jpnn.com, JAKARTA - Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan perusahaan-perusahaan pelayaran telah melakukan berbagai cara untuk mendukung efisiensi logistik.
Namun, biaya pelayaran hanya bagian kecil dari ongkos logistik yang harus dibayarkan oleh pelanggan.
BACA JUGA: Wow! Bitcoin Nyaris Sentuh Rp1 Miliar
Panjangnya rantai pengiriman barang, lanjutnya, sejak dari gudang hingga ke lokasi tujuan, menjadikan biaya logistik sulit turun jika hanya mengandalkan efisiensi di pelayaran.
Komponen biaya logistik bukan hanya soal biaya kapal. Banyak biaya lain yang rantainya lebih panjang seperti ekspedisi.
BACA JUGA: TASPEN Raih Penghargaan dari KemenPANRB
“Logistik pengiriman barang itu melalui berbagai mata rantai. Mulai dari biaya inventori, gudang shipper, trucking, depo, buruh, forwarding atau agen barang, THC pelabuhan dan shipping. Kami di industri pelayaran telah mengambil berbagai langkah efisiensi," kata Carmelita, Selasa (9/11).
Dia mengungkapkan, saat ini perusahaan pelayaran juga dihadapkan pada persoalan biaya operasional yang terus meningkat.
BACA JUGA: LPEI Turut Tingkatkan Devisa Bali Lewat Komoditas Garam Kusamba
Salah satunya berasal dari lonjakan biaya solar yang telah naik hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Biaya solar di dalam negeri ini lebih mahal 20 persen - 30 persen dibanding harga solar internasional.
Sehingga biaya operasional terus meningkat. Kenaikan harga solar seperti ini diluar kontrol perusahaan pelayaran.
Carmelita menambahkan, sebagai negara kepulauan, dimana hampir 60 persen populasi penduduknya berada di pulau Jawa, biaya logistik Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain.
Sebagai contoh, pelayaran ke luar Jawa saat ini masih mengangkut kontainer kosong saat kembali ke Jawa. Padahal biaya solar saat kapal kembali ke pelabuhan di Jawa harganya sama.
"Kami harus melihat biaya pelayaran itu secara utuh, jangan hanya dilihat sepotong-sepotong. Perusahaan pelayaran juga memiliki kemampuan finansial yang berbeda dan mereka juga lebih banyak mengandalkan modal sendiri untuk menghadapi pandemi yang luarbiasa ini," tutur Carmelita.
Sebagai upaya untuk mendukung sektor pelayaran, pemerintah sejak 2015 sudah menggulirkan program tol laut.
Melalui program ini pemerintah memberikan subsidi kepada perusahaan pelayaran yang terlibat pengangkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
Pada 2021 terdapat 26 trayek tol laut yang akan ditambah menjadi 30 trayek di 2022.
Penambahan jumlah trayek ini melibatkan 106 pelabuhan yang terdiri atas 9 pelabuhan pangkal dan 97 pelabuhan singgah.
Subsidi yang diberikan pemerintah untuk membiayai program tol laut ini juga terus meningkat. Hal ini sejalan dengan jumlah trayek yang menjadi tujuan pengiriman barang.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy