Intel Prancis Dicurigai jadi Pembunuh Qadafi

Selasa, 09 Oktober 2012 – 13:01 WIB
MILAN - Spekulasi tentang skenario intelijen Prancis tentang pembunuhan atas pemimpin Libya Moammar Qadafi di tengah kerumunan pemberontak, beredar luas di Eropa. Sebuah skenario muncul di beberapa media Italia yang menuding peran intelijen Prancis dalam kematian mantan orang kuat negeri kaya minyak tersebut.

Dugaan bahwa Qadafi dibunuh intelijen Prancis, menyeruak seiring asumsi agar mantan orang kuat Libya itu tidak mengungkap rahasia pemerintahan Prancis di bawah Presiden Nicolas Sarkozy. Spekulasi tersebut muncul dari sebuah artikel yang terbit 29 September lalu di harian Italia, Corriere Della Sera.

Menurut laman Time, Selasa (9/10), mantan pemimpin oposisi Libya Mahmoud Jibril yang kini menjabat Perdana Menteri untuk pemerintahan transisi Libya mengatakan kepada Dream TV bahwa agen asing telah menyusup ke dalam Brigade Revolusioner untuk membunuh Qadafi setelah tertangkap di Libya Barat. Laporan itu juga mengutip seorang diplomat Eropa tak dikenal yang menyatakan keterlibatan intelijen negara lain dalam operasi pembunuh rahasia.

Mereka menuding pemerintahan Presiden Nicolas Sarkozy bakal dirugikan jika Qadafi membeberkan hubungan rahasia mereka ke publik. Mengapa Prancis lebih rentan daripada negara-negara lain yang juga berurusan dengan Libya di bawah Qadafi? Sebagian besar karena Sarkozy sebelumnya merupakan mitra baik dengan pemimpin Libya tersebut.

Qadafi sebelum jatuh dari kursi kekuasaannya, beberapa kali menyatakan telah mengeluarkan dana jutaan dolar AS untuk kampanye presiden Sarkozy pada 2007. Sarkozy tentu saja dengan tegas membantah tuduhan tersebut.

Muncul  pertanyaan, jika Paris memang memiliki motif untuk melenyapkan Qadafi, apakah  juga memiliki sarana dan kesempatan? Menurut media Inggris, Daily Telegraph yang melansir sebuah cerita yang mengutip mantan kepala pemberontak intelijen Libya, menyebut adanya peran Suriah yang membantu Perancis menemukan tempat persembunyian akhir Qadafi.

Menurut cerita, Presiden Suriah Assad menawarkan jasa untuk memberikan nomor telepon satelit rahasia Qadafi kepada Sarkozy. Namun Prancis diminta membiarkan Assad yang tengah berusaha keras memadamkan pemberontakan di negerinya sendiri.

Senada itu, koran Libya Herald (27/9) melaporkan, mantan perdana menteri sementara Mahmoud Jibril dalam wawancara dengan stasiun televisi Mesir Dream TV menegaskan, pembunuh Qadafi adalah seorang agen intelijen asing  dan bukan pemberontak Libya seperti yang disangka orang selama ini. “Seorang agen internasional yang bertanggungjawab atas kematian (Qadafi) ini,” kata Jibril, dikutip Libya Herald.

Entah ada kaitannya atau tidak, seorang pria muda 22 tahun yang ikut membekuk Qadafi dan kerap terlihat memamerkan pistol emas sang pemimpin tiran Libya itu, justru meninggal di Paris, Senin (24/9). Pemuda itu bernama Bin Umran Sya'ban (Ben Omran Shaban).(Esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Filipina Berhasil Gaet MILF

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler