jpnn.com, JAKARTA - Institute Mosintuwu menanggapi peristiwa mengejutkan berupa pembantaian satu keluarga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada Jumat (27/11) lalu.
Pihak kepolisian menemukan adanya indikasi pembunuhan keji di Desa Lemban Tongoa dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.
BACA JUGA: Soal Mujahidin Indonesia Timur, Irjen Argo: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir
Berdasarkan data yang dimiliki Institute Mosintuwu, disebutkan bahwa pola serangan kelompok MIT tersebut dilakukan secara acak, tanpa melihat latar agama tertentu.
Direktur Institute Mosintuwu Lian Gogali mengecam aksi keji yang diduga dilakukan kelompok MIT, sekaligus menyampaikan belasungkawa pada semua keluarga korban.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Peringatkan Dua Provinsi, Salah Satunya DKI Jakarta
Lian juga mengajak semua pihak untuk berempati pada keluarga korban dengan tidak menyebarkan foto-foto terkait peristiwa pembunuhan satu keluarga itu.
Diketahui, Institute Mosintuwu secara khusus meneliti sejarah kekerasan di Poso dan di Sulawesi Tengah secara umum.
BACA JUGA: Kapten Infanteri SA dan 7 Prajurit TNI AD Ditahan, Kasusnya Ngeri Juga
"Terdapat dua catatan penting tentang pola kekerasan yang terjadi. Pertama, pembunuhan keji yang dilakukan kelompok MIT berpola acak, tanpa memandang agama atau suku," kata Lian Gogali, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Senin (30/11).
Menurut Lian, berdasarkan data yang dihimpun tim media Mosintuwu menunjukkan di periode Januari - November tahun 2020, kelompok MIT telah membunuh tiga warga di Kabupaten Poso.
Para korbannya pun dari berbagai pemeluk agama. Fakta ini menunjukkan bahwa para pelaku tidak menargetkan agama tertentu dalam melakukan aksi teror.
"Pada 8 April 2020, kelompok MIT melakukan pembunuhan keji pada Daeng Tapo dan pada 19 April 2020 membunuh Ajeng," ucap Lian.
Selanjutnya, pada 8 Agustus 2020 mereka membunuh Agus Balumba. Jauh sebelumnya, pada 3 September 2019 kelompok itu juga melakukan pembunuhan terhadap Wayan Astika.
Terakhir, 27 November 2020 kemarin, MIT diduga secara keji membunuh Naka, Pedi, Yasa, dan Pinu.
Dari semua korban tersebut, kata Lian, agamanya berbeda-beda.
"Kedua seluruh korban pembunuhan MIT sepanjang 2020 adalah para petani. Pada rentang waktu yang sama, beberapa pembunuhan warga juga terjadi (diduga) akibat salah tembak oleh aparat keamanan," ungkap Lian.
Selanjutnya, tim media Mosintuwu mencatat ada tiga warga yang diduga menjadi korban salah tembak aparat keamanan sepanjang 2020.
Di antaranya, Qidam pada 9 April 2020, Firman dan Syarifudin pada 2 Juni 2020. Ketiga korban adalah petani.(mcr3/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama