jpnn.com, JAKARTA - Rumah sakit merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL). Dalam pelaksanaannya, rumah sakit diupayakan mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang bermutu, responsif dan tidak diskriminatif kepada masyarakat. Hal tersebut mendorong menejemen rumah sakit untuk berinovasi terkait penyelenggaraan pelayanan fasilitas kesehatan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Asisten Deputi Bidang Pelayanan Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Andi Rahmadi, dalam Pelatihan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) di Rumah Sakit yang terselenggara selama tiga hari.
BACA JUGA: Kemenko PMK Tunda Pembahasan Cuti dan Libur Nasional 2019
“Dengan internalisasi Revolusi Mental, peserta akan membawa perubahan yang lebih baik terkait pelaksanaan etika rumah sakit, pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien sejalan dengan inovasi-inovasi yang sudah ada di rumah sakit, tinggal nanti perlu dijalankan sistem monitoring dan evaluasinya,” ujar Andi di Jakarta, Jumat (2/11)
Adi Fraditha salah satu peserta dari RSUD Doris Sylvanus Provinsi Kalimantan Tengah, juga ikut menegaskan jika perubahan dan komitmen pada nilai integritas, etos kerja dan gotong royong harus dijalankan sebagai inovasi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, sehingga tercapai pelayanan prima, yang berarti cepat, tepat dan bersahabat.
BACA JUGA: Revolusi Mental Untuk Pelayanan Prima di Rumah Sakit
Seusai pelatihan, para peserta yang mewakili provinsi-provinsi berbeda itu menyempatkan diri untuk berdiskusi terkait inovasi-inovasi yang sudah dijalankan. Ikhwan Hamzah sebagai perwakilan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Jawa Tengah dalam pelatihan tersebut, menyampaikan jika di tempatnya sudah ada bentuk pelayanan yang sesuai dengan Revolusi Mental.
Seperti pelayan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang cepat tanpa diskrimantif dan pelayanan antrian operasi elektif yang bisa menunggu di rumah dan juga keberadaan jalur cepat (Fast track) bagi pasien disabilitas, anak-anak, ibu hamil dan orang tua.
BACA JUGA: Kemenko PMK Dorong Pemuda Berdiskusi Tingkatkan Toleransi
“Sebenarnya dalam kegiatan pelayan kami di rumah sakit sudah banyak yang sesuai dengan revolusi mental,” tutur Ikhwan.
Hal senada diungkapkan pula oleh Ni Ketut Sri Handayani, yang berasal dari RSUD Tabanan Bali menginformasikan, bahwa di tempatnya mengabdi terdapat program berupa pengantaran obat gratis dengan jangkauan radius 35 Kilometer, "Program tersebut merupakan inisiatif supaya memangkas padatnya antrian di depan loket dan juga sebagai jawaban atas keluhan masyarakat terkait lamanya peracikan obat," ungkapnya.
Bahkan, tambahnya, Tabanan pula punya inovasi-inovasi lain terkait pelayanan kesehatan, diantaranya adalah sistem pendaftaran online, pengelolaan sampah medis dengan transporter, informasi kamar dan antrean kamar secara online, pelayanan geriatri hingga one stop registration.
Dalam kesempatan yang sama, Farida, Perwakilan RSUD Labuang Baji Provinsi Sulawesi Selatan menambahkan jika keberadaan inovasi pelayanan yang sukses akan menjadi teladan yang baik bagi yang lainnya. “Sebagai percontohan, Sistem Rujukan Terpadu (SISRUTE) merupakan terobosan nasional yang pada awalnya dikembangkan oleh RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo di Sulawesi Selatan,” ungkap Farida.
Wujud komitmen bersama dalam menjalankan program GNRM juga nampak pada seluruh peserta. Dengan kompak mereka menyatakan sikap akan secara masif mengimplementasikan dan mensosialisasikan kepada tiap masyarakat rumah sakit yang ada dalam jangkauan mereka. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Film Impian 1.000 Pulau Angkat Nilai Revolusi Mental
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh