Kasus Palu yang dimaksud Boy adalah serangan teroris pada polisi yang tengah berjaga di depan kantor BCA Palu, Jl Emy Saelan, Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Rabu (25/5/2011) siang.
Akibat serangan itu, dua polisi yakni Bripda A. Irbar Prawiro Bhayangkara dan Bripda Januar Yudhistira Pranata Putra, tewas di tempat. Sementara, seorang polisi lainnya, Bripda Dedy Edward Lohonauman, mengalami luka berat akibat tembakan pelaku di bagian kaki.
Menurut Boy, S itu adalah bagian dari kelompok Abu Tholut yang pernah melakukan latihan paramiliter di Poso dan Polopo pada pertengahan 2011. "Target mereka adalah polisi, itu sasaran utamanya," kata mantan Kanit Negosiasi Densus 88 Polri ini.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos, S adalah Santoso. Dia juga pernah mengenyam pendidikan askari atau militer di Mindanao Filipina Selatan pada medio 2006-2007.
Menurut Boy, S yang melatih Farhan dan kawan-kawan. S dibantu oleh seorang bernama Bacho alias Sabar di pegunungan Merbabu. "Mereka latihan di sekitar pos pendakian II atau di tengah-tengah gunung," katanya.
Boy juga menjelaskan surat yang ditemukan di tas pinggang Farhan masih didalami. Dalam surat 16 halaman itu, salah satu motif mereka adalah melakukan pembalasan kepada kepolisian. "Mereka juga sudah merancang serangan lain di Jakarta dan beberapa kota lain," katanya.
Sebelumnya dalam wawancara dengan Jawa Pos Senin lalu, grafolog Deborah Dewi Ahli grafolog (analisa tulisan tangan) menjelaskan dari salinan surat terduga teroris yang dia terima, ada dua tulisan tangan. "Bisa saja itu dua surat atau dua orang yang menulis suratnya," katanya.
Debo, panggilan akrabnya, menjelaskan dia mendapatkan salinan dalam bentuk file pdf sebanyak 16 halaman. "Dalam urutan surat itu jelas terlihat halaman 1 dan 16 ditulis oleh satu orang, sedangkan halaman 2 dan 15 ditulis orang yang berbeda," katanya.
Menurut grafolog asal Malang ini, keduanya menulis dalam kondisi gugup dan cemas. "Ada beberapa kata yang rusak, dicoret-coret, ada penyisipan kata diantara kata, ini menunjukkan penulisnya tidak yakin 100 persen dengan yang ditulisnya," katanya.
Selain surat itu, kemarin Jawa Pos (Induk JPNN) mendapatkan link sebuah website yang dirilis kelompok yang menamakan dirinya Sariyatu Tsa"ri wad Dawaa" (Regu Pembalasan dan Obat Penawar).
Website itu beralamat di forum al anshar. Alamat digitalnya adalah : https://www.ansar1.info/showthr ead.php?p=155637
"Ini adalah serangan obat penawar untuk yang memberikan penawar atas rasa sakit hati kaum muslimin yang selalu ditindas dan diperlakukan semena-mena oleh sang jongos Kepolisian Negeri ini, yang mereka membunuh sesuka mereka, yang mereka merampok sesuka mereka, yang mereka menawan sesuka mereka atas kaum muslimin yang baik-baik," tulis penggalan pernyataan sikap itu.
Sumber Jawa Pos di lingkungan cybercrime Polri menjelaskan, dalam kelompok kelompok seperti ini pengumuman bertanggungjawab wajar dilakukan. "Bahkan hampir seperti wajib," katanya.
Dia mencontohkan setelah pengeboman JW Marriott dan Ritz Carlton pada 2009 juga muncul pengakuan dari kelompok yang menamakan dirinya Sariyah Jabir dan Sariyah Dr Azahari . Hingga kini pengakuan tanggungjawab itu juga bisa diakses di alamat digital https://bushro2.blogspot.com.
Pencantuman tanggungjawab dalam sebuah website itu akan menambah reputasi mereka di dunia "jihad" internasional dan menimbulkan simpati. "Itu semacam sinyal bahwa mereka masih ada, para gerilyawan lain diharapkan tak patah semangat," kata perwira yang baru pulang dari kursus cyber di Adelaide, Australia ini.
Dari data yang diliki Densus 88 Mabes Polri, Farhan memang tak bisa dilepaskan dari kelompok-kelompok yang sudah ada sebelumnya.
Farhan adalah anak tiri Abu Umar , kelahiran tahun 1993. Ibunya bernama Ida alias Ummu Farhan dinikahi sebagai istri kedua Abu Umar yang juga pimpinan NII non territorial terkait jaringan AMIN (Angkatan Mujahidin Islam Nusantara).
Farhan pernah menempuh sekolah dasar di SD 002 Muhammadiyah, Desa Liang Bunyu, Kecamatan Sebatik Barat, Kabupaten Nunukan, Kaltim. Lalu masuk ke MTs Ngruki Solo dan keluar pada 2008. Setelah itu dia diduga ikut ayahnya ke Mindanao, Filipina Selatan bergabung dengan gerilyawan dari kelompok Abu Sayyaf untuk kepentingan mendistribusikan senjata dari Filipina ke Indonesia.
Farhan masuk dan menetap di Solo pada Juni 2010. Tinggal di Solo. Farhan dilatih oleh Santoso di pegunungan Merbabu, Jawa Tengah di sekitar pos pendakian dua. Mereka berlatih SERE ( Survival, Escape, Resistance, Evation) dan menembak. Senjata yang digunakan adalah Baretta PNP hasil rampasan dari pihak aparat Filipina.
Farhan ini dipercaya Santoso menjadi koordinator askari di Solo dengan sandi kelompok Abu Musab Al Zarqawy Al Indonesy , mengambil nama Zarqawy pimpinan al Qaeda Irak yang tewas 2006. Dia dibantu oleh Muchsin bin Muslim Canni Assidiqi. Rumahnya beralamat di Jalan Raya Condet Jalan Haji Latif RT 3 RW 3 No. 26 , Jakarta Timur, lulus SMP 126 Jaktim pada 2007 lalu masuk Madrasah Aliyah Ngruki 2008 dan lulus 2011. Satu anggota lagi Bayu Setiawan beralamat di Bulurejo, Karanganyar Jawa Tengah.
Pada pengeboman gereja Kepunton Solo 25 September 2011 yang dilakukan Pino alias Hayat , diduga kuat kelompok Farhan yang memberi shelter atau perlindungan ketika Pino melarikan diri ke Solo. Pino adalah rekan M Syarif yang melakukan pengeboman di Mapolresta Cirebon 15 April 2011. Syarif dan Pino pernah mengaji di Abu Bakar Baasyir namun kecewa dan memilih mengikuti taklim Amman Abdurahman di Cirebon, Jawa Barat.
Ketika ayahnya Abu Umar ditangkap pada Juli 2011 atau dua bulan setelah Sigit Qurdowi (tokoh Al Hisbah Solo) tewas ditembak. Farhan yang sejak kecil dilatih jihad langsung oleh Abu Umar merancang serangan pembalasan ightilayat (mendadak) terhadap pos pos polisi.
Pertanyaannya, darimana kelompok ini terus medapat senjata dan dana ? Untuk senjata, penyidik menduga dari hasil interogasi sementara dipasok oleh seorang bernama Bacho alias Sabar. Bacho ini adalah anggota kelompok Abu Umar yang bergabung di kelompok Santoso. Mereka berlatih di Palopo, Sulawesi Tengah pada Juni- Agustus 2011. Camp jihad Palopo adalah flying camp yang didesain oleh Abu Tholut (sudah dipenjara) setelah camp pelatihan jantho Aceh dibongkar habis-habisan oleh Densus 88 pada periode Januari- Februari 2010.
Seperti kita tahu camp Jantho adalah camp terpenting dalam sejarah penanganan terorisme karena di camp inilah orang orang dari berbagai fikrah/ aliran bergabung atau disebut lintas tanzhim (struktur). Ada mantan JI, mantan NII , mantan ajengan Jaja, mantan Darul Islam Banten, dan juga kelompok alumni Moro yang mendominasi menjadi instruktur. Terbongkarnya camp Jantho juga menyeret Abu Bakar Baasyir divonis 15 tahun penjara karena dinyatakan terbukti ikut merestui dan mendanai pelatihan itu.
Farhan juga disupport dana oleh kelompok hacker Rizki Gunawan. Jaringan Rizki juga sudah ditangkap dan kini menunggu vonis penjara. Dana dari Rizki ini tersalur untuk flying camp Palopo, aksi pengeboman Kepunton, dan aksi pembelian senjata. Anggota kelompok Rizki yang terbaru ditangkap adalah Mawan Kurniawan yang dibekuk di Arcamanik Bandung 30 Agustus 2012.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cirus Merasa Jadi Korban Aparat Hukum
Redaktur : Tim Redaksi