Insentif Pajak Diperluas, Industri Mobil Listrik Diyakini Bisa Tumbuh

Rabu, 14 April 2021 – 18:23 WIB
Ilustrasi mobil listrik. Foto: dok for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Dewan Pembina Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) Luky A. Yusgiantoro menilai penerapan insentif pajak yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mobil listrik masih sangat terbatas sehingga perlu kebijakan komprehensif.

Hal itu dilakukan agar perkembangan mobil listrik  dapat tumbuh dan menarik bagi investor.

BACA JUGA: Mobil Listrik Mini jadi Safety Car Formula E

“Konsumen mobil listrik masih terbatas, sehingga belum membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya dalam usaha mobil listrik di Indonesia,” kata Luky dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/4).

Luky meyakini Indonesia merupakan pasar kendaraan terbesar di Asia Tenggara sehingga potensi untuk mengembangkan industri mobil listrik sangat besar.

BACA JUGA: Prestige Pastikan Merilis Mobil Listrik Baru di IIMS 2021

Dia menambahkan, dalam melakukan transisi energi pada sektor transportasi langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah mengurangi bahan bakar fosil serta meningkatkan pembaruan energi nasional.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah harus menyediakan infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian baterai, fasilitas perawatan mobil listrik, dan pembangkit listrik.

BACA JUGA: Xiaomi Bersiap Menggarap Mobil Listrik

"Stasiun pengisian baterai dan fasilitas perawatan mobil listrik hanya ditemukan di beberapa kota saja," ujar pakar energi PYC itu.

Namun di satu sisi, pembangkit listrik Indonesia masih menghadapi dilema karena sebagian besar masih menggunakan batu bara.

Jika Indonesia serius dalam pengembangan energi bersih, maka penggunaan energi terbarukan dalam pembangkit listrik harus ditingkatkan.

Selain itu dalam mendukung infrastruktur diperlukan ketersediaan nikel, mulai dari bahan mentah hingga memprosesnya ke dalam bentuk baterai mobil listrik sebagai nilai tambah.

Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar di dunia tentu memiliki kesempatan untuk mengembangkan mobil listrik secara mandiri karena baterai adalah bahan utama dalam perakitan komponen mobil listrik. 

“Indonesia perlu meningkatkan hubungan kerja sama dengan beberapa negara di antaranya Tiongkok guna membantu dalam pengembangan rantai pasok mobil listrik," kata Luky A. Yusgiantoro.

Diketahui, secara total mobil listrik di seluruh dunia mencapai 7.2 juta unit. Jumlah pengguna mobil listrik terbesar saat ini berada di China hampir 47 persen. (ddy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler