jpnn.com, SEMARANG - Jajaran Polri, khususnya Polrestabes Semarang sedang berduka.
Anggota Resmob Sat Reskrim Polrestabes Semarang Aiptu Janadi meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RS Telogorejo, Kota Semarang, Kamis, (28/1).
BACA JUGA: Irjen Fadil Imran Berpengalaman di Bidang Reserse, Copot Kapolsek Gegara Tidur
Reserse yang legendaris di Semarang tersebut tutup usia sekitar pukul 17.00.
“Meninggal di rumah sakit, penyakit jantung,” ungkap Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Indra Mardiana seperti dikutip dari Radar Semarang.
BACA JUGA: Idham Aziz, Pati Berpengalaman di Reserse jadi Calon Tunggal Kapolri
Jabatan terakhir pria yang identik dengan rambut gondrong ini sebagai Kasubnit 1 Unittidik V Sat Reskrim Polrestabes Semarang.
Dia pergi untuk selamanya, meninggalkan seorang istri Moermi Hendarti, dan dua anak, Andhika Ilham Wahyu Nugroho dan Ardhian Dwi Nur Cahyo.
BACA JUGA: Gara-Gara Saling Curiga, Reserse dan Anggota TNI Bakutembak
Dalam kariernya, Aiptu Janadi dikenal sebagai anggota reserse yang andal menangkap penjahat.
Janadi dikenal sangat pemberani.
“Anggota Resmob itu tidak boleh mengenal takut, harus punya kemauan keras mengungkap sebuah kasus,” kata Janadi pada suatu kesempatan.
Pria yang ditempatkan di Unit Resmob sejak tahun 1992 ini mengisahkan, timnya pernah begadang di pekuburan angker Dukuhseti, Tayu, Pati, semalam suntuk.
”Kebetulan, areal itu tempat yang paling memungkinkan untuk mengintai pelaku yang telah terendus keberadaannya,” kata Janadi saat itu.
Malam itu, kenang Janadi, hujan turun dengan derasnya. Beruntung, di kompleks permakaman terdapat bangunan menyerupai pesanggrahan di makam seorang yang dituakan.
Tidak mau kehujanan semalaman, mereka memanfaatkan bangunan tersebut untuk berteduh. Selain gelap gulita dan guyuran hujan, kompleks permakaman tersebut juga dikenal angker hingga jarang ada warga masyarakat yang berani mendekat.
Berdasarkan informasi yang diterima Janadi dan tim, pelaku kejahatan yang sedang diburu berada tidak jauh dari permakaman tersebut.
Setelah menunggu semalaman, akhirnya buronan yang mereka incar menampakkan diri menjelang fajar.
Tidak mau buang kesempatan, empat anggota Resmob langsung menyergap buruan kasus curanmor tersebut.
Dalam menjalankan tugas, kata Janadi, anggota Resmob tidak boleh mengenal takut. Ia menuturkan, nyanggong penjahat itu terkadang juga bergantung nasib.
Kalau polisi yang beruntung, maka penjahatnya akan bisa ditangkap. Namun bila penjahat yang beruntung, maka polisi akan pulang dengan tangan kosong meski sudah nyanggong selama berhari-hari.
“Jadi, anggota Resmob itu yang penting kemauan keras untuk dapat mengungkap sebuah kasus,” ujarnya. (mha/aro/bas)
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan