jpnn.com, JAKARTA - Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini menginstruksikan pekerja sosial (peksos) berkontribusi nyata dalam penanganan berbagai tantangan kesejahteraan sosial sebagai dampak pandemi Covid-19.
Mensos Risma mengajak peksos dan pihak terkait memperkuat kerja sama dan mempererat solidaritas.
BACA JUGA: Bu Risma: Mari Kita tidak Berkecil Hati
“Krisis ini juga mengajarkan kepada kita bahwa secara global kita semua terhubung dan saling memengaruhi, menembus semua batas dan kotak-kotak yang selama ini kita yakini sebagai suatu identitas. Mari tingkatkan kerja sama dan mempererat solidaritas,” kata Mensos Risma saat memberikan sambutan dalam peringatan “Hari Pekerja Sosial se-Dunia 2021” secara daring, di Jakarta (16/3).
Peringatan Hari Pekerja Sosial se-Dunia setiap tahunnya jatuh pada minggu ketiga di bulan Maret. Tahun ini jatuh pada 16 Maret 2021.
BACA JUGA: Bobby Nasution: Ada 28 Tenaga Kesehatan Namanya Berbeda, tetapi Nomor Rekeningnya Sama
Peringatan ini merupakan mandat dari International Federation of Social Workers (IFSW) bagi negara-negara dan organisasi anggotanya terutama pada para peksos di seluruh dunia untuk menyuarakan dan mempromosikan isu-isu penting tentang kemanusiaan setiap tahun.
Tahun ini, yang diusung oleh IFSW tertuang dalam global agenda of social work and social development 2020-2030 adalah Ubuntu: I Am because We Are: Strengthening Social Solidarity and Global Connectedness.
BACA JUGA: Bu Risma Lelang Rolls-Royce dan Mercedes-Benz demi Bantu Korban Bencana
Terkait dengan tema kegiatan, Mensos Risma menyatakan Ubuntu bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia.
Dia yakin nun di seberang lautan Afrika sana, sebagai makhluk sosial juga berbagi nilai-nilai yang sama.
“Kita mempunyai nilai-nilai filosofi dalam budaya kita, kita kenal istilah Bineka Tunggal Ika, gotong royong, tepo seliro, musyawarah dalam mufakat, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Ada lagi pela gandong dan lain-lainnya," katanya.
Sosok yang karib disapa Bu Risma itu mengatakan bahwa semua maknanya merupakan ikatan persatuan yang saling mengangkat saudara, solidaritas sosial.
"Masih banyak lagi filosofi-filosofi hidup orang Indonesia yang sangat beragam,” ungkap mantan wali kota Surabaya yang menjabat dua periode itu.
Namun, kata Bu Risma, yang paling utama adalah jangan lupa bagaimana dasar negara Pancasila jelas menggambarkan filosofi bangsa Indonesia. Sudah seharusnya setiap silanya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya khawatir lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila akan mengancam keberlangsungan hidup kita sebagai bangsa Indonesia,” katanya.
Bu Risma menyatakan semua memiliki identitas satu yaitu manusia dengan hakikat yang menyertainya.
Nilai paling utama dalam hidup sebagai manusia adalah saling menjaga satu sama lain, tidak meninggalkan siapa pun, apa pun yang terjadi.
“Kita juga harus memprioritaskan mereka yang paling rentan dalam masyarakat. Kita harus mampu merubah krisis ini menjadi peluang,” kata Bu Risma dalam pidatonya di acara itu.
Sejalan dengan hal itu, Bu Risma juga menegaskan keseriusan pemerintah dalam penanganan pandemi yakni dengan dimulainya tahapan vaksinasi Covid-19.
“Program vaksinasi mendatangkan harapan baru, semangat baru bahwa kita mampu pulih, kita mampu bangkit dan bergerak maju lagi mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera. Namun kita tidak boleh lengah, vaksin bukanlah pertanda pandemi usai segera,” katanya.
Bu Risma menegaskan bahwa kewaspadaan masih harus dijaga. Protokol kesehatan masih harus diterapkan. Mereka yang terdampak masih harus kita bantu pemulihannya.
Tak lupa Bu Risma minta pekerja sosial mengambil peranan untuk berkontribusi dalam mengatasi kesenjangan dalam layanan kesejahteraan sosial dengan mempertimbangkan ketidakmerataan akses teknologi komunikasi.
“Pekerja sosial dituntut untuk menunjukkan inisiatif dan ide-ide baru agar tetap mampu memberikan layanan terbaik bagi yang membutuhkan dengan mengedepankan prinsip keamanan dan keselamatan,” katanya.
Peringatan International Federation of Social Workers (IFSW) dibarengi dengan agenda seminar.
Peserta seminar berjumlah antara 500-3.000 orang terdiri dari peksos baik yang bekerja di lingkungan pemerintahan maupun swasta dan lembaga swadaya masyarakat dan berbagai setting praktik, pemangku kebijakan, pimpinan Kemensos, Dinas Sosial, kementerian dan badan legislatif. (*/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Boy