jpnn.com, GARUT - Kentang menjadi budidaya utama pertanian di Dusun Kamojang, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut.
Terdapat penangkaran bibit kentang varietas G0 yang menggunakan cocopeat sebagai media tanam.
BACA JUGA: Mantap Ingin Bercerai, Venti Figianti Bongkar Kelakuan Kiwil
Demi bisa memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat, PGE melakukan inovasi, dengan menggunakan Geotato (Geothermal Potato), alat inovasi pemanfaatan uap geothermal untuk proses sterilisasi cocopeat.
Hasil cocopeat yang disterilkan dengan Geotato terbukti sangat membantu petani dalam menghemat biaya pembelian cocopeat baru dan bahan bakar konvensional untuk mengukus cocopeat dalam proses produksi bibit kentang.
BACA JUGA: PT PP Sabet 3 Penghargaan BUMN Corporate Brand Awards 2021
Berbekal inovasi ini kualitas cocopeat juga menjadi lebih baik dan menghasilkan peningkatan panen bibit kentang G0.
Dari yang awalnya rata-rata hanya dapat menghasilkan 22 ribu sampai dengan 30 ribu knol bibit kentang dari 7 ribu stek tanaman menjadi 28 ribu sampai dengan 35 ribu knol bibit kentang dari jumlah stek tanaman yang sama setelah menggunakan uap geothermal dalam proses sterilisasi cocopeat.
BACA JUGA: SKK Migas bersama Para Stakeholders Terus Genjot TKDN
“Hadirnya energi geothermal telah menciptakan multiplier effect. Tidak saja menghasilkan energi bersih, tapi juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat lokal,” ujar Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.
Penggunaan uap geothermal untuk sterilisasi cocopeat mampu menurunkan timbunan limbah cocopeat yang terbuang sampai dengan 300 persen karena dapat digunakan kembali sampai dengan 4 kali.
Dengan menggunakan uap geothermal, maka emisi karbon juga dapat diturunkan dari hasil penggunaan bahan bakar konvensional dalam proses sterilisasi cocopeat.
“Kami biasanya hanya tahu sterilisasi cocopeat dilakukan dengan mengukus secara tradisional. Seringkali kami harus membeli cocopeat baru. Uap geothermal dari PGE sangat membantu dalam sterilisasi cocopeat karena bisa digunakan lagi sampai empat kali. Itu sangat menghemat biaya produksi bibit kentang,” ungkap Zamzam Nurzaman, Ketua LMDH Mustika Hutan binaan PGE Area Kamojang.
Program Kentang Geothermal ini merupakan salah satu inisiatif PGE dalam menjalankan bisnis dengan menerapkan aspek environment, social, dan governance (ESG).
Upaya menekan limbah serta menurunkan emisi karbon dari aktivitas sterilisasi menggunakan alat konvensional sejalan dengan aspek lingkungan.
Program Kentang Geothermal yang dilakukan PGE telah mendapatkan pengakuan dan penghargaan di ajang Asean Energy Awards 2020.
PGE meraih Juara Pertama (winner) dalam kategori ASEAN Energy Renewable Energy Best Practice awards untuk sub-kategori Special Submission.
PGE menjadi satu-satunya perusahaan di Indonesia yang berhasil masuk dan menerima penghargaan pada kategori tersebut.
Penghargaan tingkat kawasan ASEAN ini diberikan pada rangkaian pelaksanaan 38th ASEAN Minister on Energy Meeting di Da Nang, Vietnam pada November 2020.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy