jpnn.com, MAGETAN - Kasus anak membunuh ayah kandung menghebohkan masyarakat Magetan, Jatim.
Pelakunya, Subroto, 38, warga Desa Belotan, Kecamatan Bendo, menghabisi nyawa ayah kandungnya, Sarno, 70, dengan cara sadis.
BACA JUGA: Anak Bunuh Ayah Kandung yang Sayang Padanya
Hasil pemeriksaan dokter kejiwaan, Broto -sapaan akrab Subroto- menderita gangguan jiwa kategori berat.
Meski secara kasat mata ekspresinya terlihat tenang, Broto mendadak berbuat di luar akal sehat.
BACA JUGA: Heboh! Sepasang Remaja Begituan di Toilet Stadion, Direkam, Video Menyebar
‘’Tatapan matanya terlihat kosong, tapi tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang terlihat itu,’’ ujar ,’’ kata dr Kardimin, SpKj kepada Jawa Pos Radar Magetan, kemarin (24/8).
Dokter spesialis kejiwaaan yang berdinas di RSUD dr Soeroto Ngawi itu mengatakan, aksi nekat Broto membunuh bapaknya kemungkinan dipicu adanya halusinasi.
BACA JUGA: Bayi Mungil di Atas Karung Putih Sengaja Dibuang di Sawah
Broto merasa seolah mendapatkan bisikan agar membunuh ayah kandungnya sendiri.
Setelah pembunuhan dilakukan, Broto sama sekali tidak merasa menyesal dan tetap terlihat tenang. Namun, sejauh ini Kardimin belum mengetahui halusinasi semacam apa yang dirasakan Broto.
‘’Kami ajak komunikasi susah sekali. Jawabannya selalu melantur,’’ katanya.
Kardimin menambahkan, untuk bisa mengorek keterangan dari Broto membutuhkan waktu. Dengan terus menerus melakukan komunikasi dan pendekatan, dia optimistis halusinasi itu bisa diketahui.
Apalagi, dia pernah menangani kasus serupa yakni penderita ODGJ membunuh adik kandung sendiri.
‘’Pelaku juga mengalami halusinasi dan bisikan. Pengakuan yang kami dapatkan jika membunuh adiknya akan menjadi kaya,’’ kata dokter spesialis kejiwaan satu-satunya di eks-Karesidenan Madiun ini.
Dia memastikan pemicu Broto membunuh karena adanya halusinasi. Bukan cekcok atau permasalahan dengan bapaknya. Juga tidak dipicu depresi akibat terkurung di rumah.
‘’Karakteristik ODGJ memang cenderung menarik diri dari masyarakat,’’ ungkapnya.
Kardimin menjelaskan, halusinasi kerap menyerang ODGJ lantaran pikirannya kosong. Namun, skalanya tidak terlalu besar.
‘’Jadi, kalau ada penderita gangguan jiwa mengamuk dan mengganggu tetangganya, bisa jadi itu karena halusinasi atau bisikan,’’ ujarnya.
Lantas bagaimana cara mendeteksi sekaligus mengantisipasi halusinasi? Kardimin menyebut halusinasi sulit diketahui. Munculnya pun tidak bisa diprediksi.
Sebab, penderitanya terlihat tenang dan biasa-biasa saja. Sedangkan pencegahannya dengan rutin memberikan obat agar bisa tenang.
Juga memberikan perhatian dan tidak memusuhi. Dia pun menolak adanya pemasungan maupun merantai OGDJ.
‘’Kami akan bicara dengan keluarga. Rencananya kami bawa ke UPTD Rehabilitasi Eks Psikotik di Mejayan, Kabupaten Madiun,’’ ujarnya. (cor/isd)
Redaktur & Reporter : Soetomo