Airlangga Hartarto: Kursi Kapolri saja Diambil Pak Bahlil

Selasa, 13 Agustus 2024 – 06:30 WIB
Airlangga Hartarto (kanan) dan Bahlil Lahadalia di Ibu Kota Nusantara, Senin (12/8). Sigid Kurniawan/app/YU/Antara Foto

jpnn.com - JAKARTA - Pakar komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menganalisis candaan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.

Candaan itu muncul seusai berfoto bersama, sebelum menghadiri sidang kabinet paripurna, Senin (12/8).

BACA JUGA: Airlangga Diduga Mundur Karena Ada Tekanan Politik dari Kekuasaan

Awalnya Menteri Keuangan Sri Mulyani mengajak Airlangga untuk mengobrol dan bergabung dengan para menteri Kabinet Indonesia Maju lainnya.

"Pak Airlangga, mengobrol Pak Airlangga. Soalnya kalau ada Pak Airlangga kita (para menteri) difoto wartawan," kata Sri Mulyani.

BACA JUGA: Usut Kasus Korupsi di Malut, KPK Periksa Anak Buah Bahlil hingga Pengusaha

Airlangga pun lantas meminta Bahlil menarik kursi untuk bergabung bersama.

"Kursinya tarik Pak Bahlil. Kursinya Pak Kapolri saja diambil sama Pak Bahlil," ujar Airlangga yang disambut tawa para menteri.

BACA JUGA: Istana Bantah Pengunduran Diri Airlangga Ada Hubungannya dengan Jokowi

"Masuk barang itu," jawab Bahlil yang juga ikut tertawa mendengar candaan Airlangga.

Menurut Kunto, candaan seperti itu bisa banyak makna.

"Soal Bahlil kemudian dibilang oleh Airlangga bahwa kursinya Kapolri saja diambil, ini konteks politik elite dan perebutan kekuasaan elite. Ini menjadi kode untuk bisa memahami cara bercanda elite tersebut, yang pertama soal kursi, berarti jabatan," kata Kunto.

Dia berpendapat bahwa candaan Airlangga tersebut merujuk terhadap dinamika yang terjadi di Partai Golkar.

Airlangga melalui video rilis pada hari Minggu (11/8) mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Ketua Umum DPP Partai Golkar.

"Kedua, soal berani diambil, menurut saya itu sindiran Airlangga kepada Bahlil, terutama setelah Airlangga harus mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar,” ujarnya.

Apakah komunikasi politik antara Airlangga dan Bahlil tersebut menunjukkan hubungan yang cair?

Kunto menjawab, dia tidak bisa menafsirkan baik atau buruknya hubungan antara kedua tokoh Partai Golkar tersebut dari satu candaan di IKN saja.

"Kalau soal apakah ini cair dan enggak cair, ya, para politikus ini 'kan punya panggung depan dan panggung belakang kayaknya ya. Di depan bisa jadi seperti sahabat yang tertawa, tetapi di belakang bisa saling menusuk," tutur Kunto. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler