JAKARTA – Indonesia Police Watch (IPW) merilis sejumlah aksi serangan terhadap kepolisian, di Poso, Sulawesi Tengah, sejak Oktober 2012 hingga saat ini. IPW menilai konflik di Poso sudah bergeser, menjadi pertikaian antara warga dengan polisi.
“Delapan bulan terakhir ada enam polisi tewas dan empat luka-luka dalam serangan yang dilakukan kelompok masyarakat yang disebut-sebut sebagai teroris di Poso,” kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, Kamis (6/6).
Neta membeberkan, pada Selasa 16 Oktober 2012, dua anggota polisi, Briptu Andi Safa dan Brigadir Sudirman yang hilang sejak Senin 8 Oktober 2012, ditemukan tewas terkubur dalam satu lubang di Dusun Taman Jeka, Desa Masani, Poso, Sulteng. “Di leher keduanya terdapat luka yang diduga akibat gorokan senjata tajam. Senjata api keduanya hilang,” paparnya.
Pada Senin 22 Oktober 2012, anggota Polantas Polres Poso Briptu Rusliadi mengalami luka di tangan dan pantat karena terkena serpihan bahan peledak ketika sebuah ledakan keras menerjang pos polisi lalulintas di Bundaran Smaker, Poso, Sulawesi Tengah. “Ledakan itu juga membuat kerusakan parah pada pos polisi tersebut,” kata Neta.
Pada Kamis 1 November 2012, anggota Sabhara Polres Poso luka-luka terkena serpihan bom rakitan kelompok terduga teroris. Peristiwa ini terjadi saat Densus 88 hendak menangkap KH di Desa Kayamanya, Tebangrejo, Poso, Sulteng. “Saat akan ditangkap terduga teroris itu melakukan perlawanan dan melemparkan bom rakitan ke arah polisi,” jelasnya.
Selain itu tiga polisi luka, yakni Briptu Eko, Briptu Siswandi, dan Briptu Lulu. Mereka kena tembakan di bagian perut, dada, dan dagu. Kontak senjata terjadi ketika polisi melakukan patroli pukul 10.00. “Saat mendekati sekelompok orang, rombongan polisi tersebut disambut dengan tembakan,” tuturnya.
Pada Kamis 15 November 2012, Kapolsek Poso Pesisir Utara, Sulteng AKP Nicklas Karauwan diberondong tembakan oleh orang tidak dikenal. “Dalam penyerangan pada pukul 12.00 itu Nicklas berhasil menyelamatkan diri,” katanya.
Kamis 20 Desember 2012, kata Neta, tiga polisi tewas dalam baku tembak di Desa Tambarana, Poso Pesisir dan sekitar Gunung Kalora, Sulteng. Mereka adalah Briptu Wayan, Briptu Ruslam, dan Briptu Narto.
Neta menambahkan, pada Sabtu 22 Desember 2012, setelah dirawat secara intensif di RS Undata Palu, Sulteng, Briptu Eko Wijaya Sumarno akhirnya meninggal dunia. Eko adalah anggota Brimob Polda Sulteng yang menjadi korban baku tembak dengan kelompok teror pada Kamis (20/12) siang. Baku tembak terjadi di Desa Tambarana, Poso Pesisir dan sekitar Gunung Kalora, Sulteng. “Tiga Brimob tewas dan tiga lainnya luka saat itu,” jelas Neta.
Pada 22 Oktober 2012, lanjut Neta, sebuah ledakan keras menerjang pos polisi lalulintas di Bundaran Smaker, Poso. Akibatnya, seorang anggota Polantas Polres Poso bernama Briptu Rusliadi dan satpam luka-luka. “Ledakan juga membuat kerusakan parah pada pos polisi tersebut,” ujarnya.
Pada 25 Desember 2012, ia menjelaskan, ditemukan bom rakitan di Pos Polisi Pasar Sentral Poso, Sulteng. Bom yang dimasukkan dalam tas laptop itu berisi dua detemator, asam nitrat, paku, jiregen, kabel, dan handphone. “Bom ini berhasil dijinakkan polisi,” tegasnya.
Kemudian kejadian terakhir pada 3 Juni 2013, Kepolisian Resor Poso, dilanda aksi bom bunuh diri. Pelaku dengan menggunakan motor menerobos penjagaan di gerbang depan Polres.
“Setelah masuk ke dalam, 15-30 meter dari gerbang pelaku meledakkan diri dengan dua bom rakitan yang dibawanya. Tidak ada korban jiwa, selain pelaku yang tewas,” katanya. (boy/gir/jpnn)
“Delapan bulan terakhir ada enam polisi tewas dan empat luka-luka dalam serangan yang dilakukan kelompok masyarakat yang disebut-sebut sebagai teroris di Poso,” kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, Kamis (6/6).
Neta membeberkan, pada Selasa 16 Oktober 2012, dua anggota polisi, Briptu Andi Safa dan Brigadir Sudirman yang hilang sejak Senin 8 Oktober 2012, ditemukan tewas terkubur dalam satu lubang di Dusun Taman Jeka, Desa Masani, Poso, Sulteng. “Di leher keduanya terdapat luka yang diduga akibat gorokan senjata tajam. Senjata api keduanya hilang,” paparnya.
Pada Senin 22 Oktober 2012, anggota Polantas Polres Poso Briptu Rusliadi mengalami luka di tangan dan pantat karena terkena serpihan bahan peledak ketika sebuah ledakan keras menerjang pos polisi lalulintas di Bundaran Smaker, Poso, Sulawesi Tengah. “Ledakan itu juga membuat kerusakan parah pada pos polisi tersebut,” kata Neta.
Pada Kamis 1 November 2012, anggota Sabhara Polres Poso luka-luka terkena serpihan bom rakitan kelompok terduga teroris. Peristiwa ini terjadi saat Densus 88 hendak menangkap KH di Desa Kayamanya, Tebangrejo, Poso, Sulteng. “Saat akan ditangkap terduga teroris itu melakukan perlawanan dan melemparkan bom rakitan ke arah polisi,” jelasnya.
Selain itu tiga polisi luka, yakni Briptu Eko, Briptu Siswandi, dan Briptu Lulu. Mereka kena tembakan di bagian perut, dada, dan dagu. Kontak senjata terjadi ketika polisi melakukan patroli pukul 10.00. “Saat mendekati sekelompok orang, rombongan polisi tersebut disambut dengan tembakan,” tuturnya.
Pada Kamis 15 November 2012, Kapolsek Poso Pesisir Utara, Sulteng AKP Nicklas Karauwan diberondong tembakan oleh orang tidak dikenal. “Dalam penyerangan pada pukul 12.00 itu Nicklas berhasil menyelamatkan diri,” katanya.
Kamis 20 Desember 2012, kata Neta, tiga polisi tewas dalam baku tembak di Desa Tambarana, Poso Pesisir dan sekitar Gunung Kalora, Sulteng. Mereka adalah Briptu Wayan, Briptu Ruslam, dan Briptu Narto.
Neta menambahkan, pada Sabtu 22 Desember 2012, setelah dirawat secara intensif di RS Undata Palu, Sulteng, Briptu Eko Wijaya Sumarno akhirnya meninggal dunia. Eko adalah anggota Brimob Polda Sulteng yang menjadi korban baku tembak dengan kelompok teror pada Kamis (20/12) siang. Baku tembak terjadi di Desa Tambarana, Poso Pesisir dan sekitar Gunung Kalora, Sulteng. “Tiga Brimob tewas dan tiga lainnya luka saat itu,” jelas Neta.
Pada 22 Oktober 2012, lanjut Neta, sebuah ledakan keras menerjang pos polisi lalulintas di Bundaran Smaker, Poso. Akibatnya, seorang anggota Polantas Polres Poso bernama Briptu Rusliadi dan satpam luka-luka. “Ledakan juga membuat kerusakan parah pada pos polisi tersebut,” ujarnya.
Pada 25 Desember 2012, ia menjelaskan, ditemukan bom rakitan di Pos Polisi Pasar Sentral Poso, Sulteng. Bom yang dimasukkan dalam tas laptop itu berisi dua detemator, asam nitrat, paku, jiregen, kabel, dan handphone. “Bom ini berhasil dijinakkan polisi,” tegasnya.
Kemudian kejadian terakhir pada 3 Juni 2013, Kepolisian Resor Poso, dilanda aksi bom bunuh diri. Pelaku dengan menggunakan motor menerobos penjagaan di gerbang depan Polres.
“Setelah masuk ke dalam, 15-30 meter dari gerbang pelaku meledakkan diri dengan dua bom rakitan yang dibawanya. Tidak ada korban jiwa, selain pelaku yang tewas,” katanya. (boy/gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKS Anggap Wajar Tifatul Berbeda Pandangan Soal BBM
Redaktur : Tim Redaksi