi lalu mengalami BBLR," ujar Dara. 

Ada pula yang sampai tidak menjaga kebersihan diri sehingga berisiko tubuh terpapar banyak bakteri. Hal ini memperbesar potensi mengalami ketuban pecah dini dan persalinan prematur. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler