Inilah Pemicu Internal Golkar Menekan Airlangga, Ada soal Menantu & Putra Bungsu

Selasa, 13 Agustus 2024 – 14:04 WIB
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto. Ilustrasi Foto: ANTARA/HO-Partai Golkar

jpnn.com - JAKARTA – Airlangga Hartarto memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Golkar di Jakarta, Minggu (11/8).

Airlangga menjelaskan bahwa dirinya mundur karena ingin menjaga keutuhan Partai Golkar dan memastikan stabilitas selama transisi pemerintahan dari Presiden Jokowi ke Presiden terpilih Prabowo Subianto.

BACA JUGA: Candaan Airlangga ke Bahlil, Kunto: Tertawa-tawa, di Belakang Saling Menusuk

Muncul spekulasi, mundurnya Airlangga Hartarto karena ada desakan kuat dari internal Golkar.

Lantas, apa pemicu munculnya tekanan dari internal Golkar yang menyebabkan Airlangga Hartarto memutuskan mendurkan diri?

BACA JUGA: Idrus Marham Dukung Bahlil Gantikan Airlangga Jadi Ketum Golkar

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga mengemukakan penyebab munculnya desakan dari Partai Golkar karena Airlangga dianggap sudah tidak independen lagi.

Menurut Jamiluddin, unsur tidak independen itu terlihat ketika Airlangga lebih condong mendukung langkah politik keluarga Joko Widodo dibandingkan dengan keinginan partai.

BACA JUGA: Airlangga Hartarto: Kursi Kapolri saja Diambil Pak Bahlil

"Airlangga terkesan lebih mengikuti kehendak Jokowi dan Prabowo. Indikasi itu terlihat dalam Pilgub Sumatera Utara, Airlangga begitu bersemangat mengusung Bobby Nasution," kata Jamiluddin di Jakarta, Selasa (13/8), menanggapi mundurnya Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Partai Golkar.

Tidak hanya Bobby Nasution, tambahnya, Airlangga juga terkesan ingin menawarkan putra bungsu Jokowi sekaligus Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep untuk berpasangan dengan Jusuf Hamka ataupun Ridwan Kamil pada Pilkada Jakarta.

Dengan begitu, lanjut Jamiluddin, beberapa keputusan politik Airlangga dalam pertarungan pada pilkada tahun ini terkesan blunder.

"Di Jawa Barat, Airlangga mengorbankan kadernya Ridwan Kamil dengan mengusung Dedi Mulyadi yang bukan kadernya. Celakanya, Airlangga mengusung Dedi yang elektabilitasnya jauh di bawah Ridwan Kamil," kata Jamiluddin.

Ragam keputusan inilah yang membuat para kader Golkar melihat Airlangga sudah terlalu dekat dengan Jokowi sehingga kurang memperhatikan pertimbangan internal partai.

Oleh karena hal tersebut, Jamiluddin menilai keputusan mundurnya Airlangga sudah tepat demi menciptakan transformasi di tubuh Partai Golkar. (antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler